DAMIRN 5

12.1K 1.1K 39
                                    

Alcatraz,
San Fransisco.

Tetes demi tetes air terus mengalir di sepanjang ubin koridor ruangan tanpa cahaya. Sekumpulan orang berpakaian khusus dengan masing-masing masker di wajahnya berjalan teratur, mereka semua membawa pistol bius serta tabung oksigen di punggung masing-masing. Karena tak ada sumber cahaya lain, mereka hanya bisa mengharapkan senter yang terdapat di setiap pistol biusnya.

Seseorang di antara mereka memberi isyarat melalui tangannya. Sedetik setelah aba-aba di turunkan, segera rombongan mereka memecah menjadi tiga bagian. Kelompok satu berbelok ke kanan, tempat dimana para Napi kasus berat di tahan. Kelompok kedua berbelok ke kiri, tempat dimana para Napi dengan kasus pembunuhan di tahan. Dan kelompok tiga, terus bejalan lurus menuju tempat di mana terdapat orang-orang paling berbahaya dari seluruh penjuru Dunia.

Sel di kiri dan kanan koridor hanya berskala kecil, ruangan yang di lapisi dengan jeruji besi panas itu berisikan masing-masing satu orang Napi. Kaki, tangan serta leher mereka di rantai sebagai bentuk pengamanan ganda. Karena kalau satu saja dari mereka lolos, akan sangat sulit untuk di tangkap kembali.

Bau busuk memenuhi ruangan tersebut, banyak di antara para tahanan itu sudah mati di karenakan berbagai sebab.

"Lapor, tahanan ruang 45 tidak ada. Tahanan ruang 45 tidak ada .... " ucap seseorang melalui Walkie tolkie yang sedari tadi menggantung di pundaknya.

saat mendengar suara laki-laki tersebut, sontak para tahanan di sebalik jeruji itu meronta. mata mereka semua di tutup, dan mereka sama sekali tidak bisa berdiri berhubung ruangan sel mereka yang hanya mempunyai tinggi se dada orang dewasa. Dan sel dengan ciri-ciri seperti ini, di namakan Sel jongkok.

Raungan demi raungan terus bersahutan, bahkan hampir dari mereka semua menyentuh besi panas yang menghalangi ruangnya dan koridor tempat tersbut.

"Lapar!!!" Kata-kata itulah yang dominan keluar, di selangi umpatan-umpatan dari seluruh mulut para Napi. Aroma daging bakar samar-samar tercium berbaur dengan busuknya bau bangkai-bangkai manusia yang sudah menjadi tengkorak dan masih tersulut belatung.

Meski terdengar sangat lirih, tak ada sama sekali yang peduli akan teriakan para napi tersebut. Petugas-petugas itu hanya sibuk mengamati ruang tahanan nomor 45. Rantai-rantai berserakan di sebalik ruangannya, jeruji besi panas ruangan itu sedikit bengkok. Dan bengkokan itu cukup bila di gunakan untuk meloloskan diri dengan cara menyamping.


"Damirn, 28 tahun. Oakland, tahanan dengan kasus paling mengerikan telah melarikan diri." lapor laki-laki itu lagi.

♥♥♥

Damirn duduk di hadapan meja dinas Jakson sambil bersiul, laki-laki itu tengah menunggu kedatangan kakak semata wayangnya.

Tak!

Sebuah koran mendarat di hadapan Damirn. Dan di sana, terpampang wajah Grace yang sudah mati.

"Sebenarnya kau mau apa Damirn? Dari suaminya, keponakannya, bahkan sekarang wanita ini pun kau bunuh?!" Jakson menatap Damirn.

Damirn menjauhkan koran itu dari hadapannya, ia menghela nafas sekali.

"Kau itu seorang dokter, Jakson. Bukan detektif, berhentilah mengurusi urusanku. Sekarang, lakukan tugasmu sebagai dokter sungguhan. Obati aku."

Jakson menatap muak Damirn. Jujur ia sangat membenci keparat di hadapannya ini, namun di satu sisi Jakson tak bisa membantah kalau orang gila yang sedang berhadapan dengannya ini adalah adik kandungnya.

DAMIRN ✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang