40 - Hated

353 17 0
                                    

Anne pergi ke sekolah dengan tampang lesu hari ini. Langkahnya setengah diseret. Dalam hitungan jam ke depan, dia akan dibenci oleh keluarganya sendiri, atau lebih parah lagi, mungkin seisi sekolah. Dan kesedihannya hari ini ditambah lagi oleh langit yang sedang mendung dan ulangan kenaikan kelas hari kedua.

Semalam adalah malam yang lumayan mencekam baginya. Malam dimana ia harus memberi surat pada Angie. Angie sempat menanyakan untuk apa surat itu, tapi Anne mengatakan bahwa lebih baik Angie tahu sendiri dari kepala sekolah.

Lagipula Angie tak terlalu curiga akan surat panggilan tersebut. Rupanya Angie berpikir bahwa Anne telah melakukan sesuatu yang baik.

Anne berjalan dengan pikiran yang kemana-mana. Mulai dari apa yang akan dikatakan Angie karena dia membuli, sampai apa tindakan mereka nanti padanya.

Anne masih sibuk berpikir. Jalan menuju ke sekolah juga masih separuh. Anne mendesah sambil berharap dalam hati, andai saja pikiran-pikiran buruk di kepalanya bisa hilang.

Anne kemudian mengangkat kepalanya menatap langit mendung di atasnya, lalu menunduk lagi menatap jalan abu-abu yang sedang ditapakinya.

Sebuah memori terlintas di kepalanya. Membuat dia ingin melakukan flashback agar bisa mengingat lebih dalam.

Anne pun mulai mengingat-ingat tentang kejadian dahulu. Dimana dia dulu berjalan menuju sekolah sambil berceloteh, kini sambil menunduk. Dimana dia dulu berjalan sambil tertawa, kini dengan tatapan sendu. Dimana dia dulu punya teman, kini dia sendiri.

Anne kembali mengesah. Ingatan-ingatan itu hanya menyiksa dirinya bukannya membuat dia bahagia. Anne lalu mulai mempercepat langkahnya menuju ke sekolah. Ya, jarak makin menipis dan hal itu membuat Anne cepat ke sana.

Anne bahkan sudah setengah berlari. Gerbang sekolah sudah nampak di depan matanya. Tinggal sedikit langkah lagi dan karena itu, Anne kemudian memutuskan untuk menormalkan langkahnya dan menunduk kembali.

Sambil menunduk, Anne berjalan dengan perlahan sambil memasuki gerbang sekolah tersebut. Namun, baru beberapa langkah Anne berjalan, tiba-tiba saja Anne menabrak sesuatu. Oh, bukan, bukan sesuatu, tapi seseorang.

Anne kemudian mundur untuk menciptakan jarak yang lumayan jauh antara dirinya dan orang yang ditabrak. Anne lalu mengangkat kepalanya perlahan menatap siapa yang ditabraknya.

Mata Anne sukses membulat ketika dia melihat bahwa orang yang ditabraknya adalah Ray. Jantungnya sudah mulai berdegup kencang ketika melihat Ray melayangkan tatapan tajam dan marah baginya. Bahkan Anne rasanya ingin lari ketika melihat bahwa disamping Ray ada gadis yang digandengnya, yakni Erica.

"Ma-maaf." Cicit Anne sangat pelan hingga hanya dapat didengar oleh Ray.

Ray masih menatap Anne penuh emosi, namun tiba-tiba saja Erica ikut meramaikan suasana pagi itu.

"Sayang kamu tak apa-apa kan?" Tanya Erica khawatir sambil maju selangkah dan memegang pipi kiri Ray.

Ray menggeleng, namun tatapanya masih sama dan pada orang yang sama. Hal itu membuat Erica mengurungkan niatnya untuk membuat banyak tingkah dan hal itu juga membuat keadaan disana menjadi agak hening.

"Punya mata tidak?" Tanya Ray dengan nada dingin dan datarnya.

Anne terdiam masih dalam posisi menunduk, tak ingin menjawab pertanyaan Ray. Pertanyaan yang sekarang tengah merobek-robek hatinya.

"Kalau ditanya itu jawab bukan diam!" Bentak Ray kemudian namun tidak cukup keras sehingga tak banyak yang mendengar.

Anne lalu mengangguk dengan sangat pelan. "Punya." Ucapnya pelan pada Ray.

Adrianne [COMPLETED]Where stories live. Discover now