63 - One year later

484 21 1
                                    

Sejauh ini, ini adalah salah satu part yang paling author suka. Jadi selamat membaca.



Setahun kemudian...

Anne sudah tinggal di Brooklyn bersama paman dan bibinya sekarang. Hari ini sudah libur. Anne sudah selesai ujian terakhir di sekolah barunya. Anne sudah wisuda dua minggu yang lalu.

Sekolahnya baik, namun sayangnya tak ada yang menarik. Anak-anak disana baik, sayangnya tak ada yang menjadi sahabat bagi Anne. Ada beberapa yang mendekat namun Anne hanya menanggapi itu dengan biasa dan seolah-olah tak ingin mereka masuk dalam hidupnya.

Anne juga sudah mendaftar di universitas terbaik di Brooklyn. Kerennya Anne diterima di sana. Kebetulan rumah paman dan bibinya berada di kawasan yang cukup dedari kampus itu, namun jaraknya masih bisa diurus.

Meskipun di sekolah barunya Anne tak punya sahabat, namun dia baik-baik saja. Sekarang dia tinggal bersama paman, bibi, dan kedua sepupunya. Syukurlah dia sudah lulus dari SMA disana.

Sepupunya ada dua. Brandon dan Brysie. Brandon sudah kuliah semester tiga, sedangkan Brysie semester dua. Mereka berdua sepupu yang sangat baik bagi Anne. Mereka sudah akrab sekarang. Lagipula sebenarnya mereka sudah saling mengenal sebelum tragedi kecelakaan di rumah Anne terjadi. Sayangnya mereka harus terpisah dalam waktu yang cukup lama.

Hari ini libur. Semuanya berjalan baik-baik saja awalnya. Seperti biasa, tak ada yang membosankan, tak ada yang menarik, namun biasa-biasa saja. Anne sendirian di rumah. Paman dan bibi sedang pergi urusan, Brandon dan Brysie sedang pergi bersama teman-teman mereka. Anne sedang duduk sendirian namun tiba-tiba ada tukang pos yang datang mengantar surat.

Tukang pos hanya meletakkan surat di kotak surat depan rumah. Anne menyaksikan itu dari jendela. Ketika telah melakukan tugasnya, tukang pos lalu pergi dari situ.

Selepas kepergian si tukang pos, Anne lalu keluar rumah untuk mengambil surat. Awalnya Anne mengira itu surat untuk paman dan bibinya, Namun kini Anne terbelalak ketika melihat bagian depan surat yang terbungkus amplop tersebut.

From: Raymond
To: Adrianne

Jantung Anne berdegup kencang tiba-tiba. Entah bagaimana dan mengapa Anne kini mendapat surat dari Ray.

Banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya. Mengapa tiba-tiba Ray mengiriminya surat? Tak hanya itu, Anne juga sibuk menerka-nerka apa isi surat itu.

Anne lalu cepat-cepat menutup kotak surat dan berlari ke dalam rumah. Sesampainya di dalam rumah, Anne lalu mengunci pintu dan segera berlari ke kamarnya.

Anne masuk ke kamar, mengunci pintu kamar. Anne duduk di kasur sambil sebelah tangannya memegang dadanya, dan tangan yang satunya memegang surat. Napasnya tergesa-gesa.

Anne mengambil napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Gadis itu terus menerus mengulang kegiatan tersebut. Anne lalu memejamkan matanya.

Setelah merasa cukup tenang, Anne lalu membuka matanya. Anne menatap surat yang diisi di sebuah amplop di genggamannya.

Anne agak ragu. Dia sempat bingung apakah dia harus membuka surat itu ataukah tidak. Namun setelah dipikir-pikir lagi dan ditambah penasaran dari Anne sendiri, Anne lalu membuka surat tersebut. Anne agak bingung melihat seperti tetesan-tetesan air di beberapa bagian surat itu. Untungnya tetesan-tetesan air itu tak mengaburkan tintanya.

Dear Adrianne

Hai Anne. Apa kabar? Aku harap kau baik-baik saja di sana.
Ini aku, Ray. Sahabat paling buruk di dunia. Semoga kau masih ingat diriku. Aku rindu padamu. Jahat ya? Setelah aku menyakitimu begitu rupa dan sekarang aku mengatakan rindu.
Tapi aku harap kau mengerti. Mungkin ini tak cukup jika menjelaskan ini semua di atas kertas ini. Tapi aku percaya kau akan mengertinya kelak.
Kau tahu, aku ingin bercerita padamu. Tentang betapa buruknya keadaanku setelah kau mengucapkan selamat tinggalmu. Aku menjadi sangat menyedihkan.
Aku seperti tak berharap apa-apa lagi. Namun hanya dirimu. Aku ingin jujur, tentang suatu rasa yang sudah lama bertumbuh di dalam dadaku. Rasa untukmu. Aku ingin jujur aku jatuh cinta padamu. Hal itu sudah lama sekali. Namun aku harus mengorbankan perasaanku demi Daniel sahabatku sendiri. Akhirnya dengan berat aku melepaskanmu dan mencoba berpacaran dengan Erica. Aku hanya berharap perasaanku padamu bisa padam jika aku dengannya. Namun itu semua tak pernah terjadi. Aku salah besar. Perasaanku sudah terlalu besar untukmu.

Adrianne [COMPLETED]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt