Bonus Chapter: Sleepover With Zio

4.4K 405 108
                                    

Flo

"Nginep sama Zio?!" jerit Oliv waktu gue menceritakan rencana menghabiskan weekend berdua sama Zio di Bandung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nginep sama Zio?!" jerit Oliv waktu gue menceritakan rencana menghabiskan weekend berdua sama Zio di Bandung. Sangking kagetnya, cewek itu sampai menumpahkan isi keranjang belanja Food Hall-nya, "Lo bakal nginep berdua sama Zio besok dan baru cerita sama gue sekarang?"

"Emang kenapa?" Gue memungiti isi keranjangnya yang berjatuhan. Beberapa bungkus keripik kentang, enam botol yoghurt, dan dua kotak cokelat. Oliv sedang memborong cemilan untuk menemaninya belajar, sementara gue membeli cemilan untuk trip singkat ke Bandung sama Zio besok, "Zio bilang enggak adil rasanya kalau dia sering menginap sama teman-teman ceweknya tapi enggak pernah menginap sama pacarnya sendiri. Jadi, dia ngajak gue untuk menginap berdua di Bandung."

"Dan lo mau, Flo?"

"Ya, mau lah! Kenapa enggak mau coba? Pasti seru banget deh. Gue udah membayangkan ngegosip berdua sampai malam sambil memakai sheet mask di wajah masing-masing."

Oliv ketawa mendengarnya, "Duh, Flo. Lo polos banget deh. Lo bakal nginap sama cowok lo, bukan sama teman cewek lo. Kenapa lo membayangkan skenario sleepover kaya gitu?"

"Maksud lo apa, Liv?"

Oliv menggelengkan kepalanya gemas, "Nih, gue kasih tahu, ya. Lo bakal menghabiskan semalaman sama Zio, berbagi kamar mandi, tidur satu kasur, melihatnya tidur, dan yang paling penting, lo akan berduaan sama dia di dalam ruangan sempit semalaman. Memang lo enggak memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi?"

"Em..... ngegosip berdua sampai malam dan maskeran bareng?"

"Ampun deh." Oliv memasukan sebotol sabun cair wangi stroberi ke dalam keranjang, "Lo tuh membayangkan seakan besok lo akan nginap bareng sama teman cewek lo, Flo. Lo pikir Zio mau menyewa satu kamar hotel mahal-mahal hanya untuk ngobrol berdua sama lo? Itu mah lewat telepon juga bisa!"

Gue mengangkat bahu, "Gue mau aja tuh menginap hanya untuk ngobrol berdua sama dia."

"Cowok tuh mikirnya beda, Flo." Oliv meremas kedua bahu gue, "Walaupun Zio itu agak......em.... Ya lo tahu lah gue mau ngomong apa. Tapi Zio itu tetap cowok, Flo. Dan lo ceweknya. Kalau lo masih enggak tahu tujuan Zio ngajak lo nginep itu buat apa, sini gue kasih tahu." Cewek itu berbisik di telinga gue, "......seks."

"Ih!" Gue mendorong tubuhnya, "Sempit banget sih pikiran lo, Liv! Zio enggak mungkin mikir begitu! Dia-"

"Yang sempit pikiran lo apa gue nih? Masa kepikiran sampai situ aja enggak sih, Flo?" Oliv melenggang cuek, "Lagian, so what kalau Zio pingin seks? Emang lo enggak mau?"

"OLIV!"

"Loh, ko jadi marah sih? Santai aja lagi, Flo. Enggak usah sok suci begitu." Oliv membawa keranjangnya ke kasir. Wajahnya santai banget. Enggak nyangka gue ternyata cewek hobi belajar kaya dia bisa ngomongin seks semudah itu. Apa gue yang kelewat cupu ya? "Kalau gue jadi lo sih gue mau begituan sama Zio. Mau banget lah. Lo lupa kalau Zio ganteng banget? I mean, beneran GANTENG BANGET SEBANGET BANGETNYA BANGET! Gue aja masih suka deg-degan setiap lihat dia jemput lo. Masa lo sendiri yang tiap hari sama dia enggak mau icip-icip sedikit sih?"

The Name of The Game [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang