Bonus Chapter: Zio & Shaien

3.1K 459 157
                                    

Shailendra

 "No, you can't, Ryll!" Zio menarik semangkuk indomie dari depan Daryll, "Ini udah ketiga kalinya lo makan indomie minggu ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"No, you can't, Ryll!" Zio menarik semangkuk indomie dari depan Daryll, "Ini udah ketiga kalinya lo makan indomie minggu ini. Kata bunda gue, kebanyakan makan indomie itu bisa bikin usus jerawatan loh!"

"Enggak sekalian beruntusan?" balas Daryll cuek. Cowok itu menarik kembali mangkuk mie nya, "Lagian walau gue makan mie mulu, boker gue tetap lebih lancar daripada lo."

Zio menutup mulutnya. Baru pertama kali gue ngelihat ekspresi tersinggung yang selebai itu, "Ko, jadi bawa-bawa sistem pencernaan sih? Enggak nyambung lo!"

Daryll berhenti mengaduk mie nya, "Lah, lo tuh yang enggak nyambung! Gue lagi makan tiba-tiba mangkoknya ditarik!"

Zio menggeleng-geleng melihat respon darah tinggi Daryll seakan baru pertama kali melihatnya, "Itu berarti gue khawatir sama lo, silly.... Ih, apa sih lu! Ko, lo malah sewot sih?"

"Ya, sewot lah! Gangguin orang lagi makan aja!" sahut Daryll sambil mengaduk gelas Milo nya dengan sedotan.

Setelah beberapa minggu kenalan, sedikit banyak gue bisa menjabarkan beberapa hal unik dari Daryll. Satu, cowok ini galak banget. Sangking galaknya, gue sampai pernah bertanya apa dia mengidap darah tinggi. Tapi anehnya, walaupun galak, Daryll enggak kasar. Dia bukan tipe preman sekolah yang ditakuti satu angkatan, melainkan hanya cowok jutek yang sulit menunjukan emosinya, makanya jatuhnya jadi sewot.

Dua, Daryll selalu minum Milo. Apapun makanannya, kapanpun waktunya. Selalu Milo. Gue bahkan enggak pernah melihatnya minum air putih. Semoga aja dia enggak sakit ginjal.

Tiga, Daryll membangun tembok kasat mata yang sulit untuk ditembus. Bukan karena cowok ini orang yang tertutup (or maybe he is....) tapi menurut gue sih, lebih ke kalau dia merasa enggak cocok berteman sama lo, dia enggak akan membuang-buang waktu untuk terus beramah-tamah sama lo. Cowok ini akan mundur dan mencari orang lain yang mengerti dunianya. Yang kalau dilihat dari pengamatan gue sih, belum ketemu. Makanya Daryll lebih suka menyendiri di perpustakaan atau atap sekolah daripada harus capek-capek bergaul di koridor kelas.

Tapi di sinilah magic nya. Walaupun enggak memiliki teman, Daryll enggak masuk ke dalam kasta anak cupu. Justru, cowok ini punya aura yang bikin orang lain segan padanya. Buktinya, setiap Daryll udah buku mulut, semua orang pasti langsung diam. Pentolan angkatan gue aja enggak berani ngajak ngomong dia. Dan entah ibunya pernah ngidam apa, walaupun anaknya ini jarang aktif dimanapun, Daryll selalu jadi pusat perhatian kemana pun dia pergi bahkan saat dia ENGGAK MELAKUKAN APAPUN. Coba deh perhatiin, setiap Daryll lewat, pasti semua orang pada nengok. Magic.

Zio, on the other hand, berkebalikan seratus delapan puluh derajat sama Daryll. Ngobrol sama dia itu kaya lagi nonton sirkus. Rameeeee banget. Apapun topiknya, kalau Zio yang cerita, pasti semua orang ketawa. Entah karena pemilihan katanya yang lebai atau wajah ekspresifnya yang suka konyol. Makanya walau sekolah baru dimulai, satu angkatan udah kenal tuh sama yang namanya Gevanny E. Fabrizio. Itu loh, cowok ganteng kelas 10-4 yang kerjanya ngobrol sama cewek-cewek dipinggir lapangan sambil nyesap soda.

The Name of The Game [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang