5: Plung!

6.8K 1K 226
                                    


Flo.

Jam udah menunjukan pukul setengah sembilan malam ketika gue sampai di stasiun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam udah menunjukan pukul setengah sembilan malam ketika gue sampai di stasiun. Pertemuan dengan alumni ternyata makan waktu lebih banyak dari yang gue kira. Padahal kegiatannya cuma ngobrol-ngobrol dan sharing-sharing tentang kehidupan kampus. Untung selama pertemuan tadi gue duduk di sebelah Olivia, jadi bisa curi-curi kesempatan untuk ngobrol.

Waktu pertama kali mengenalnya, gue tahu banget, nih, kalau dia itu tipe manusia ambisius, karena cewek itu enggak pernah absen bertanya setiap pelajaran. Cewek itu juga selalu bisa menjawab ketika diberikan pertanyaan random dari dosen, tapi walau begitu, gue enggak menemukan kesan jumawa darinya. Malah ternyata, anaknya generous banget.

Ketika sampai rumah, gue akan tersenyum sebelum tidur karena akhirnya berhasil mendapatkan teman. What a good day.

Gue mematut diri di kaca toilet stasiun sekali lagi, lalu hendak keluar, namun seseorang menahan langkah gue, "FLO!" Zio berdiri di depan toilet cewek.

Keningnya penuh peluh dan wajahnya pucat,"Di dalam ada orang nggak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keningnya penuh peluh dan wajahnya pucat,"Di dalam ada orang nggak?"

"Di dalam mana?"

"Di toilet!"

"Mana gue tahu. Gue, kan, enggak pernah masuk toilet cowok."

"Gue enggak nanya toilet cowok!" bentaknya, "Di dalam toilet cewek ada orang atau enggak?"

Gue enggak tersinggung dibentak seperti itu, karena wajah Zio sekarang terlihat panik banget. Kaya habis dikejar harimau, "Enggak ada orang, sih. Emang kena...."

"Minggir!", Zio berlari masuk ke dalam salah satu bilik toilet cewek lalu mengunci pintu, "Tutup pintu toiletnya, Flo!" serunya, "Sekarang! Please! Tolong jagain biar enggak ada cewek yang masuk!"

"Lo ngapain, sih?" Walau begitu, gue tetap mengunci pintu sesuai perintahnya, "Lo lagi dikejar-kejar stalker atau gimana?"

"Gue kebelet boker." Karena toilet ini kecil, suara semut, pun, bisa bergema. Dan gue bisa mendengar suara gesper dan resleting yang sedang dibuka. Pipi gue langsung merah seketika, "Toilet cowok di sini jorok banget. Biasanya gue bakal sekuat tenaga buat tahan sampai rumah, tapi kali ini gue nyerah. Udah enggak kuat."

The Name of The Game [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang