Bonus Chapter: Sleepover at Daryll's

3.3K 469 183
                                    


Zio

Halloooooooooo, apa kabar permisah Insert di rumaaaahhh!!!!! Pada kangen enggak sama manusia paling ganteng sejagat raya ini???????

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halloooooooooo, apa kabar permisah Insert di rumaaaahhh!!!!! Pada kangen enggak sama manusia paling ganteng sejagat raya ini???????

JADI, gue dan Daryll habis menghadiri reuni SMA di daerah Kuningan. Itu orang tadinya enggak mau ikut. Enggak kaget juga sih. Mana mau Daryll capek-capek menembus macetnya Jakarta untuk datang ke acara 'enggak penting' kaya gitu? Tapi berkat kibulan cetar membahana gue kalau di restoran tempat kami reuni ada Milo dingin super enak, akhirnya doi mau datang. (Lumayan kan biar bisa nebeng) Kemudian manusia itu mencak-mencak karena restoran itu bukan menjual Milo dingin melainkan ice chocolate! Hihihihi.

"Apa bedanya coba Ice chocolate sama Milo? Kan, rasanya sama-sama cokelat!" bela gue waktu Daryll ngomel.

"Kalau gue bilang rasa susu putih sama vanilla itu sama lo terima enggak?!" balasnya kesal. Benar juga sih. Gue paling gedek kalau masih ada orang yang mikir susu putih dan vanilla itu sama aja.

ANYWAY, karena hari udah malam banget dan lagi enggak bawa mobil, akhirnya gue terpaksa nginap di rumah Daryll. Sebenarnya bisa aja sih balik naik grab bike, tapi bunda takut anak kesayangannya ini dibegal jadi lebih baik bermalam di rumah Ferdinand aja.

Udah lama banget dari terakhir gue main ke sini. Kayanya terakhir waktu masih awal-awal kuliah deh. Rumah Daryll enggak berubah. Gede, sepi, dan jadul. Kalau bunda main ke sini, beliau pasti gemas banget ingin merombak seisi rumah ini dengan katalog terbaru di IKEA. Umur sofa ruang tamu Daryll aja kayanya lebih tua dari kakek gue deh sangking jadul modelnya. Sama aja kaya yang punya.

"Bokap nyokap lo mana, Ryll? Gue mau salam dulu nih." Kan, enggak enak sama mertua.

"Udah tidur." Balas cowok itu singkat. Daryll membuka pintu kamarnya yang penuh stiker, lalu menanggalkan jaket jeansnya dan langsung rebahan di kasur.

Gue duduk di meja belajar. Kamar Daryll juga enggak berubah. Minim perabotan, tapi temboknya penuh dengan poster-poster musisi kesukaannya. Dulu, gue sama Shaien sering main ke sini buat ngerjain tugas karena rumah Daryll paling dekat dari sekolah kami. Terus, pulangnya si Shaien pasti bersin-bersin karena alergi sama kucing-kucing gembel di sini, "Ryll, gue pinjam kaos ya? Kaos gue bau rokok."

"Ambil aja." Katanya sambil gegoleran. Tangannya meraih seekor kucing yang sedang menggelung pelan di ujung tempat tidur lalu menciuminya gemas. Terus gue harus tidur di kasur yang penuh sama bulu kucing gitu? Major EW!

Gue mengambil kaus di tumpukan paling atas, "Gue pinjam celana rumah juga ya." Sebelum Daryll menjawab, gue mengambil celana basket warna biru tua lalu mengganti pakaian gue, "Ryll, gue mau seka."

"Seka?" Daryll menguap, "Seka apaan?"

"Bersih-bersih." Gue membuat gerakan sedang menyibak air. Pinginnya sih mandi, tapi gue YAKIN Daryll enggak punya body lotion. Kulit gue bisa mengelupas kalau habis kena sabun terus enggak langsung dikasih pelembab. Kecuali kalau sabun mandi Daryll itu softening shower oil with almond oil nya L'Occitane yang which is tambah enggak mungkin lagi, "Pinjam sikat gigi dong."

The Name of The Game [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang