"Biarkan kami yang mengurus Nona Han." Kata pengawal Ayeong.

"Oh tentu saja." Jawab Hyungwon.

Tetapi tangan Ayeong telah menghalau tubuh pengawalnya yang hendak meraihnya.

"Aaa,,, kkeojyeo!!!" Ayeong memekik dengan mata terpejam, menggerakkan tangannya dengan gerakan menguris namun tak terarah jelas pada siapa. Karena gerakan yang tiba-tiba dan mabuk, ia terhuyung ke samping. Beruntung Hyungwon masih memeganginya sehingga Ayeong yang sedang mabuk berat itu tidak terjatuh ke lantai.

"Nona..."

Ayeong terkekeh, berusaha mendongak tetapi kepalanya tidak bisa diam. Ia mengankat jarinya dan mengarahkan jarinya kepada si pengawal.

"Kau..." Ucapannya terpotong karena cegukan dan ia terkekeh. "Kkeojyeo."

Ia kemudian bergerak merapatkan tubuhnya pada Hyungwon, melingkarkan kedua tangannya di leher Hyungwon. Ia menatap sayu pada Hyungwon sambil tersenyum. Hyungwon memposisikan tangannya di pinggang Ayeong, menopang tubuh Ayeong agar tidak jatuh.

"Aku...hanya mau...diantar olehnya." Ucapnya, ia mendekatkan wajahnya pada Hyungwon dan berbisik.

"Aku menginginkanmu malam ini."

"It's an honor."

Hyungwon dengan sengaja berbicara sangat dekat dengan telinga Ayeong dan membiarkan nafasnya yang hangat menyapu permukaan kulit Ayeong yang sensitive sehngga membuat Ayeong tersentak dan makin merah wajahnya. Hyungwon membiarkan Ayeong menikmati sensasi yang barusan ia berikan dan simulasi sentuhan tangannya di pinggang Ayeong. Ia mengangkat kepalanya untuk melihat wajah si pengawal.

"Kurasa anda sudah mendengar perintah Nona Ayeong." Katanya dengan senyum tipis dan tatapan merendahkan. Tanpa menunggu lagi Hyungwon membopong Ayeong menjauh dari si pengawal menuju ke kamar tempat Ayeong menginap.

+++++

Yoochun melesat masuk ke rumah dan menutup pintu di belakangnya.

"Aku masih ada pekerjaan." Ucapnya sebelum Junsu yang tengah menunggunya di ruang tengah berbicara. "Jangan marah karena ini sangat penting. Jadi aku akan mengurung diri di ruang kerjaku semalaman."

Yoochun mengecup kening Junsu dan mengusapkan ibu jarinya di pipi Junsu yang montok.

"Kau pergilah tidur dan temani Junyoung." Karena Yoochun menyelesaikan kalimatnya sambil berjalan, ia tidak melihat kerutan di kening Junsu.

Yooochun melepaskan jaketnya begitu sampai di depan pintu ruang kerja. Melepaskan sarung senjata dan dilempar ke sofa. Menarik lepas sepatu botnya dengan melompat-lompat dengan satu kaki menuju computer di atas meja dan melepaskan satu sepatu yang lainnya sambil duduk. Sambil menunggu komputernya menyala ia melepas jas dan dasi yang mencekik lehernya, juga membuka dua kancing teratas kemeja.

"Chunie," Panggil Junsu dengan suara lembut yang lemah, meletakkan tangannya di bahu Yoochun lalu merunduk.

"Aku rindu."

Yoochun meraih tangan Junsu, menurunkan tangan Junsu dari bahunya sehingga ia mempunyai ruang yang cukup untuk memutar kursinya sehingga kini ia bisa dengan sangat jelas melihat wajah Junsu yang diselimuti harsat. Diciuminya punggung tangan Junsu dengan lembut.

"Biarkan aku menyelesaikan pekerjaanku. Setidaknya sampai aku menemukan jawaban yang pasti. Setel—"

Belum habis ia menjelaskan, Junsu telah menarik tangannya dari genggaman Yoochun dan berbalik badan keluar dari ruang kerja Yoochun dan membanting pintu saat ia keluar.

A MAN BEHIND THE MIRROR Where stories live. Discover now