31. Lost

17.5K 2K 214
                                    


Seorang laki-laki sedang duduk sembari membaca sebuah block note, kelas belum dimulai maka dari itu ia masih bersantai-santai. Tempat duduk di sampingnya tampak kosong, karena sang penghuninya tak kunjung datang.

Yoongi beberapa kali terkekeh sendiri ketika membaca tiap kalimat di halaman block note tersebut. Hingga sebuah tas dilempar, yang tiba-tiba melintas di atas kepalanya itu membuat mood membacanya buyar.

"Sudah berapa kali kau membaca itu. Tidak ada bosan-bosannya?" tanya Joonmyeon, orang yang melemparkan tas itu adalah Joonmyeon.

"Lupa sudah berapa kali." Yoongi menutup block note itu kemudian dimasukkan ke dalam tas.

"Ah aku tidak tahu, jika Hyera tahu mungkin ia bisa mengomelimu." Joonmyeon duduk di samping Yoongi dan tangannya membuka tasnya.

Yoongi terkekeh, "Aku berharap aku bisa mendengarnya ia mengomel lagi. Ck, mana susuku?!"

"Dasar tidak bisa sabar! Ini kau berhutang banyak padaku." tangan Joonmyeon meletakkan sekotak susu coklat di hadapan Yoongi, "Kau sudah belajar? Besok kita mulai simulasi ujian."

"Sudah." Laki-laki itu meminum susu miliknya, "Tidak terasa, sebentar lagi sekolah akan berakhir." mata Yoongi mengamati sekeliling ruang kelasnya.


****


"Lee Hyera, aku datang."

Yoongi berdiri di depan pusara Hyera. Kemudian ia meletakkan setangkai bunga mawar merah di nisan gadis kesayangannya itu. Terdapat setangkai bunga yang telah layu, yang Yoongi singkirkan.

"Aku sudah berjanji ke padamu, aku terus mengunjungimu setiap minggunya. Namun, ku rasa beberapa bulan ke depan, aku tidak akan mengunjungimu lagi."

Sembari menatap nisan Hyera, tangan laki-laki itu membersihkan nisannya yang sedikit kotor. "Aku mau melanjutkan sekolahku di Harvard. Bagaimana? Kau terpesona denganku bukan?"

"Jujur kalau aku merindukanmu, aku suka meminum susu strawberry atau hal yang berhubungan dengan strawberry. Aku tidak mau membaca bukumu itu. Bisa-bisa membuatku semakin mengingatkan masa-masa kita bersama dulu."

"Tapi tetap saja, seberapa kerasnya aku mencoba menyingkirkan ingatan tentangmu. Tentang perasaanku kepadamu, dan rasa rinduku. Semua hal itu, selalu datang tanpa permisi. Apakah kau tahu, aku terkadang menangis di apartemenku seorang diri. Terkadang aku menyesal telah mengeluarkan air mataku untukmu."

Yoongi tersenyum tipis, "Kemudian sekarang, aku berbicara sendiri seolah kau ada di hadapanku."

Setelah beberapa menit diam, Yoongi bangkit dari duduknya dan membersihkan celana belakangnya. "Aku pamit dulu, minggu depan aku akan kesini lagi. Kau tidak ingin aku membawakan susu strawberry juga kan?"

Karena hari telah sore, Yoongi pun pulang ke apartemennya. Kini hal yang paling ia takuti ada di hadapannya. Mau tidak mau, ia harus bisa melawan sepi. Yoongi takut dengan sepi, karena dengan begitu bayangan tentang beberapa bulan yang lalu akan bermunculan.

Yoongi mengambil sekaleng soda dari dalam lemari pendingin, kemudian ia bawa ke meja belajarnya. Di sana Yoongi duduk cukup lama, tidak melakukan apa-apa selain membaca sebuah block note. Block note tersebut diketahui milik Hyera. Sehari setelah Hyera meninggal, Hena memberikannya ke pada Yoongi.

Sesuatu yang sedikit menyayat hati ibunya, sebuah kalimat yang dilontarkan Hyera mengenai skenario hidup. Gadis ceria itu berkata ketika menyerahkan block note tersebut, "Karena aku tidak bisa menentukan nasibku, dan takdirku sendiri. Maka, aku tetap akan mewujudkannya walau hanya dalam sebuah cerita di buku ini."

Block note yang berisikan cerita, memori kebersamaan Hyera dan Yoongi. Sejak awal mereka bertemu sampai akhirnya ketika Yoongi menyatakan perasaannya di lapangan basket. Setelah itu, Hyera membuat semuanya berjalan atas kemauannya sendiri. Tidak ada leukimia, tidak ada penderitaan dirinya. Bahkan sebuah ending berujung kematian juga tidak ada. Semua dibuat berakhir bahagia oleh Hyera. Hubungan yang berjalan baik, penuh cinta kasih dan romantis. Meraih mimpi bersama sampai menikah dan memilik keturunan. Hyera membuat sedemikian rupa, seperti apa yang ia mau. Karena ia tahu, Tuhan tidak akan memberikan hal itu.

Hal terfavorit Yoongi yang ada di dalam block note Hyera adalah, sebuah surat pengakuan, surat cinta dan surat perpisahan yang dirangkap jadi satu.


Untuk teman hatiku, Min Yoon Gi.

Ketika orang bijak bicara, bahwa cinta hanya sebatas kebutuhan untuk memenuhi hasrat biologis. Tapi hal itu tidak tercipta untukku.

Dalam psikologi, ada dua jenis cinta. Cinta yang romantis, dan cinta kasih. Cinta romantis, di mana pasangan itu bergelora sekali asmaranya dibumbui dengan sentuhan-sentuhan kecil, genggaman tangan sampai bercinta. Sepertinya aku juga tidak mendapat cinta yang romantis itu.

Kedua adalah, cinta kasih. Cinta yang lebih tenang. Saling mendukung, mendengarkan dan didengarkan. Sebuah ungkapan cinta tersirat dan tersurat. Aku mendapatkan banyak cinta kasih selama hidupku. Termasuk darimu.

Cinta pertamaku, adalah ayahku. Pria pertama yang aku cinta. Di mana dengannya, aku mengenal cinta tanpa pamrih dan harap balasan.

Cinta kasih. Bagiku, cinta yang tak habis dimakan waktu. Ketika sosok itu tak lagi di sisimu, rasa cintamu tetap menyertainya. Entah di mana pun dirinya berada.

Kau.

Kau yang sedang membaca surat cintaku.

Aku mencintaimu dengan kasih yang tak akan habis ditelan waktu. Walau aku tidak di sisimu saat ini, percayalah cinta terakhirku, telah ku labuhkan padamu. Kau pelabuhan terakhir hatiku. Aku memahat namamu di hatiku dengan bangga di hadapan Tuhan.

Sekeras aku mencoba, aku menahan diriku agar tidak menaruh hati padamu. Kita adalah sebagian kecil takdir yang hanya dipertemukan, namun tidak dipersatukan.

Karena hatiku tak seluas lautan, dan tak sedalam palung. Maka dari itu, aku hanya menyimpan namamu seorang. Tiada yang lain. Ada satu ruang kecil di hatiku, dan itu untukmu.

Walau terkadang aku merindukan pertengkaran-pertengkaran kecil kita. Walau aku rindu di saat kita bertemu dulu. Tidak jarang juga aku merindukan sifat dinginmu yang mengesalkan itu.

Ketika aku berdoa. Aku hanya berdoa untukku, ibuku, dan ayahku. Namun kini berbeda. Aku ikut mendoakanmu. Di saat teduhku, aku memikirkanmu.

Namun, terkadang. Aku merasa putus asa. Aku marah dengan Tuhan, dengan Ibuku, dengan ayahku, dan dengan diriku sendiri. Aku marah. Kenapa aku diberi perasaan, walau akhirnya aku akan terluka karena cinta tak dapat ku miliki di dunia. Apakah mereka sengaja membuatku sakit hati, atau ingin membuatku berkecil hati dan bersedih hati?

Terkadang aku ingin membuang hidupku. Aku membenci diriku. Aku membenci Sang Penciptaku. Hingga di saat keputus-asaku, aku bertemu denganmu.

Aku sadar bahwa ada kesamaan di antara kita. Namun kau lebih kuat. Aku bertanya-tanya tiap malam sebelum terlelap. Apakah kau pernah ingin membuang hidupmu? Namun ternyata, yang kulihat. Kau lebih cenderung menyiakan hidupmu.

Lalu aku ingin membantumu, keluar dari jurang gelapmu. Kemudian rasa itu tumbuh.

Rasa ingin hidup lebih lama itu muncul lagi, dan kuingin memperjuangkan hidupku sekali lagi. Aku ingin bersama denganmu lebih lama lagi. Banyak hal yang ingin kulakukan bersamamu, maka dari itu aku berjuang lagi.

Suatu malam dingin, di Tokyo. Aku mendoakanmu dari ketinggian menara Tokyo. Berharap doaku lebih cepat sampai jika aku ada di tempat yang tinggi.

"Tuhan, beri aku waktu lagi. Aku ingin bersama dengannya."

Tapi sepertinya, Ia lebih menginginkanku pulang cepat. Ia lebih merindukanku daripada aku merindukanmu. Maka dari itu, ia memberiku sedikit waktu untuk perpisahan denganmu.

Pesan untukmu, cintaku.

Setelah kau membaca lembar terakhir dari buku ini. Maka turut berakhirlah rasa cintaku ini untukmu, dan aku berharap kau pun begitu.

Setelah kau menutup buku ini, tolong lupakan segala rasa amarahmu terhadapku tentang perkara aku meninggalkanmu.

Namun,
Jika kau merindukanku. Merindukan kita berdua. Dengan senang hati, bacalah buku ini maka kita akan bernostalgia bersama. Aku tidak bisa membuat cerita, merangkai kata, sebagus dirimu. Tapi karena kekuatan rasaku kepadamu, aku mampu membuatnya hingga akhir. Akhir yang bahagia untuk kita berdua di sini.

Kau memang cinta terakhirku, Yoongi. Tapi, cinta terakhirmu bukanlah aku. Sosok gadis lain menantimu di masa depanmu. Berdamailah dengan masa lalumu, maka kau akan mendapat kebahagiaan di masa yang mendatang. Bertemanlah dengan banyak orang. Aku tahu kau akan menjadi laki-laki bersahaja ketika tua nanti. Ketika kau punya anak dan cucu, perkenalkan aku pada mereka. Bagaimana kisah remajamu dulu. Aku tahu mereka sangat menyukainya.

Kalimat terakhirku,
Selamat tinggal aku bahagia, Min Yoon Gi. Terima kasih, sayang, pelabuhan hatiku.


Setetes air mata mengalir di pipi kanan Yoongi, namun sesegera mungkin ia hapus. Mengingat memori lampau yang menyakitkan tentang kepergian Hyera yang begitu cepatnya. Sebelum napas terakhir, gadis itu sempat meminta dinyanyikan sebuah lullaby. Namun Yoongi tak mengabulkannya, dan sekarang ia menyesal akan perbuatannya. Sebelum meninggal, Hyera menyuapi ibunya, Joonmyeon, dan Yoongi. Mungkin gadis itu sedang membuat memori perpisahan.

Hingga akhirnya, mata Hyera terpejam. Ia tidur terlelap dan tidak pernah bangun lagi.

"Andai aku tahu. Aku tidak menyuruhmu tidur." gumam Yoongi.

Flashback

Baru beberapa menit Hyera terlelap, dan Yoongi hendak pulang. Terdengar suara nyaring dari monitor pemantau detak jantung, yang membuat para perawat dan dokter jaga berlarian. Suara itu berasal dari ruangan Hyera. Sontak Yoongi berlari kembali lagi ke ruangan Hyera. Seperti gelas kaca yang di jatuhkan dari ketinggian, begitulah perasaan Yoongi saat ini. Jantungnya berdebar, kakinya mendadak lemas ketika melihat suasana di ruangan. Hena dan Joonmyeon saling menguatkan, terlihat jelas kalau wanita sebaya itu menangis. Kemudian tim medis yang sedang melakukan tindakan pertama, beberapa alat seperti kejut jantung dan yang lainnya dilakukan guna mengembalikan detak jantung Hyera yang tiba-tiba hilang. Riuh, mencekam. Mungkin ini akan menjadi mimpi buruk Yoongi tiap malamnya.

"Dokter," Yoongi berjalan mendekati kerumunan tim medis. Kemudian ia menepuk dokter yang sedang memompa dada Hyera, "Dokter sudah, tidak apa-apa. Aku tidak ingin dia bangun lalu kesakitan lagi." ucap Yoongi dengan intonasi yang rendah.

Joonmyeon yang sedang menenangkan ibu Hyera itu menatap Yoongi dan Hena bergantian, "Bibi, sudah ikhlas?" tanya Joonmyeon yang kemudian tidak lama dijawab anggukan dari Hena. Lalu sejurus kemudian Hena memeluk Joonmyeon, "Tidak apa-apa, sekarang putrimu tidak akan kesakitan lagi." Joonmyeon mengusap-usap punggung Hena.

Tim medis sudah melepaskan alat-alat rumah sakit yang menempel di tubuh Hyera, dan kini tubuh gadis itu sudah tertutup selimut rumah sakit. Yoongi duduk di samping tempat tidur Hyera, laki-laki itu menangis sesenggukan di samping jasad gadis kesayangannya.

"Aku bahkan belum mengucapkan selamat tinggal." Yoongi menutup matanya dengan satu tangannya. "Bahkan gadis ini, meninggal hidungnya masih mengalirkan darah. Meninggal saja masih membuatku khawatir."




"Di sampingmu, dengan rasa putus asaku. Kini aku kehilanganmu, dalam kesendirian aku memimpikan kebersamaan kita berdua. Aku baru mengakui kalau aku sangat mencintaimu, ketika aku kehilanganmu."



****

Epilog akan di update segera♡

Sweet Bad Boy - Min Yoongi [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now