28. Aparttement

11.1K 1.7K 33
                                    

Yoongi berjalan mendahului Joonmyeon yang jauh sekali di belakangnya. Keduanya merasa canggung, walau sudah kenal dan menjadi teman sekelas mereka jarang berbicara satu sama lain. Namun sekarang terpaksa harus pergi bersama.

"Tak bisakah kau berjalan lebih cepat?" Yoongi menolehkan kepalanya sedikit untuk melihat Joonmyeon.

Joonmyeon mencibir, kemudian ia mempercepat langkah kakinya dan menyusul Yoongi. "Sebenarnya kenapa kita berjalan ke arah halte?" tanya Joonmyeon.

"Transportasi kita hanya bus."
"Lalu, di mana motormu?"
"Aku jual."
"Kau jual?! Kenapa?!!"

Yoongi mengembuskan napasnya kasar, “Akan ku ceritakan nanti."

Kemudian mereka berdua menunggu bus, dan tidak lama bus yang akan mereka tumpangi datang. Selama kurang lebih 15 menit perjalanan, sampailah di depan sebuah apartemen mewah dekat dengan sungai Han.

Bahkan Joonmyeon sempat terkagum-kagum dengan gedung apartemennya sampai interior yang dipunyai gedung tersebut.

"Kau tinggal di sini?" tanya Joonmyeon. Yoongi hanya diam dan sambil menekan kode pintu apartemennya.

Baru saja mereka melangkah masuk ke dalam, dan setelah Yoongi menyalakan lampu. Joonmyeon dibuat melongo terheran-heran tak habis pikir.

"Ini apartemen atau penthouse?! Kau di sini sendiri? Astaga."

"Lepas sepatumu, jangan berdiri di situ terus." Yoongi membuka sepatunya kemudian di letakkan di lemari sepatu.

Selama Yoongi mengambil minum, Joonmyeon malah sibuk berkeliling. Sampai akhirnya ia berdiri di depan balkon yang mempunyai pemandangan sangat indah. Tampak jelas sekali jembatan dan sungai han yang indah, lampu-lampu jalan dan gedung-gedung yang lain turut menghiasi senja ini.

"Joonmyeon kau tidak mau duduk?" Yoongi duduk di sofa dan meluruskan kakinya yang diangkat di atas meja. Sembari jemarinya membuka kaleng soda.

"Ini milik ayahmu?" Joonmyeon duduk berseberangan dengan Yoongi.

"Ini punyaku, punya ayahku di kawasan gangnam." Yoongi menenggak sodanya.

"Astaga Ya Tuhan. Apakah jauh lebih besar?" tanya Joonmyeon, sembari ia membuka kaleng sodanya.

Yoongi mengangguk, "Lebih tepatnya penthouse kalau milik ayahku. Kau jangan berisik, di sebelah ada artis, Soyou kalau tak salah." Senyum culas muncul di wajah Yoongi.

Joonmyeon membelalakkan matanya kemudian ia menutup bibirnya, "Astaga. Daebak!"

Yoongi terkekeh, "Dia selalu latihan menyanyi di balkonnya."

"Tapi bukannya kau punya rumah? Kenapa di apartemen?"

Yoongi meletakkan minumannya di meja. "Hm, ayahku menjual rumah kami. Lalu pindah ke Amerika, sebenarnya denganku juga. Tapi aku mau menyelesaikan sekolahku di sini. Lagi pula dengan ayahku pindah, ia tidak perlu pulang pergi ke Seoul."

"Ah, jadi maka dari itu kau tinggal di sini. Hyera sudah tahu?"
"Belum." Yoongi mengembuskan napasnya, "Tidak perlu tahu."
"Tapi, kenapa?"
"Biarkan saja. Aku tidak ingin membuatnya lelah berpikir tentangku terus."

Mendengar ucapan Yoongi, Joonmyeon terpikir oleh perlakuan Hyera yang sama dengan Yoongi. Mereka sama-sama tidak mau memperlihatkan setiap masalahnya. Mereka berdua sama-sama tertutupnya.

Joonmyeon tersenyum miring, "Kalian mirip sekali."

"Apa? Mirip dengan siapa?" Sebelah alis Yoongi terangkat. Yoongi penasaran siapa yang dimaksud mirip oleh Joonmyeon.

"Kau dan Hyera," Joonmyeon meminum sodanya, "Kalian itu diam-diam saling melindungi, namun diam-diam saling menyakiti diri sendiri. Berpura-pura baik-baik saja, namun rapuh di dalam."

"Hyera menolakku saat aku menyatakan perasaanku." Yoongi tersenyum tipis. Senyum penuh kepahitan.

"Kenapa?"

Yoongi menyangga kepalanya dengan tangannya di dahi. "Aku tidak tahu. Ia mau kita hanya berteman." Satu tarikan napas yang dalam lalu dikeluarkan oleh Yoongi, "Aku tahu, gadis itu tidak mau menyakitiku. Karena, ia tahu waktunya tidak banyak. Aku tahu itu, aku paham semuanya. Tapi aku hanya diam dan mengikuti semua yang ia mau. Termasuk kau mengajakku pergi ketika ia akan kemoterapi." Pandangan mata Yoongi tertuju pada Joonmyeon.

"Kau tahu?"

"Hm, aku pernah tak sengaja melihat proses kemoterapinya dari luar. Di sana, aku melihat sendiri bagaimana dirinya meronta, menangis meminta tolong. Entah kenapa ia selalu melarangku datang saat kemoterapinya. Apakah ia malu atau ada hal yang lainnya."

"Aku juga tidak tahu, pikiran seorang perempuan itu rumin Yoongi." Joonmyeon tersenyum tipis.

Mendengar ucapan Joonmyeon yang ada benarnya, Yoongi menganggukkan kepalanya, "Betul juga. Ah iya. Kebetulan kau di sini, mau bantu aku?"

"Membantu apa?"
"Memindahkan lemari dan menggeser ranjangku. Aku tidak bisa melakukannya sendiri."
"Heol?! Kau mengajakku ke sini karena ingin memanfaatkan tenagaku?"
"Ah tolonglah aku!"
"Iya-iya! Tidak perlu berteriak begitu!"
"Kau juga berteriak padaku kenapa?!"
"Argh!! Cepat mana lemari sialanmu itu?!"
"Apa? Lemari sialan?! Hei kau tahu berapa harga satu lemari itu?!"
"Oh-ho! Sombongnya kau!"

****

Sweet Bad Boy - Min Yoongi [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang