Julian tertegun saat tahu beberapa teknik yang dikenalnya digunakan pria itu. Teknik yang sering ia lakukan untuk melumpuhkan lawan dan meskipun masih terbilang dasar.

Teknik Judo.

Erangan kesakitan dirasakannya saat perutnya dipukul begitu kuat. Pria asing itu tidak memedulikan rintihan yang keluar dari bibir tipis penuh luka itu.

Julian lumpuh di bawah kekuatan pria di atasnya.

Julian terbatuk. Mulutnya sudah berlumuran darah sambil mengerang kesakitan pada perutnya.

Pria asing itu berdiri dengan senyum puas di balik penutup wajahnya. Ia membersihkan kedua tangannya yang disarung—mencoba untuk tidak meninggalkan bekas, sidik. Meskipun ia tetap sadar dengan semuanya.

Ia berteriak kuat saat pipi kanan ditekan dengan sepatu pria asing itu. Pria itu menekannya begitu dalam. Seluruh tubuh Julian telah terkuras. Tidak ada belaskasihan yang didapatkannya.

Pria asing itu berjongkok. Memerhatikan Julian yang telah kalah—babak belur dengan tangannya sendiri. Hasil karya yang telah ia tunggu selama ini.

Ia menilik Julian dari atas kepala hingga ujung kaki. Pria asing itu tersenyum puas.

Julian mengumpat kasar dalam hati. Pria asing itu mengejeknya dalam keterdiaman.

Bugh!

Dengan mengumpulkan sisa tenaganya, Julian mampu meraih leher pria itu—mengajaknya bergulat—saling meninju—melumpuhkan.

Posisi Julian berubah di bawah pria itu setelah mampu menyerang hidung. Ganti, pria asing itu meninju Julian.

"KATAKAN SIAPA ELO BERENGSEK?!!!"

Emosi yang memuncak ia bisa membalikkan posisi menjadi di atasnya. Ia menekan kuat perut pria asing itu agar tidak bisa bergerak. Ia mengunci tangan dan mencengkeram leher pria itu.

Pria asing itu mencoba melepaskan cengkeraman Julian.

Julian tidak akan membiarkan pria itu berhasil lagi. Ia mencengkeram lebih kuat. Sekaligus tangannya bergerak melepas penutup wajah.

Seketika ia terbelalak melihat ada tanda luka sayat di pipi pria itu—persis yang dilakukannya pada seseorang.

Tanpa sadar cengkeraman itu mengendur dan membuat sang lawan memanfaatkan meninju sekali wajah Julian. Kemudian berdiri masih melihat keterkejutan Julian dan penutup wajah yang tidak di tarik sempurna.

"Ba-ron?!"

**

"Sudah Lyn, gak usah nangis. Gue ikut sedih lihat lo begini."

Milly mencuri pandang sebentar, sebelum mengambil jalur kanan—menambah kecepatan mobil—mendahului truk di jalan tol.

Olyn mengangis di antara kedua telapak tangannya. Perjalanan panjangnya semakin membuatnya hancur—ia telah mengecewakan Julian dan ternyata ponsel pria itu tidak aktif.

Ia merasa Julian marah besar padanya. Segala pemikiran negatif menguasai otaknya. "Gue takut setelah ini Julian benci sama gue. Ponselnya juga gak aktif."

"Mungkin baterai ponselnya habis, positif thinking aja."

"Gue gak tau kenapa, tapi hati gue terus gelisah dari tadi."

Tanpa sadar Olyn menggigit bibir bawahnya—menahan isakan itu kembali. Ia tidak tahu maksud dari tangis tertahannya. Gusar menghantui dirinya.

"Cuma perasaan lo aja, Lyn. Lebih baik lo berdoa, semoga gak ada hal buruk yang terjadi."

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Where stories live. Discover now