2. Home?

71.3K 4.1K 719
                                    

Gue cuma menatap makanan yang dibawa oleh pelayan. Di depan gue Johnny lagi mainan laptop dia

"Makan" ucap dia dengan nada yang datar. Gue cuma diem, gue nggak nafsu makan

"Saya nggak pernah nyuruh orang dua kali" dia kini menatap gue dengan tajam. Gue masih diem

Dia dengan sigap mengeluarkan pistol dari bawah meja, lalu menodongkan ke gue. Gue menatap dia. Sebenarnya gue takut, tapi gue mencoba berani

"Makan, atau wajah cantik kamu penuh darah" gue tetap diam

"Aku mau pulang" gue kembali menangis. Johnny meletakkan pistolnya dan masuk ke dalam ruangan. Lalu keluar dengan membawa dasi hitamnya

Dia narik tangan gue kasar. Terus ngiket kedua tangan gue di kepala ranjang dengan dasi tadi

"Kamu perlu tahu satu hal" dia jalan, terus ngambil pistol tadi dan naik ke ranjang

"Saya benci ketika orang nggak matuhin perintah saya" Johnny nodongin pistolnya ke gue. Gue cuma malingin wajah gue sambil nangis

"Saya sudah mencoba menyuruh kamu dengan halus. Tapi kamu diam. Kamu tahu gunanya mulut?" Gue mengangguk

"Answer it"

"Bi-bicara" ucap gue dengan suara yang serak bahkan mungkin dia ga dengar

"Good girl, baby" ucap dia menurunkan pistolnya

"I'm not your baby" katakan gue bodoh, tolol, goblok, bego, idiot atau apa terserah, tapi sifat gue yang selalu menjawab keluar

Johnny natap gue. Dari atas sampai bawah. Terus natap wajah gue yang udah merah. Tatapan dia bukan mesum, apalagi suka ke gue. Tatapan dia lebih mengintimidasi, mengecek tubuh gue

"Jonathan" panggil seseorang

"There's no Jonathan here" ucap Johnny. Siapa Jonathan? Dia juga siapa? Masuk-masuk dengan wajah dingin

"Your real name is Jonathan" ucap laki-laki tadi

"JONATHAN IS GONE, TEN!" Johnny teriak. Orang yang dipanggil Ten itu ngehembusin nafas kasar. Johnny turun dari ranjang. Terus duduk di samping gue yang masih keiket

"Status" Johnny ngidupin rokoknya

"Lepasin dia dulu" Ten nunjuk gue. Johnny menatap gue dan melepaskan ikatannya. Gue sedikit geser, menjauh dari Johnny

"Her dad just died. In bathroom, with cocaine in his hand. He overdose" jelas Ten yang sama sekali nggak gue pahami. Ayah siapa? Dia siapa?

"Her sister?" Tanya Johnny

"Doing fine without her eldest sister" Ten menunjukkan sebuah foto dari tablet. Gue sempat melirik, karena dasarnya memang gue anak yang kepo

Gue membulatkan mata gue. Dia Yerin. Adik gue

"KAMU APAKAN ADIK SAYA?!" Gue berdiri dan teriak. Johnny menatap gue tajam

"Duduk" gue nggak peduli. Mau dia nodong gue pake pistol kek, basoka kek granat atau apa terserah. Yang penting adik gue nggak kenapa-napa

"Leave us alone" Ten menutup tabletnya. Kemudian menatap gue dengan tatapan sedikit iba

Johnny berdiri, kemudian mendekat ke arah gue. Johnny memainkan rokoknya. Memutar-mutarkan membuat gue mundur perlahan

"Masih kurang saya tunjukan apa yang terjadi kalau kamu nggak matuhin saya?" Johnny menarik lengan gue. Mencengkramnya dengan kuat. Lalu menempelkan rokoknya yang menyala ke tangan gue

[1] DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang