2- Catatan Matematika

218 92 13
                                    

Suara ketukan sepatu sport hitam terdengar menggema disepanjang kolidor sekolah yang hening. Sekolah sudah terlihat sepi hanya ada beberapa mobil dan motor guru yang masih terpakir di halaman sekolah jika bukan karena buku catatan nya tertinggal Ren sang pelaku ketukan sepatu tersebut tidak mau memutar arah lagi ke sekeolah, langkah ren tak terlalu cepat atau pun lambat. Berjalan di kolidor sendirian sebenarnya membuat Ren Waspada, intusinya mengatakan bahwa ada orang yang sedang mengikutinya. Satu belokan lagi Ren akan sampai di loker sekolah.

Ren mengulurkan tangan nya, membuka loker miliknya. Saat itu Ren terdiam cukup lama saat loker miliknya tidak terkunci padahal Ren yakin tadi pagi-pagi ia mengunci nya kembali setelah membersihkan lokernya, Ren membiarkan pintu loker tetap terbuka.

"Lo pasti nyari buku ini kan?" suara bass itu mengalihkan pandangan Ren. Ren memiringkan kepalanya, buku catatannya berada di tangan cowok yang berada di depan nya sekarang.

Ren menatap cowok itu datar, melihat lencana perak yang di pakainya itu artinya dia adalah ketua osis SMA NUSA priode baru. Baru saja Ren hendak meraih buku catatan nya, Cowok itu -Rega Alfano- menaikan lebih tinggi ke udara.

"Balikin buku gue" seru Ren datar, ia tak mau berbelit dengan melontarkan pertanyaan yang sudah jelas bahwa Rega yang mengikutinya sejak ia berjalan di kolidor.

Rega menggaruk plipisnya dengan tangan nya yang bebas, sambil tersenyum tipis. Haruskah Ren mengumpat kenapa dia berturut-turut harus berurusan dengan laki-laki dengan wajah misterius dan sama-sama membuatnya kesal, terlebih sekarang Ren ingin segera merebahkan tubuh nya di kamar miliknya.

"Dengan satu syarat" ujar Rega masih dengan senyum tipisnya, Ren akui cowok di depan nya memiliki wajah yang rupawan tapi Ren tidak tertarik untuk memuja ketampanan seseorang seperti kebanyakan cewek lainnya. Toh jika dia mati itu artinya Tuhan mengambil kembali miliknya.

Ren mendengus, bukan nya sekarang dia tengah membuang-buang waktu berharga Ren.

"Kanapa harus ada syarat?" bukan kan jika Rega yang membobol lokernya sama saja dengan berhutang maaf kepadanya kecuali jika bukan Rega pelakunya.

"Gue udah nyelamatin buku lo dari orang-orang iseng dan loker lo masih aman dari saos tomat, jadi sebagai ucapan terima kasih gue minta balas budi dari pada ucapan makasih, meski gue yakin lo gak bakal mau meski pun gue maksa lo buat ngucapain makasih"

Ren mendengus.

"Banyak omong" ujar Ren ketus, "Apa?, Lo minta apa?"

Rega setelah itu menyodorkon buku catatan matematika Ren ke arah Ren, dengan senang hati Ren langsung mengambil catatan nya.

"Gue kabarin besok, lo udah ambil catatan nya jadi tepati janji lo" seru Rega masih dengan senyum tipisnya.

Ren mengangguk tanpa mau membuang waktunya kembali Ren melengos pergi begitu saja, hari ini ia tidak mau berdebat untuk ke-dua kalinya, di tambah Ren tidak suka berinteraksi dengan orang yang baru di kenalnya.

Ren memasuki mobil putih miliknya setelah sampai di parkiraan sekolah, menghidupkan stater sebelum Ren menginjak gas, ia lebih dahulu menempelkan ponsel putih ketelinganya menunggu telepon nya di angkat.

"Apa?"

Suara Erin terdengar tidak senang di sebrang sana, sepertinya terganggu dengan panggilan suara dari Ren.

"Gue on the way ke rumah lo" ujar Ren to the point

"Apa?, gue gak ada di rumah jangan ke rumah ada mahluk astral. Gue lagi di luar bareng bokap nyokap ada urusan" seru Erin cepat "lo kebiasaan ke rumah gak kabarin dulu"

Story Red Eyes: Playing Eyes (END) Where stories live. Discover now