24- Korban Ke-Empat?

32 16 0
                                    

Arensha akhirnya bisa kembali beraktivitas seperti biasanya. Ia meminta doker lebih cepat memulangkan nya, setelah dua hari menetap di rumah sakit. Hari ini adalah tanggal 13, kata doker ia harus lebih banyak istirahat hingga akhirnya bolos beberapa hari, sekolah kembali berjalan normal, meski rumor nya menyebar luas.

Ren sekarang berada di dapur rumah nya, bi Inah sudah pulang tadi jam delapan pagi, Ren menunagkan air kedalam gelas lalu membawa nya ke ruang tengah. Duduk di atas sofa sambil menonton acara pagi. Masih jam 9.

Suara bel rumah nya berbunyi. Ren sempa mengeryit siapa pagi-pagi seperti ini bertamu di rumah orang, Ren akhirnya berjalan menuju pintu utama lantas menarik knop pintu.

"Hai" sapa Hintar awakard sambil mengangkat satu tangan nya dengan bikisan buah, di tambah senyum lebar koyol nya.

Ren mempersilahkan Hintar masuk dengan melebarkan pintu. Hintar dengan senang hati masuk, berjalan mendekati ruang tengah alias ruang keluarga. Menyimpan bingkisan nya di atas meja, setalah itu duduk dengan nyaman.

"lo baik-baik aja" tanya Hintar setelah Ren mengambil duduk di samping nya.

"Mendingan" jawab Ren singkat.

"Jadi?" seru Hintar tiba-tiba sambil menatap Ren dengan senyum tipis.

"ada banyak yang harus gue bahas sama lo" jawab Ren akhirnya. Ren berdiri dan menaiki tangga menuju kamar nya, setelah beberapa menit Ren kembali lagi dengan kotak sedang di tangan nya.

"Ini apaan" tanya Hintar dengan satu alis terangkat, heran.

Ren mengeluarkan isi nya sekaligus, "Petunjuk" ujar Ren setelah itu berdecih.

"ini semua pentujuk si pelaku?" tanya Hintar menarik punggung nya agar melihat meja berisi barang-barang dengan jelas.

"lebih tepat nya, petunjuk korban" ujar Ren menanggapi.

Empat rubik, beberapa poto korban, sampai surat dan buku catatan Sejarah nya.

Hintar menatap Ren menunggu untuk berbicara.

"Pertama Tira Clasinia, Kedua Elvira Andini, ketigga Akbar Seftian" ujar Ren sambil menunjuk rubik sesuai urutan.

"Maksud lo rubik ini menunjukan korban" Hintar mengeryitkan dahi, "Setau gue di tempat kejadian gak pernah ada rubik" Hintar diam sejenak, "Kalo gitu ini di kirim ke rumah lo"

Ren tersenyum kecut, "Hmmm" dehem nya sambil mengangguk.

"Gue terlambat sadar, tiap ada kiriman gue gak langsung buka tapi kemarin gue inisiaf buat buka dan gue mulai tau" Ren menghela nafas, "Kalo selama ini gue nyepelein hal itu"

Hintar menarik salah satu rubik dan melihat nya, menatap nya dengan teliti, "Tira, 21 september" ujar Hintar pelan, setelah itu mata nya membelakak setelah menemukan sesuatu.

"Tujuh kotak yang belum di selesain, itu berarti 30 di kurangi 9 hasil nya 21" Hintar tersenyum tak percaya, "tanggal"

Rubik kedua, "empat kotak berarti tanggal 26" seru Hintar, giliran kotak ketiga yang berada di tangan Hintar " tanggal dua" gumam Hintar.

Wajah nya memperlihatkan ekspresi dingin, "Dia benar-benar sedang bermain-main"

Ren menghela nafas dan mengangguk, " Ini" seru Ren sambil menyimpan rubik ke empat di atas meja, "Untuk korban selanjutnya" jeda sebentar, "tanggal 15"

"Dua hari lagi?, Korban ke empat" tanya Hintar ketus.

Ren mengangguk,

"Gimana kita bisa tau siapa orang yang selanjutnya akan menjadi korban kalau-"

"Gue tau" sela Ren cepat sambil menatap Hintar.

Hintar balik menatap Ren balik.

"D.E.A.T.H" terang Ren, "Lima huruf itu, tinggal dua huruf lagi"

"Kenapa lo bisa seyakin itu, bisa aja kata yang lain"

"si pelaku sering nyimpen bunga di TKP, Granium Rose untuk Tira yang artinya pilihan. Alasan nya Karena Tira pernah minjem buku sejarah gue, dia punya pilihan hari itu, kasih ke gue atau buang. Niat nya dia mau ngejailin gue" Ren mengembil gelas berisi air dan meneguk nya, " Gue gak tau alasan pastinya Tira di kasih Granium rose, tapi gue yakin karena Tira pernah berintreaksi sama gue"

Hintar menyimak sedangkan otaknya sedang memahami semuanya, 

"Buat Elvira dengan bunga Betersweet yang artinya kebenaran karena gue ikut campur sama urusan dia. Gue pikir dengan ngebantu dia lepas dari cowok brengsek nya hidup nya bakal lebih baik, tapi si pelaku pengen nagsih tau kalo apa yang gue lakuin itu salah. Hidup Elvira lebih parah karena anak di kandungan nya, sampai beberapakali mencoba bunuh diri setelah di usir dari keluarganya" Ren menunduk kepalany tiba-tiba pusing kembali, di sisi lain hatinya merasa sakit atas kejadian yang menimpa Elvira. Ren bertanya-tanya, apakah pilihan nya waktu itu memang salah.

"Dan untuk Akbar, bunga Hydrangea ucapan terima kasih. Karena waktu itu gue gak sempet ngucapin makasih dengan bener, dia bawa makanan yang di titipin Rega buat gue" Ren menghela nafas untuk kesekian kali nya, "padahal dia gak salah apa-apa" gumam Ren pelan.

Hintar mendengar guamam an Ren hanya bisa menatap nya dengan wajah tanpa ekspresi, "Jadi maksud lo orang yang berintreaksi sama lo yang bakal jadi korban"

''Lo mungkin gak percaya, tapi gue jarang berinteraski sama orang" ujar Ren jujur. Sejauh ini Ren memang jarang berinteraski dengan orang lain, jika ia perlu saja.

"Berarti D.H, buat siapa?" tanya Hintar penasaran.

"D untuk Dendi dan H, Hera" jawab Ren pelan.

"Mereka siapa?, H bisa aja kan Hintar. Tadi kata lo orang orang yang pernah berintraksi sama lo doang yang bakal jadi korban, berarti gue juga punya kemungkinan"

Ren menggeleng, "Dia udah ngerencanain sebelum lo di tugasin buat nyelesain kasus jadi gue yakin bukan lo." Ren menatap Hintar, "Dan buat dua nama tadi lo bisa nanya ke kak Naya"

"Bunga yang bakal mereka terima, kemungkinan besar menurut lo apa"

"Gue gak tau. Makanya lo harus nanya sama kak Naya setelah itu lo pilih kemungkinan bunga buat mereka" Ren melirik Hintar sebentar, "Oh iya, bisa lo rahasian ini buat sementara?" bujuk Ren tegas.

Hintar mendengus, "Tenang aja, gue gak bakal gegabah" Hintar berdiri sambil memasukan semua barang ke dalam kotak nya kembali, "Gue bawa ini. Ngomong ngomong lo udah lepas semua cctv ya, kecuali yang di depan pintu"

"Gue lepas, sekarang gue gak butuh. Oh iya lo ambil ini" seru Ren sambil menyodorkan kalung berbandul bunga Hemlock.

Hintar mengeryit tapi akhirnya mengambil nya. Setelah itu ia pergi meninggalkan kediaman Ren. Selain itu ia punya urusan lain.


-----------------

-Ingat satu rahasia terungkap masih ada rahasia yang lebih kelam-

-Remember-

Story Red Eyes: Playing Eyes (END) Where stories live. Discover now