23- Si Pelaku

35 17 1
                                    

Arensha berkali kali menghebuskan nafas, kepalanya di perban dan infusan tersambung dengan tangan nya. Arensha juga hanya terbaring di atas tidur seperti orang yang tak berdaya padahal sekarang bukan saat nya untuk berada di sini.

Puzle yang berhaburan perlahan-lahan mulai tersusun rapih. Oh astaga kepalanya terasa berat. Pintu kamar VIP terbuka pelan, Tante Ilda dan om Aldo terlihat terkejut dan tersenyum lega setelah melihat Ren siuman.

Tante Ilda mengambil kursi dan duduk di sisi ranjang.

"Syukurlah kamu siuman, tante khawatir lihat berita pagi tadi" Seru Tante Ilda sambil mengusap rambut Ren .

Ren hanya tersenyum mebalas Tante Ilda.

"Om sama Tante baru pulang dari Solo?" tanya Ren sambil mencoba membenarkan posisi nya, tante Inda sigap membantu, menyimpan bantal sebagai sandaran.

"Iya, jam 4 om sama tante nyampe" jawab Om Aldo, "Gimana ada yang sakit Ren"

Ren menghela nafas, "Kepala Ren rasanya mau pecah Om" adu Ren dengan senyum kecil.

"Tapi Ren baik baik aja kok" lanjut Ren menyakinkan, meski selang yang berada di hidung nya menganggu.

"Erin. Erin dimana tante?" tanya Ren sambil meliar kan mata nya melihat ruangan.

"Tadi baru aja pulang. Sejak kamu ke rumah sakit sampe barusan tante sama om datang Erin nungguin kamu. Tante suruh pulang buat istirahat" kali ini tante Ilda mengenggam sebelah tangan Ren.

"Emang Ren udah berapa lama di sini"

"Delapan jam. Sampe barusan kamu siuman barusan" ujar Om Aldo.

Ren mengangguk pelan, menatap Om Aldo dan Tante Ilda bergantian.

"Ren punya permintaan" ujar Ren dengan senyum kecil tanpa keraguan.

Om Aldo menatap Ren curiga, " Permintaan?" tanya Om Aldo.

Ren mengangguk.

Tante Ilda sudah menunduk terisak sedang kan Om Aldo mendengar kan dengan seksama kejadian kejadian yang terjadi selama ini. Ren sudah memilih pilihan dan tidak ada lagi yang perlu di pertimabangkan.

Sudah cukup rasa bersalah itu membuatnya mati perlahan. Melihat tangis orang orang terdekat korban sudah membenani pundak Ren. Dari awal ini memang salah nya, dari awal bumerang nya memang di dirinya. Ren sudah cukup yakin dengan pilihan nya dan tidak akan pernah menyesal atas pilihan nya

Malam itu mimpi buruk nya tersampaikan langsung dari mulut Ren. Tante Ilda tak berhenti terisak sedangkan Om Aldo masih setia mendengarkan. Cerita yang Ren singkat, jika ia harus menjelaskan nya dengan detail. Cerita ini tidak ada habis nya.

Dari awal seharunya Ren membuat nya singkat. Tapi sudah lah cerita tinggal cerita yang pasti semuanya akan segera berakhir.

-----------------------

 "Lelah"

-Arensha Frinsa-


Senin, 31 Mei 2021

Story Red Eyes: Playing Eyes (END) Where stories live. Discover now