Aurora-2

48 9 0
                                    

Play 🎵 :  The Chainsmokers ft Halsey - Closer

***

Pagi ini Aura bangun dengan lesu, tak ada semangatnya sedikitpun. Kantung matanya punya kantung mata, seperti itulah katanya. Untuk kesekian kalinya Aura begadang, menghabiskan malamnya dengan banyak buku bacaan, soal-soal, dan berbagai rumus yang memusingkan kepala. Terlebih kabarnya akan ada kuis fisika dikelasnya hari ini.

Setelah siap dengan segala tetek bengeknya, Aura memasuki mobilnya. Menuju sekolahnya yang akan memakan waktu sekitar 20 menit, Aura tak ingin membuang waktunya percuma dan memilih untuk tidur—lumayan, sedikit mengurangi rasa kantuknya yang hanya tidur 3 jam semalam. Aura meminta sopirnya untuk membangunkannya ketika sampai di sekolah.

**

"Non, non Aura. Bangun non," Aura merasakan tepukan ringan di lengannya. Dirinya segera tersadar, padahal rasa-rasanya baru saja ia terlelap.

"Kok cepet banget pak?" Tanya Aura sembari mengucek matanya, mengumpulkan sebagian nyawanya yang baru saja jatuh ke alam mimpi.

"Anu non ini, ban mobilnya pecah," Pak Amin menjelaskan dengan raut wajah takut-takut.

"Hah? Terus gimana pak?" Aura memelototkan matanya, tersadar 100%. Melirik pak Amin yang berdiri di sisi pintu mobil yang terbuka. Lalu melihat ke sekeliling, benar ini bukan sekolahnya melainkan di jalan raya yang biasanya dia lewati untuk ke sekolah.

"Saya udah cari-cari di sekitar sini tapi nggak ada bengkel non," pikiran Aura makin kemana-mana. Gadis itu segera merogoh tasnya dengan tergopoh, mencari ponselnya. Setelah menemukannya, Aura dengan cepat membuka lockscreen ponselnya, melirik jam. Jam 07.03, 12 menit sebelum gerbang ditutup. Sedang dari sini ke sekolahnya masih sekitar 8 menitan lagi.

Aura hanya menatap kosong ponsel di genggamannya, ingin meminta tolong siapa pikirnya.

Tiara? Hannah? Pasti mereka sudah berada di sekolah saat ini.

Pulang? Jika ketahuan ayahnya, Aura hanya akan tinggal nama.

Mirisnya jalan raya di depannya ini entah mengapa hanya di lalui oleh beberapa mobil pribadi.

Aura mengigit bibir bawahnya lalu mengacak rambutnya frustasi. Seumur-umur di masa sekolahnya Aura hanya pernah telat sekali, itupun karna mas Sharga—kakaknya yang meminta memutar balik karena lupa membawa buku tugasnya. Dan itu sudah lama sekali, saat Aura masih SMP.

Demi Tayo bis kecil ramah, rasanya Aura ingin menangis saja sekarang ini.

"Maafin saya ya non," Pak Amin menunduk, penuh rasa bersalah jika majikannya itu sampai telat karena dirinya.

"Udah gak apa-apa, bukan salah pak Amin kok," Aura mengulas senyum, walau dalam hati sedang ketar ketir memikirkan nasibnya pagi ini.

"Pesen Grab aja gimana non?" Pak Amin memberikan idenya, Aura sumringah. Karena saking cemasnya dia bahkan tidak berfikiran untuk menghubungi layanan transportasi online itu. Aura keluar dari mobilnya, memakai tasnya lalu membuka kembali ponselnya.

Tiin tiin

Baru saja Aura ingin menekan aplikasi Grab, seseorang datang dengan motor besar berwarna birunya, lalu berhenti di depan mobil Aura. Awalnya Aura tak ingin ambil pusing namun, ketika laki-laki itu membuka kaca helmnya, gadis berambut panjang itu malah menampilkan ekspresi cengonya.

"Eh Tuan putri, lo Kenapa? Mogok ya?" tanya Zaky sembari melepas helmnya kemudian menghampiri Aura serta supirnya.

Banyak pikiran berkecamuk dalam kepala Aura. Kenapa disaat-saat seperti ini, tuhan bukannya mendatangkan malaikat, atau seseorang yang akan membantunya, dan malah mendatangkan laki-laki aneh berjiwa iblis padanya.

Perfect [On Going]Where stories live. Discover now