26

21K 1.5K 3
                                    

Hera menundukkan wajahnya pada setiran mobilnya. Dirinya masih tidak bisa mencerna apa yang baru saja terjadi.

Tenggorokan Hera tercekat mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh atasannya itu, "A-apa?"

"Kamu nikah sama saya, ya?" pertanyaan Sabian kembali diulang.

"Bapak ga serius, kan? Bapak lagi latihan buat ngelamar pacarnya?" wajah Hera sudah dipastikan terlihat panik, kalimatnya pun terdengar terbata-bata.

"Saya serius sama kamu, Hera." Sabian menatap Hera tepat di manik matanya.

Hera diam dan berpikir, "Kenapa saya, Pak?"

"I don't even know why. I just feel it right. I picture you. Kamu bisa berpikir kalau saya ini gila." jelas Sabian.

"Sejak kapan?" tanya Hera lagi, dirinya penasaran setengah mati.

"The first time we met? I'm not really sure." Sabian menjadi tidak yakin pada dirinya sendiri sudah melamar Hera di kantornya.

"Maaf, Pak. Tapi-" kalimat Hera dipotong oleh Sabian.

"Tunggu. Saya tau ini mendadak banget buat kamu, but I've prepared this from a long time ago," Sabian tersenyum di sela kalimatnya, "Kamu masih bisa berpikir dan menjawabnya nanti."

"Oh, oke." Hera mencoba tersenyum walaupun rasanya canggung.

"Mau saya antar pulang?" tanya Sabian beranjak dari duduknya.

Pertama kali Sabian bertanya. Biasanya, Sabian langsung melakukan hal yang ia ingin lakukan begitu saja.

Hera ikut berdiri dari duduknya, "Oh, saya bawa mobil, Pak. Makasih. Saya permisi."

Hera sudah membelokkan mobilnya ke pintu masuk apartemennya, seseorang membunyikan klakson mobil dua kali. Hera melihat ke arah spion mobilnya, ia melihat mobil Sabian yang ia kenal berlalu.

Hera tidak bisa lagi menahan senyumnya.

Through The CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang