13 || The Devil is back

Mulai dari awal
                                    

Leo mendengus dan membuang wajah dengan kesal. Sementara Rio berkata, “Kalo lo emang benar-benar pengin putus dari Siska, saran gue lo langsung putusin dengan tegas dan nggak perlu pakai bahasa baik-baik. Orang kayak dia harus dikerasin biar nggak gede kepala. Nggak usah segala pakai kasihan-kasihanan segala.”

Reza menghela napas. Ia diam dan tak menjawab apa-apa hingga beberapa saat kemudian kembali menatap Leo dan berkata, “Le, gue serius sama yang gue omongin tadi. Sifat lo itu udah keterlaluan dan terlalu jauh. Jangan jadi orang jahat, Le. Terlebih sama perempuan.”

Leo menatap Reza dengan sinis. “Udah gue bilang, siapapun yang cari masalah sama gue bakalan terima akibatnya. Lo atau siapapun nggak bisa ngubah itu.” Membuat Reza menghela napas pasrah. Dengan begini, Leo tidak akan pernah mengubah keputusannya untuk tidak berlaku jahat pada Cahaya.

Ketika Leo sudah bangkit dari tempat, Rio berkata, “Woi, mau ke mana lo bray?”

“Cabut,” sahut Leo yang lalu berlalu pergi dari sana.

Fariz, Ahwal, dan Rio hanya menatap Leo yang pergi berlalu begitu saja dengan mengernyitkan dahinya. Bukankah sekarang mereka memang sedang cabut jam pelajaran?

***

Leo menghentikan mobilnya saat tiba di depan pekarangan rumah seseorang yang ia dapat alamatnya kemarin dari hasil pencariannya di sebuah buku informasi siswa di Ruang Tata Usaha SMA Angkasa.
Mungkin teman-teman Leo baru menyadari maksud dari kata 'cabut' yang diucapnya setelah pasti mereka tidak melihat Leo di sekolah.

Setelah pergi dari rooftop.  Leo memaksa Pak Ulo—satpam sekolahnya untuk membukakan gerbang dengan membawa kekuasaannya. Dan akhirnya Leo bisa pulang tanpa surat sakit atau izin dari BK.

Leo menekan bel yang ada di samping pintu rumah itu sekali, hingga berubah menjadi berkali-kali dengan tidak sabaran kala pemilik rumah tidak kunjung membuka pintunya.

Apa ia salah alamat? Tidak mungkin bukan?

***

Cahaya mulai menyalakan televisinya, lalu mencari saluran yang selalu menayangkan acara favoritnya di pagi hari, yaitu Doraemon. Ia melanjutkan kembali makan ramen instan plus telur yang sebelumnya sudah ia buat sebagai sarapannya.

Cahaya melirik jam dinding yang ada di dalam kamarnya yang menunjukkan pukul 09.30. Hari ini tepat pada tebakannya. Ia tidak bisa masuk sekolah karena kondisinya yang belum benar-benar pulih seutuhnya.

Lalu pintu rumah Cahaya berbunyi tanpa jeda ketika ia tengah menenggak air putih yang sebelumnya ia ambil dari atas nakas samping ranjangnya. Kali ini Cahaya bersumpah akan benar-benar memukul orang yang telah mengganggunya jika itu Reza. Karena sekarang ia sudah punya cukup tenaga.

Menghela napas, ia berjalan keluar dari kamarnya. Turun menapaki undakan tangga menuju pintu utama rumahnya dengan malas.

Tapi nyatanya ketika ia membuka pintu rumahnya, orang yang tak pernah disangkanya ada di sana. Membuatnya mematung bagai orang tolol.

"Hai babu," sapa Leo dengan wajah datarnya seraya melambaikan tangannya di depan wajah Cahaya yang masih mematung.

Mendengar itu, Cahaya langsung berucap dengan ketus. "Mau ngapain lo di sini?"

"Lo lupa kalo lo itu masih babu gue. Lo udah bolos sehari loh, kemarin," kata Leo yang langsung melangkah masuk. Duduk di salah satu sofa ruang tamu Cahaya dengan melewati Cahaya begitu saja yang menatapnya horor.

"Siapa yang ngizinin lo masuk rumah gue dan duduk di sana?" kata Cahaya yang masih berada di pintu rumahnya, tidak berniat beranjak dari sana.

"Gue nggak perlu minta izin sama babu gue."

Imperfection : Trapped With Troublemakers✓ [Republish+Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang