Tentang Hujan-hujanan Berdua di Lapangan Basket

3K 540 33
                                    

Kemenangan pertama tim Bomantara pada permulaan tahun ini membangkitkan harimau tidur dalam diri Damas. Begitu kata Pak Taufik, sang pelatih. Hampir semua tembakan tiga poin Damas meluncur masuk ke lubang ring, menyelamatkan Bomantara dari berbagai kesulitan. Pak Taufik bilang kemenangan ini adalah kemenangan Bomantara yang paling indah. Pak Taufik juga yakin masa depan Bomantara mulai sekarang akan menarik, karena mereka sekarang punya seorang penembak jitu.

Damas merasa ini adalah perubahan hidup yang terjadi setelah ia memutuskan untuk mengubah pola pikirnya. Ia tidak akan bisa menghasilkan skor-skor tiga poin itu kalau dalam setiap lemparannya ia tidak yakin bolanya akan masuk. Damas ingin mengurangi kebiasaannya meragu, dan itu berimbas ke permainan basketnya juga. Damas memang sudah dari dulu diposisikan sebagai shooting guard, tapi baru kali ini tembakan-tembakan bolanya bermakna begitu besar bagi timnya dan pelatih, mempersembahkan skor-skor yang lebih dari cukup untuk membawa tim barunya ke final dan merebut kemenangan.

Pak Taufik sangat bersemangat memisahkannya dari latihan yang biasa agar ia lebih berkonsentrasi memoles kemampuannya menembak bola. Itu membuat Rizaldi dan, tentunya dirinya sendiri, merasa sangat bangga.

"Way to go, man," kata Rizaldi puas selepas latihan hari ini. Gerimis yang turun sejak siang tadi membuat anak-anak klub basket malas berkumpul seperti biasa dan pergi lebih cepat untuk melanjutkan agenda masing-masing. Damas masih di lapangan, iseng melempar dan mengejar dan melempar bola lagi ke ring dari titik tengah, merasa dirinya tengah sangat menyatu dengan tembakan-tembakannya sehingga nyaris tidak ada yang meleset.

Air hujan yang membasahi kulit, rambut, dan pakaian latihannya terasa sejuk.

"Bentar lagi pasti bakal ada cewek yang nembak lo. Jangan ditolak, ye? Jalanin aja dulu. Eh, tapi lo mau nembak Deandra, ya? Wah, ribet sih ya, yang popularitasnya lagi meroket."

"Berisik," sahut Damas. Ia memang sempat berencana mau meminta Deandra menjadi pacarnya, tetapi untuk masalah ini, Damas belum bisa mengurangi keraguannya. Apalagi gadis itu baru senang-senangnya ikut lomba karya ilmiah ke sana kemari. Damas takut pernyataannya malah akan mengganggu konsentrasinya dan membuat dirinya sendiri jadi dibenci alih-alih dapat pacar.

Rizaldi pamit pulang duluan karena mau menjemput pacarnya, Alika, yang bersekolah di SMA lain. Dalam sekejap, Damas menjadi satu-satunya orang yang tersisa di lapangan basket. Masih terdengar sayup-sayup suara-suara siswa dari arah gedung sekolah, tapi tampaknya hanya Damas yang menikmati hujan-hujanan di luar. Cahaya sore berwarna oranye membaur dengan suasana mendung yang keabuan, menciptakan kombinasi yang pucat, tapi entah mengapa terasa menenangkan bagi Damas. Ia ingin menikmati suasana ini sampai hujan menderas atau langit menggelap.

"Damas! Kok belom pulang?" Tiba-tiba ada suara perempuan yang memanggil. Damas menoleh ke belakang sambil melempar bola.

Bolanya membentur papan ring cukup keras dan jatuh memantul-mantul ke pinggir lapangan.

Melihat gadis berambut pendek sepundak berlari kecil menghampiri bola itu, Damas melongo.

Bentar lagi pasti bakal ada cewek yang nembak lo, kata-kata Rizaldi terngiang dalam kepalanya, membuat jantungnya tiba-tiba berdegup kencang. Situasi apa ini? Mengapa Astrid tiba-tiba menemuinya? Mereka hanya berdua di sini. Apa Astrid mau menyatakan perasaannya pada Damas? Damas tidak pernah membayangkan kemungkinan itu sebelumnya! Tenang, Dam, tenang. Memangnya apa yang kamu harapkan? Mungkin Astrid hanya ada perlu sebentar.

Tidak. Gadis itu malah mendribel bola mengelilingi Damas, seolah menggoda Damas agar merebut bola itu darinya. Dengan gerakan tiba-tiba, Damas benar-benar melakukannya. Astrid berkelit cepat dan mempermainkan Damas dengan teknik dribel yang sangat terlatih. Gadis itu kemudian berhasil melewati Damas dan mencetak skor dengan lompatan ringan yang indah.

Kronik DamasHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin