Tentang Tidak Mau Jatuh Cinta Pada Gadis Primadona

6.7K 724 37
                                    

Kalau sentuhan bisa meluncurkan petasan-petasan Lebaran yang bisa membuat seseorang hampir sakit jantung karena deg-degan di luar akal... itu yang Damas rasakan ketika tubuhnya mesti bertabrakan dan berdempetan dengan Annastrida Ayushita di latih tanding klub basket putra dan putri kali ini.

Gadis itu adalah primadona di kalangan anak-anak olahraga. Dia begitu cantik dan seksi sampai-sampai Damas tidak sanggup memandangnya lama-lama. Damas selalu menjadi orang pertama yang memalingkan muka ketika cowok-cowok lain betah berlama-lama menatap gadis itu sambil mendiskusikan betapa langsing pinggangnya, betapa bulat payudaranya, betapa indah lekuk lehernya. Ini terdengar agak bodoh, tapi sebenarnya Damas takut akan jatuh cinta pada gadis itu. Jatuh cinta pada gadis itu berarti bersaing dengan puluhan cowok lain dari semua angkatan yang sembilan puluh sembilan persennya pasti lebih unggul daripada Damas di berbagai sisi kepribadian dan kehidupan. Jatuh cinta pada gadis itu berarti kalah mutlak sebelum berperang. Jatuh cinta pada gadis itu berarti mempecundangi dirinya sendiri. Dan itu semua adalah alasan yang cukup valid bagi Damas untuk menjauhi segala macam kontak dan interaksi dengan Astrid, agar ia tidak jatuh cinta.

Namun, karena sama-sama tergabung dalam klub basket, posisi Damas jadi agak sulit. Klub basket putra dan putri sekolah ini selalu menjaga hubungan yang dekat demi solidaritas dan kekuatan bersama. Mereka punya agenda rutin latihan lapangan bersama seperti lari bareng di GBK. Latih tanding juga kadang diadakan menjelang turnamen. Klub basket adalah tempatnya orang-orang bisa berhubungan paling dekat dengan Astrid di sekolah. Menghindari Astrid sebagai sesama pemain basket membuat Damas terlihat seperti alergi cewek karena ia jadi harus menghindari anak-anak klub basket putri lainnya, yang nyaris kesemuanya selalu mengitari Astrid. Ia tidak keberatan dengan itu, karena dalam kesehariannya ia memang tidak punya banyak teman perempuan. Bahkan dengan teman-teman sekelas perempuan, ia cenderung menjaga jarak.

Latih tanding menjadi malapetaka Damas karena itu artinya ia tidak bisa menghindari Astrid seperti biasanya. Ia harus menghadapi gadis itu di lapangan dan melakukan segala usaha agar gadis itu tidak memasukkan bola ke keranjang timnya. Asal tahu saja, Astrid itu tidak hanya molek fisiknya saja. Dia adalah small forward yang pintar mengelabui lawan ketika dihadang, dan operan-operan bolanya sulit dipatahkan. Damas sudah pernah dimarahi pelatih karena menjadi orang yang paling mudah dilangkahi Astrid di latih tanding pertama mereka. Sebagai orang yang tidak menonjol, ia hanya punya sedikit citra untuk dipertahankan di depan pelatih dan teman-teman satu timnya, dan ia tidak bisa membiarkan sedikit citra itu rusak. Mau tak mau, di latih tanding selanjutnya, Damas harus berusaha mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengalahkan Astrid.

Karena perhatiannya hanya terfokus pada Astrid, otomatis Damas mesti mengalami banyak kontak fisik dengan gadis itu. Merebut bola dengan gerakan yang seperti memeluk, menghadang dengan kedua tangan terentang, mengejar, berkelit, melarikan diri, melompat di depannya, tubuh bertabrakan, kulit bersentuhan, mendengar suara napas terengah, menghidu aroma badan yang bercampur dengan bau keringat dan sisa-sisa wangi cologne, menatap wajah yang semakin cantik ketika ada tekad untuk menang membara di sana, melihat leher dan teringat diskusi teman-temannya soal betapa indahnya lekuk di bagian tubuh yang itu....

Damas terjungkal dari hadapan Astrid dan Astrid berhasil melakukan lay up terakhir sebelum pelatih meniup peluit yang mengakhiri pertandingan. Skor bertambah untuk tim putri. 27-25. Mereka menang tipis.

Damas tidak segera berdiri, malah tetap duduk di lapangan dengan kedua sikut ditumpangkan di atas lutut. Napasnya masih belum teratur. Seluruh badannya basah oleh keringat. Akhirnya pertandingan yang menyiksa ini selesai juga! Ia melihat Astrid berkumpul bersama gadis-gadis tim putri di depan tribun. Mereka tampak gembira dan puas bisa memenangkan latih tanding kedua ini. Valen--ketua klub basket putra, anak kelas sebelas, salah satu cowok pertama yang menunjukkan pada jagat SMA Bomantara bahwa dia akan menggaet Annastrida Ayushita--menghampirinya dan berbicara dengannya. Damas memperhatikan bagaimana Astrid menghadapkan tubuh ke arah Valen, lalu mendengarkan apa yang Valen katakan penuh perhatian. Kepalanya mesti didongakkan untuk menatap Valen yang tinggi badannya mencapai seratus delapan puluh senti. Matanya berkilau dengan keramahan, senyumnya terkembang manis, dan setiap gerakan yang dia lakukan selalu tampak kalem sekaligus anggun. Setahu Damas, Astrid memang tidak banyak tingkah. Dia sangat atletis, tapi auranya sangat ayu, seperti seorang putri dari kerajaan modern.

Menjadi pacar Astrid pasti adalah pengalaman yang seru dan menyenangkan. Sesuatu dalam diri Astrid menguarkan kemandirian sekaligus kesendirian yang membuat Damas bertanya-tanya bagaimana rasanya menjadi orang yang melindunginya. Sepertinya lelaki mana pun akan merasa sangat bangga bisa menjadi orang yang diandalkan seorang Annastrida. Damas bisa membayangkan dirinya membawakan tas gadis itu agar pundak kecilnya tidak terbebani, menggandeng tangannya saat mereka berjalan di pinggir jalan besar, menjadi orang yang gadis itu hubungi pertama kali ketika dia tengah kesulitan, menemaninya nongkrong di McDonald's untuk mengerjakan tugas sampai malam, lalu saat Astrid merasa bosan atau mulai mengantuk, dia akan menyandarkan kepalanya di pundak Damas dan Damas akan melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu sembari merasa dirinya adalah lelaki paling beruntung sedunia.

Menyenangkan membayangkannya. Tetapi, untuk mewujudkan fantasi itu, Damas harus mengalahkan populasi cowok pengagum Astrid yang tidak kecil dan berusaha menyelinap masuk ke kehidupan gadis itu. Mendekati Astrid berarti harus mendekati saudara kembarnya juga, Ninastrada, yang terkenal galak, dan mewaspadai Rendi, sahabat Astrid, yang sama-sama angggota klub basket yang bahkan lebih ganteng dari Valen, lebih tinggi, lebih berbakat, dan diprediksikan akan menjadi ace tim yang baru. Damas juga mungkin harus mulai latihan bela diri, karena beberapa cowok kelas sebelas yang mengincar Astrid tampak tak segan melayangkan tinju untuk menyingkirkan saingan mereka.

Ah... Bahkan baru memikirkannya saja, menyukai seorang primadona sudah terasa sangat merepotkan. Seakan-akan, tugas, ulangan, dan kehidupan sosial sekolah belum cukup memusingkan. Memang lebih baik tidak usah jatuh cinta pada Astrid atau gadis mana pun yang sepertinya. Damas tidak akan jatuh cinta pada siapa pun yang hanya akan membuatnya merasa seperti seseorang yang gagal.

Kronik DamasWhere stories live. Discover now