Tentang Pertama Kalinya Punya Sahabat Sejati

3.3K 547 63
                                    

"Lazu... Raz—eh, bukan. Lazu... ardi... Rizaldi? Razualdi Rizaldi?"

Anak-anak kelas 10-7 tertawa, termasuk Damas. Pak Sofian mendecak dan mengelus-elus dagu. "Salah lagi, ya? Hmm... Ini nama apa tongue twister?"

"Lazuardi Rizaldi, Pak. LA-zu-AR-di, Rizaldi," yang punya nama mengoreksi. Dia selalu menikmati setiap momen ketika para guru gagal melafalkan namanya dengan benar. Nama panggilannya dua: Ardi dan Rizal. Dia selalu memperkenalkan diri sebagai Rizal sekarang, tetapi teman-teman satu SMP-nya memanggilnya Ardi.

Damas mengenalnya sebagai Rizaldi. Mereka pertama bertemu di hari seleksi, lalu sama-sama lolos dan ternyata sekelas di 10-7. Mereka juga ternyata mendaftar ke klub yang sama, yaitu klub basket. Karena hanya mengenal Damas di 10-7, Rizaldi otomatis mendekati Damas terus untuk berinteraksi. Damas juga sama. Teman-teman satu SMP mereka sama-sama tersebar di kelas-kelas lain.

Rizaldi itu orang yang sangat supel. Dia memperkenalkan dirinya pada siapa pun yang ditemuinya di koridor, atrium, lobi, kamar mandi, atau kafeteria. Katanya, itu penting untuk personal branding. Damas pergi bersamanya ke mana pun dan mau tak mau ikut memperkenalkan diri tiap kali Rizaldi tiba-tiba mengajak seseorang berkenalan.

"Dia pasti langsung lupa, sih," gumam Damas di kafeteria setelah mereka berkenalan dengan seseorang bernama Nawang, anak laki-laki dari kelas 10-1 yang cukup populer, sebab gadis-gadis di kelas mereka sering membicarakannya. Damas pernah dengar, Nawang adalah seorang siswa teladan. Dia alumnus SMP Bomantara yang dulu tidak pernah lengser dari peringkat satu paralel, menjuarai berbagai lomba, dan aktif di OSIS. Anak laki-laki itu memenuhi semua kriteria untuk menjadi anak ayahnya. Damas agak sungkan berkenalan dengannya tadi.

"I know, I know. Tapi setidaknya mereka pernah denger nama gue. Gitu aja cukup, kok," kata Rizaldi. Semangatnya tak terpatahkan. "Ini penting, tahu, kalau lo mau daftar ketos."

"Lo mau daftar ketos?" tanya Damas kaget.

"Nggak. Gue cuma pengin dikenal, sih. Bukan terkenal, lho, ya. Beda."

"Sama aja, dasar."

"Gue pengin orang-orang tahu siapa gue pas gue lewat. Gue juga bakal nyapa mereka kalau papasan, walaupun cuma 'Hai' soalnya gue juga udah lupa nama sama muka mereka. Sok asik ajalah. Yang penting yang menatap gue dengan pandangan 'Gue kenal orang ini' atau 'Gue pernah kenalan sama orang ini' banyak," ujar Rizaldi, bangga dengan rencananya sendiri. Cowok itu menekankan sekali lagi bahwa dia benar-benar hanya ingin dikenal dan bisa saling menyapa dengan banyak orang, bukan menjadi anak populer yang disegani atau dikejar-kejar para gadis. Rizaldi cukup sadar sifatnya terlalu membosankan dan tampangnya terlalu pas-pasan untuk itu.

Diam-diam, Damas mengagumi teman barunya itu.

Semakin mengenalnya, semakin Damas tahu betapa berbedanya mereka berdua. Teman-teman sekelas menjuluki mereka Koko Krunch Duo karena Damas berkulit kuning langsat, sedangkan Rizaldi berkulit cokelat manis. Kalau sedang iseng, teman-teman sekelas akan memanggil Rizaldi sebagai Koko dan Damas sebagai Krunchy, lalu menanyakan keberadaan satu sama lain dengan kata-kata seperti "Eh, Dam, si Koko mana?" atau "Zal, mana temen lo si Krunchy?"

Rizaldi tinggi menjulang, Damas masih berjuang untuk melampaui 165 cm. Rizaldi berambut lurus pendek, masih dalam proses penggondrongan setelah dulu dipotong cepak model tentara; Damas berambut ikal pendek tak beraturan yang nyaris keriting. Rizaldi ramah dan mudah bergaul, Damas cenderung timid dan tertutup. Rizaldi percaya diri dengan apa pun yang dia katakan dan lakukan, Damas cenderung menghindar dan ragu-ragu.

Lepas dari semua perbedaan itu, ada sesuatu dari Rizaldi yang membuat Damas nyaman bergaul dengannya. Rizaldi tidak pernah mengatur Damas, tidak pernah menuntut Damas, tidak pernah memaksa Damas. Dia seakan sudah mengerti Damas selalu punya alasannya sendiri untuk menolak dan meragu, dua hal yang sudah menjadi kebiasan dan sifat Damas, walau Damas tidak pernah memberi tahu apa alasannya. Awalnya Damas mengira itu karena Rizaldi orang yang cuek, tetapi lama-kelamaan ia sadar kalau alih-alih cuek, Rizaldi adalah orang yang sangat perseptif. Dia diam-diam menyadari banyak hal dan tahu bagaimana harus bersikap tanpa harus mengatakannya. Dia tahu batas dan tidak akan mengungkit sesuatu yang menurutnya tidak pantas menjadi urusannya. Kadang, sifat itu membuatnya seakan-akan bisa membaca pikiran Damas dan bisa menebak suasana hati Damas tanpa perlu banyak petunjuk. Padahal, sebagai orang yang tertutup, Damas tidak pernah menunjukkan banyak emosi apalagi mengungkapkan isi hatinya.

Kronik DamasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang