28.

62 3 17
                                    

•••

Seperti angin, berlalu tanpa terasa. Itulah waktu, terus saja berlalu tanpa memberikan intrupsi atau apapun. Terasa lebih cepat, tanpa ada sesuatu yang menghambat.

Seiring berjalannya waktu itu, sesuatu yang ketika awal terasa biasa, kini mulai berbeda. Tanpa terasa, seperti mengajak bercanda. Tidak, mungkin ini hanya sebuah cara, untuk sesuatu yang tidak pernah terduga. Katakan, suara hati.

"Kenapa?"

Valentine menaikkan kepalanya lucu, ketika suara yang baru saja menyenandungkan sebuah lagu yang katanya di persembahkan pria itu untukknya, mulai memenuhi kembali gendang telinganya.

Setelah melihat ekspresi menggoda dari pria itu, akhirnya Valentine pun hanya mampu memanyunkan bibirnya merajuk. Bukan apa-apa, ia hanya tidak ingin pria itu tahu, bahwa ia sedang tersipu malu bercampur bahagia, namun tak mau pria itu mengetahuinya.

"Jangan seperti itu!"

Pria dengan mata biru itu akhirnya terkekeh, kemudian segera mengacak pucuk kepala gadis yang kini ada di depannya dengan gemas. Melihat tingkah malu-malunya, membuatnya merasa beruntung bisa mengenal gadis itu.

"Jangan di sembunyikan, karena aku tetap tahu,"

Gadis itu, dengan sedikit kesal akhirnya melayangkan sebuah cubitan tepat di perut pria yang kini sudah berhasil menarik atau bahkan mungkin mememuhi isi hatinya.

"Awww, itu sakit,"

Pria itu mengaduh sembari mengusap bekas cubitan Valentine, berpura-pura ngambek, agar gadis itu merasa bersalah.

"Terimakasih, aku suka,"

Setelah mendengar suara lembut itu, pria yang sedang mengeluh pun akhirnya diam. Menatap gadis cantik itu kini tengah tersenyum penuh arti padanya, bahkan, ia sampai melupakan rasa sakitnya secara tiba-tiba.

"Anything for you, Val."

Tidak-tidak, Valentine tidak mau semakin jatuh seperti ini. Tapi mana bisa, bahkan pria itu sepertinya lebih suka membuatnya jatuh lagi dan lagi ke dasar hati miliknya. Sial!

"Kemari.."

Valentine menatap Luke tidak mengerti, ketika tiba-tiba pria itu meraih tangannya, menggenggamnya erat, seolah takut kehilangan.

"Genggam tanganku, kau tahu sendiri dunia itu kejam. Tapi aku jamin, jika kau bersamaku, aku yang akan melindungimu dari kejamnya dunia ini."

Lagi, pria itu berkata. Sesuatu yang berhasil membuat Valentine rasanya kehilangan udara untuk bernafas, pria itu benar-benar ingin membunuhnya secara perlahan.

Keduanya terdiam untuk beberapa saat, hanya saling menatap satu sama lain. Menyelami mata masing-masing, sama-sama ingin menemukan letak sesuatu yang menggebu itu.

"Terimakasih, sekali lagi, untuk semuanya, Luke."

Valentine berkata, dengan begitu pelan. Atau lebih tepatnya berbisik, menciptakan letupan-letupan aneh di perut pria bernama Luke itu.

Dan setelah itu, mereka mengerti. Bahwa cinta bukan melulu perihal kapan dan dengan siapa, karena menurut mereka, cinta itu dengan sama-sama saling mengerti dan memberi kenyamanan, disitulah cinta yang sesungguhnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 05, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Trouble • 5SOSWhere stories live. Discover now