3.

66 17 5
                                    

•••

"Val, kemana Livia?"

Aku menghentikan kunyahan pada mulutku, ketika dengan tiba-tiba Michael datang dan duduk menghampiriku.
Duduk di salah satu kursi kafetaria yang tersedia.

"Ku kira dia satu kelas denganmu, karena hari ini aku tidak ada kelas dengannya,"

Michael menggelengkan kepala.
Kemana Livia, kenapa tiba-tiba menghilang tanpa memberi kabar.

"Apa dia sakit?"

Aku tersadar.
Kembali mengalihkan perhatian pada Michael.

"Biasanya jika dia sakit, dia akan menghubungiku. Tapi hari ini tidak ada,"

Aku menatap Michael, begitupun sebaliknya, Michael menatapku.
Kami seolah saling bertanya dan menjawab lewat sebuah tatapan, dan pada akhirnya hanya hembusan nafas yang kami berdua dapatkan.

"Hay guys,"

Aku tersadar, begitu juga Michael ketika sebuah suara yang sedari tadi kami tunggu akhirnya hadir. Dia, Livia. Dan wait, dengan Calum tentu saja.

"Ah ini dia, dari mana saja. Kami mencarimu sedari tadi, Nona Hood,"

Stop it!
Hentikan Michael, aku tidak sanggup.
Bisakah sejenak dunia berpihak padaku, atau setidaknya agar aku tetap terlihat baik-baik saja di hadapan mereka bertiga.

"Sorry, aku ada sedikit urusan dengan teman Calum tadi,"

Aku dan Michael mengangguk.
Tanpa di minta, Livia dan dia duduk. Livia tepat berada di sampingku, dan dia berada di samping Michael. Berhadapan denganku, persis di depan mataku.

"Calum, mau pesan a--"

"ASTAGA,"

Aku, Livia, dan juga Calum seketika menatap Michael terkejut ketika dengan tiba-tiba ia berucap seperti baru saja mengingat sesuatu yang ia pikirkan sedari tadi.

"Ada apa Mikey, tolong pelankan suaramu,"

Livia protes.
Aku yang melihat wajah kesal Livia, dan cengiran tanpa dosa Michael hanya bisa terkekeh.
Kedua sahabatku ini memang menggemaskan.

"Itu sudah kebiasaanku Liv, ku rasa kau sudah tahu hal itu sejak lama,"

Michael bersuara.
Dan Livia yang mendengarnya hanya bisa memutarkan bola matanya tidak peduli.

"Memangnya ada apa Mike?"

Aku bertanya.
Aku rasa aku harus menghentikan adu mulut kedua sahabatku ini, karena jika tidak, dia akan pergi dan meninggalkan meja ini dengan wajah kesal.
Karena jika Livia sudah berdebat dengan Michael, dia hanya akan menjadi obat nyamuk, dan dia tidak suka hal itu.

"Aku harus pergi, Mrs. Shofie menyuruhku untuk datang ke ruangannya dua puluh menit sebelum bel masuk,"

Aku mengangguk paham.
Michael memang sudah menjadi langganan Mrs. Shofie setiap dua puluh menit sebelum bel masuk.
Dan itu hanya untuk memberikan pelajaran yang Michael selalu lewatkan, kala Mrs. Shofie masuk kelas, karena Michael tidak akan hadir di dalam kelas itu.

"Baiklah, semangat My Mike,"

Aku menyemangatinya.
Michael tertawa, dan segera berlalu setelah mengucapkan terimakasih.

Dan disinilah aku, duduk di satu meja, dengan dia, dan kekasihnya.

"So, mau pesan apa Cal?"

"Minuman soda saja, aku tidak lapar Liv,"

"Hmm, Val ingin pesan sesuatu lagi?"

Aku menggelengkan kapala.
Setelah paham dengan keinginan dia, dan aku yang menolak tidak ingin pesan apapun lagi.
Livia segera beranjak dari duduknya dan berlalu menuju para penjual makanan di kafetaria ini.
Meninggalkanku, berdua, dengan kekasihnya.

Aku tidak tahu pasti kapan dia menatapku dan menyentuh lenganku, seolah memberikan isyarat agar aku belas menatapnya.

"Sorry,"

Selalu itu yang dia katakan.
Hood, apa yang harus aku lakukan. Kau seolah benar-benar melakukan kesalahan yang fatal ketika mengatakan itu padaku.

"Nope, aku tidak masalah Cal. Trust me, I'm good,"

"No, you lie Valentine,"

Aku menghembuskan nafas berat, menatapnya dengan segala kekuatan yang aku bisa. Kemudian berkata, yang kurasa cukup menyesakkan untuknya.

"Lepaskan, atau Livia akan tahu,"

•••


Buat malam minggu-nya yang single, di temenin Ayang Cal nih. 😂

Jangan lupa,
Let's be friends, give suggestions, vote, and also comments.
Thank you. 💙

Trouble • 5SOSDove le storie prendono vita. Scoprilo ora