20.

54 12 46
                                    

•••

"Valentine.."

"L-Livia.."

Valentine menatap Livia tidak percaya, begitu juga Michael. Ini seperti, cerita klasik. Tapi hey, ini kenyataan. Dimana Valentine sedang berteriak, dan Livia datang, mendengar semuanya dengan jelas. Bukankah itu kejutan yang luar biasa?

"Livia, aku bisa jelaskan,"

Livia diam mematung di tempatnya, menatap Valentine dengan mata berkaca-kaca, mengetahui sebuah fakta, yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan olehnya. Sahabatnya mencintai kekasihnya, bahkan memilikki sesuatu di belakangnya.

"We're-not-friends, right now!"

Dengan itu, Livia memutar tubuhnya seketika, beriringan dengan air mata yang mulai terjun membasahi pipinya, menemani langkahnya yang semakin lama semakin ia percepat hingga berubah menjadi larian.

"Livia, tunggu,"

Tanpa menunggu apapun lagi, Valentine segera melangkah keluar dari area perpustakaan, meninggalkan Michael yang juga masih tidak percaya.

"Ya Tuhan, pertahankan persahabatan kami,"

Dengan segera Michael pun ikut berlari, menyusul kedua sahabat gadisnya yang sedang dalam masalah itu. Ia selaku satu-satunya pria di dalam persahabatan mereka harus bisa membantu, dan menyelesaikan semuanya tanpa ada yang merasa di kecewakan.

Di sisi lain, Livia ternyata semakin mempercepat larinya. Menuju gerbang kampus, ia berharap ada kendaraan taxi atau apapun yang bisa ia tumpangi agar ia bisa cepat pulang ke rumah tanpa harus bertemu lagi dengan Valentine, Michael maupun Calum.

"Please, please, please,"

Livia terus berucap setelah ia sampai di depan gerbang, dengan nafas yang tidak beraturan dan air mata yang masih terus mengucur dari kedua kelopak matanya, ia mencoba mencari kendaraan kesana kemari, sembari terus bergumam meminta pertolongan.

"Hun?"

Gadis itu memutar tubuhnya ketika sebuah tangan meraih bahunya, dan setelah ia tahu siapa orang itu. Dengan cepat ia menjauhkan tangan pria itu dari bahunya dan bertepatan dengan itu, sebuah mobil berwarna hitam baru saja datang dan menghentikan mobilnya sejenak di sana sebelum memasuki gerbang. Tak lama kemudian, sang pemilik mobil itu membuka kaca mobilnya, melihat Livia dan Calum yang saling berhadapan dengan jarak yang lumayan jauh.

"Livia, Calum, ada apa?"

Ashton, pemilik mobil itu.
Memasang wajah kebingungan, menyaksikan sepasang kekasih di hadapannya itu tidak mengerti.

"Kita, cukup sampai disini, Calum!"

Dengan cepat Livia berlalu, dan tanpa meminta persetujuan atau apapun, gadis itu langsung saja masuk ke dalam mobil milik Ashton, duduk tepat di samping Ashton.

"What's happen, Liv?"

Ashton yang baru saja datang dan melihat yang terjadi di antara Livia dan juga Calum tampak kebingungan, dan entahlah.

"Liv, ada apa, bisa jelaskan padaku dulu apa yang terjadi?"

Calum menghampiri mobil Ashton, menahan Livia yang hendak menutup kaca mobil Ashton itu tanpa mau melihat ke arah Calum sama sakali.

"Liviaaaaaaa...."

Calum, Livia dan juga Ashton menolehkan kepalanya secara bersamaan ketika mendengar suara Valentine yang melengking memanggil Livia sembari terus berlari mendekati mereka, gadis itu datang dengan keadaan kacau. Kacau dalam artian, menangis dan dada yang naik turun diiringi nafas yang memburu.

Trouble • 5SOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang