6.

62 18 10
                                    

•••

Dengan langkah gontai aku berjalan, menyusuri lorong kampus. Hari ini terasa lebih berat, entah mengapa. Tapi seperti sesuatu akan terjadi, dan aku harus siap dengan apapun itu.

Sejenak aku menghembuskan nafasku dengan sedikit berat, menangis semalaman membuatku merasa lelah dan kacau di pagi ini.
Mataku bahkan terasa sangat perih, tapi aku tetap memaksakan untuk tetap mengikuti kelas hari ini.
Bagaimana tidak, hari ini adalah hari dimana Mr. Evan akan memberikan kuis untuk perbaikan nilai. Aku tidak mungkin melewatkannya, karena ini sangat penting bagiku.

"Morniiiing,"

Aku terlonjak.
Bukan, bukan hantu yang membuatku terkejut.
Tapi kehadiran Livia dan suaranya yang selalu berhasil membuat telingaku ingin pecah rasanya.

"Hay Liv,"

Aku tersenyum semampu yang aku bisa, membalas sapaannya.
Dalam hati aku merasa bersyukur karena Livia mungkin tidak menyadari mataku yang sedikit membengkak, dan beruntungnya aku bisa mengatasinya dengan menutupnya dengan sedikit polesan make up.

"Tumben sekali pagi-pagi, ada kuis juga?"

Aku kembali berkata.
Sebagai topik pembicaraan, pertanyaanku tidak salah bukan?

"Of course, dari Mr. Kharisma,"

Balasnya, aku mengangguk sabagai jawaban untuknya.

"Ah ya Val, apa semalam Michael menghubungimu?"

Aku menoleh, kembali mengalihkan mataku pada Livia yang kini berjalan beriringan denganku.

"Tidak, kenapa memangnya?"

Balasku seadanya,
Lagi, dan tiba-tiba raut wajah kesal tercetak di wajahnya.

"Menyebalkan sekali, semalam dia menghubungiku hanya untuk menanyakan nomor ponsel Ms. Anne. Padahal aku sedang makan malam bersama Calum, mengacaukan bukan?"

Okay,
Stop! Makan malam bersama Calum.
Hentikan, ku mohon.
Astaga, my morning.

"Benarkah?"

Livia mengangguk.
Oh Tuhan, rasanya aku sudah tidak sanggup.
Bisakah hentikan waktu sejenak, aku ingin berlari menguburkan diriku sadalam mungkin tanpa siapapun tahu apa yang aku lakukan.
Karena aku tahu, bahwa yang aku lakukan adalah hal paling bodoh.

"Bukankah kau tahu hal itu, itu memang kebiasaan dia bukan? Menanyakan hal yang tidak penting, tidak mau tahu kita sedang apa,"

Lanjutku,
Lagi, dengan sedikit senyuman yang coba ku paksakan agar sedikit meyakinkan bahwa aku baik-baik saja.

"Ya, menyebalkan memang,"

Livia menggerutu,
Jika sedang baik-baik saja, hal seperti inilah yang akan berhasil membuatku merasa terhibur. Melihat wajah kesal Livia.
Tapi untuk saat ini, sepertinya aku tidak bisa melakukannya.

"Ughh Liv, aku harus ke toilet. Ada sedikit masalah dengan pencernaanku,"

Aku berhenti, membuat Livia juga berhenti.
Tidak, tidak ada masalah dengan perutku.
Semuanya baik, yang tidak baik adalah hatiku.
Aku perlu sesuatu untuk menenangkannya, dan menangis mungkin adalah pilihan terbaik yang bisa aku lakukan.

Trouble • 5SOSWhere stories live. Discover now