"Gak usah sebut gambarnya!"

Joshua melempar bantal sofa yang langsung ditangkap bule itu. "Biar jelas barang apa yang diambil." kekeh pria itu membuat Joshua mencebikkan bibirnya.

"Jadi, apa yang akan kalian lakukan, terutama kamu Josh?" Kania mencoba melerai keduanya.

Pria itu mengembuskan napas beratnya. "Aku akan menyelidiki semuanya terlebih dulu."

"Lo terlalu membuang waktu, Josh. Masih banyak hal penting yang harus lo lakukan."

Joshua mendelik kesal. "Kalau gue gak cari tau semuanya, terus gimana gue bisa ngebuktiin mereka jahat?" balasnya menatap tajam Julian. "Terus yang lo maksud banyak hal penting itu apa?"

Julian mengambil minuman soda terlebih dahulu dan berbicara sambil membuka tutupnya. "Lo bego juga ya, pantes Kania mau sama lo."

Joshua memberikan pelototannya yang justru diabaikan Julian. "Lo mau menyibukkan diri dengan mencari tau semuanya? Kasihan dong Kania dianggurin karena lo sibuk sendiri."

Pria itu terdiam, membenarkan semuanya. Sedetik kemudian ia tersadar. "Lo menghasut gue?"

"Gue cuma ngasih tau dampak ke depannya ketika lo mengulik semua ini dan mengabaikan liburan kita di sini."

"Tujuan kita datang untuk senang-senang sambil menunggu pembagian raport minggu depan."

"Jadi, maksud lo gue gak perlu cari tau semuanya?"

Julian mengangguk. "Gue akan minta bantuan Om gue dan mengurus semuanya."

Kania melupakan sesuatu bahwa Julian berkerabat dengan seorang Polisi dengan jabatan tinggi. "Gue setuju!" serunya dan manik matanya langsung bertemu dengan manik mata kekasihnya.

"Sekarang gue ngerti ke mana arah pembicaraan lo, Julian. Maksudnya, kita akan menyelidiki semuanya dengan hanya bantuan Polisi tanpa perlu pusing. Lalu, hal pertama yang akan dilakukan adalah mengusut kasus dana APBD yang di korupsi. Kemudian akan merambat ke kasus pencurian?"

Julian menjentikkan jarinya. "Yup." balasnya dan menyeringai ke arah Joshua sebelum dapat mencengah amukan Joshua yang mengerikan berikutnya. "Sekarang gue merasa benar-benar kasihan Kania justru milih lo yang notabene ketua basket tapi bodohnya kebangetan."

**

Olyn menceburkan kakinya ke dalam kolam renang sambil duduk di bibir kolam. Kakinya terasa dingin karena jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Namun ia membiarkan dan terus diam menyendiri, menikmati semilir angin dengan kaus oblong lengan panjang dan celana pendek di atas lutut.

Ia memandang langit malam yang menampakan ribuan bintang bersinar dan rembulan cantik itu.

Olyn meraba jantungnya perlahan. Ia tahu, sejak pernyataannya pada Julian, ia memang menyukai pria itu. Olyn yakin dan tidak akan menampiknya.

Masalahnya, apa pria itu menyukainya juga yang pada dasarnya banyak kekonyolan yang sering mereka buat.

Katanya, permusuhan di antara lawan jenis bisa berakhir jatuh cinta. Entah, keduanya memiliki perasaan yang sama atau salah satu di antara keduanya yang memendam.

"Akhirnya, aku punya perasaan lebih sama dia." gumamnya tertunduk lesu.

Ya. Memikirkan kedekatan Azura dan Julian, terlebih janji kecil keduanya membuat ia patah hati dini.

"Woy, Oli! Ngapain lo di sini sendirian?"

Gadis itu terbelalak dan jantungnya berdetak cepat ketika dengan santainya Julian merangkul bahunya. Ia bahkan mengikuti Olyn menceburkan sebagian kakinya ke kolam.

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Where stories live. Discover now