26 | Before I Fall

4.4K 581 62
                                    

“ Ahreum? ” Jimin menyembulkan kepalanya ke dalam kamar Ahreum. Tapi dia tidak melihat sosok wanita yang sedari tadi dia cari. Kemana mermaid hamilnya itu?

“ Tuan? Anda mencari Nyonya Ahreum? ” Jimin mengangguk.

“ Beliau ada di kolam renang belakang. Sebenarnya, tadi Tuan Jungkook datang kemari. ” Ucap wanita itu sambil menunduk dalam karena takut.

“ Untuk apa dia kemari? ” Tanya Jimin dengan raut wajah tidak suka.

“ Saya tidak tau, Tuan. Tapi, mereka berdebat dan Nyonya Ahreum jadi diam, tidak mau makan atau minum. Saya takut kalau bayinya— ”

“ Mereka akan baik-baik saja. ” Sahut Jimin lalu berjalan menuju pintu belakang, tepatnya ke kolam renang.

Jimin berjalan cepat, dia takut kalau Ahreum melakukan hal- hal konyol, mungkin seperti.... Bunuh diri. Hal pertama yang bisa Jimin lihat, Ahreum tengah terduduk di tepi kolam dengan kaki yang dibiarkan bergerak bebas di dalam air dingin. Jimin bisa melihat kalau dia sedang melamun. Jungkook pasti melukainya.

Perlahan, Jimin mendekati tubuh Ahreum dan berdiri tepat di belakangnya.

“ Sedang apa? ” Tanya Jimin lembut.

Ahreum tersadar dari lamunannya lalu berdiri perlahan dan menggerakkan tangannya untuk mencari keberadaan Jimin. Sampai dia bisa meraih kerah jas kerja Jimin.

“ Kau baik-baik saja? ” Tanya Jimin yang dibalas anggukan oleh Ahreum.

“ Apa yang dia katakan? ” Ahreum mengernyit, bingung dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh pria bermata sipit itu.

“ Apa? ” Tanya Ahreum balik.

“ Apa yang sudah Jungkook katakan padamu? ” Kini Jimin menatap wanita itu penuh rasa iba.

Ahreum tersenyum masam meski matanya berkaca-kaca, dia meraba wajah Jimin dan berhenti di pipi tirus itu.

“ Dia mengatakan hal yang menyakitkan. Tidak enak didengar, mungkin kalau kau mendengarnya dan kau jadi aku. Kau pasti sudah menangis. ” Kata Ahreum pelan.

“ Lalu? Kenapa kau tidak menangis? Menangislah, selagi aku masih bisa memelukmu. ” Kata Jimin lembut.

Ahreum tersenyum, bukan— kali ini bukan senyuman palsu atau masam, tapi sebuah senyuman tulus dan lembut. Dia mengelus dada Jimin dengan kedua tangannya. Kepalanya menggeleng pelan.

“ Aku sudah lelah. Aku lelah menangis, tidak sadarkah kau? Selama ini terlalu banyak air mata yang jatuh hanya karena Jungkook. Aku tidak mau lagi, mungkin aku sudah kebal sampai rasanya rasa sakit itu tidak memberi efek apapun. Jadi, maukah kau menenangkan anakku? Katakan padanya bahwa semuanya akan baik-baik saja. ” Kata Ahreum dengan setetes air mata yang jatuh. Ya, hanya satu tetes, mungkin itu adalah tetesan terakhir.

Jimin tersenyum lembut, dia berlutut di depan Ahreum dan memeluk erat perut berisi itu. Entah karena apa tapi Ahreum bisa merasakan kalau Jimin tengah menitikan air matanya.

“ Hai sayang, malaikat kecilku. Tidak perlu cemaskan apa yang sedang terjadi di luar sini. Cukup tumbuh dengan baik di dalam sana. Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja selama aku ada di sini. Aku menyayangimu, bukan karena belas kasihan. Tapi, aku yang merawatmu. Kau anakku, anak kami. Tumbuh dengan cepat agar aku bisa melihat wajahmu. ” Sebuah kecupan lembut mendarat di perut Ahreum, membuat sang Ibu hamil kini menangis terharu. Dia tidak menyangka kalau Jimin bisa mengatakan hal semenyenangkan itu. Bisa membuat dia dan bayinya merasa tenang.

Jimin berdiri sambil tersenyum lalu menyeka air matanya. Dia menarik tubuh Ahreum dan memeluknya erat.

“ Kenapa? ” Tanya Jimin lembut.

“ 2 hari lagi, bisakah kau menemaniku? ” Tanya Ahreum di tengah tangisnya.

“ Kemana? Kau mau pergi? ”

“ Pengadilan. Jungkook menceraikanku. ”








Hari terasa berjalan begitu cepat, 2 hari berlalu dan saatnya hubungan mereka berakhir. Ikatan pernikahan yang selama ini Ahreum coba menjaganya akhirnya akan diputus secara sepihak. Dia tidak akan dapatkan apapun bahkan Reyna sekalipun. Dia tidak akan dapatkan haknya sebagai seorang Ibu. Dia juga harus menanggung seorang anak tanpa Ayah, kembali menyembunyikan sebuah fakta besar dari Jungkook. Tapi inilah yang dia inginkan. Jungkook harus pergi, dia tidak boleh menangis saat melihat kematian Ahreum nanti.

Ahreum terduduk diam sambil melamun di sofa kamarnya. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Sebenarnya tidak ada hal penting yang berkeliaran di otaknya selain nama Jungkook.

“ Ahreum? Sidang dimulai 2 jam lagi. Aku akan pergi menemui klien sebentar. Aku janji tidak akan lama. ” Kata Jimin yang menyeruak masuk ke kamar Ahreum. Tidak ada respon baik yang Ahreum tunjukkan, hanya anggukan. Tapi Jimin juga tidak protes, dia tau yang Ahreum butuhkan hanya. Waktu untuk sendirian.

Jimin meninggalkan ruangan itu, lebih tepatnya meninggalkan Ahreum sendirian. Dan kini, Ahreum kembali terdiam sampai beberapa menit setelah kepergian Jimin. Dia merasa ada orang lain selain dirinya di ruangan itu.

“ Siapa? ” Tanya Ahreum.

“ Aku akan membawamu pergi dari sini. ” Suara itu yang terakhir kali Ahreum dengar sebelum semua penglihatannya menjadi hitam dan seluruh indra tubuhnya terasa berhenti berkerja.






























Night guys...
Ken mau minta maaf buat kebaperan Ken kemaren. Ken sadar kemaren Ken sempet blank, dan drop. Tapi setelah baca coment kalian Ken jadi semangat lagi. So, thanks guys.
Ken ga akan pergi sampai work ini selesai ^^
Love you all 😘

Still Want YouΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα