17 | Hello, It' s Me

4.1K 565 48
                                    

Ceklek...

Jimin melangkahkan kakinya pelan memasuki kamar Ahreum. Obsidiannya segera tertuju pada seorang wanita yang terbaring tidak berdaya di atas ranjang. Jimin berjalan mendekat, duduk di sampingnya dan menatapnya sayu.

Tangan Jimin terulur, menyentuh kening Ahreum, tubuhnya sedingin es. Jimin meraih sebuah remot dan menghidupkan pemanas ruangan. Dengan sangat pelan dan hati-hati, Jimin menarik selimut tebal hingga menutupi tubuh Ahreum sampai sebatas leher.

Helaan nafas terdengar begitu berat ssbelum Jimin duduk di sisi ranjang. Matanya tidak pernah berpindah fokus pada Ahreum, bahkan seperkian sekonpun.

“ Maaf. ” Hanya sebuah kata yang mampu keluar dari bibir Jimin.

Dia menggenggam tangan dingin itu, menggenggamnya erat seolah dia mampu memberi kehangatan tubuhnya agar berpindah pada Ahreum.

“ Aku mengecewakanmu. Kau ingat, hal yang kukatakan padamu saat kita pertama kali bertemu? Aku bilang, kalau kau tidak lebih dulu bertemu dengan Jungkook, aku pasti sudah menikahimu. Dan itu memang sebuah fakta. Aku tidak pernah bercanda, saat pertama melihatmu. Aku melihat sesuatu yang berbeda darimu, aku mulai menyukaimu bahkan sampai detik ini. ” Jimin tersenyum, mengelus puncak kepala itu pelan dan lembut.

“ Dan saat Jihan kembali dan kau terluka. Aku sempat merasa senang, aku berharap bisa menjadi penghiburmu. Memang, awalnya aku hanya menghiburmu, berusaha agar kau tertawa, tapi seiring berjalannya waktu, sebuah pikiran buruk melingkupiku. Aku... Ingin memilikimu, sepenuhnya. Aku sangat marah saat kau memberikan semua yang kau punya, ginjal, suami, bahkan mata dan anakmu. Kau terlalu egois, kau hanya memikirkan orang lain sampai kau lupa pada dirimu sendiri. Kebahagiaanmu. Saat kau bilang, ingin pergi jauh dari Jungkook, jujur aku senang. Aku berusaha mengerahkan segala cara untuk mendapatkan hatimu, tapi.... Aku salah, kau tidak pernah melihatku. ” Jimin tersenyum miris lalu menarik nafas panjang.

“ Aku memang memiliki ragamu tapi aku juga tau bahwa saat itu hatimu tidak bersamaku. Aku lelah, kalau kau ingin tau. Menunggu itu membosankan tapi aku mencoba bertahan. Semakin ke sini aku semakin sadar kalau kau memang tidak akan bisa melakukan itu. Kau tidak boleh melakukannya. Aku tidak boleh mencintaimu, karena cepat atau lambat. Kau akan segera pulang. Kembali pada Jungkook, dan aku? Mungkin hanya akan menjadi kenangan. ” Jimin benar-benar tidak sanggup, dia mengecup tangan Ahreum pelan lalu tersenyum, bukan senyumam milik Jimin si pangeran. Tapi senyum kesedihan.

Dia berdiri, tidak sanggup menatap mata terpejam itu lebih lama. Sampai dia bertekad, untuk meninggalkan Ahreum sendirian, di tengah ruangan gelap itu.

Tapi langkahnya terhenti saat sosok pria berperawakan tinggi yang menjadi penyebab semua hal ini terjadi, muncul secara tiba-tiba di hadapannya.

“ Terimakasih, hyung. ” Jimin menautkan alisnya bingung mendengar pernyataan Jungkook.

“ Untuk? ”

“ Membuat Ahreum begitu membencimu. ” Kata Jungkook diselingi senyuman miring.



Suasana hati Ahreum masih sangat buruk. Dia masih terus diam di dalam kamar. Dia tidak ingin menemui siapapun. Jungkook, Irene, apalagi Jimin. Jin? Ahreum belum sempat bertemu dengan dia dari kemarin.

Ceklek...

Ahreum menulikan pendengarannya, pura-pura tidak mendengar suara pintu terbuka itu.

“ Boleh aku masuk? ” Tidak salah lagi, itu suara Jin.

“ Kau sudah melakukannya. ” Jawab Ahreum terkesan dingin.

Jin terkekeh pelan lalu menyodorkan secangkir coklat pana tepat di depan wajah Ahreum. Dia meraih tangan Ahreum, membawanya agar menggenggam cangkir yang mengeluarkan kepulan asap itu.

“ Menurut buku yang kubaca, coklat hangat bisa mengembalikan suasana hati. ” Kata Jin lembut, secara tiba-tiba saja Jin kembali mengingat masa di mana dia masih berhubungan dengan Ahreum.

Wanita itu begitu ceria dan cerewet, tapi sekarang. Semuanya berubah derastis, tidak ada senyuman, hanya air mata. Tapi tidak! Dia tidak boleh lemah! Dia harus ingat tujuan utamanya, membunuh Ahreum dan Jungkook. Mereka merusak reputasi dan bisnisnya.

“ Jin? ”

“ Ya? ”

“ Bawa aku pergi dari tempat ini. ”[....]

























Yeay... Ken kasih cuma dikit, karena besok. Ken punya surprise buat kalian...
Selamat menunggu 😘

Still Want YouWhere stories live. Discover now