44. Sebuah Tinju

12.5K 1.2K 164
                                    

  Ashel turun dari taksi tepat di depan kampus. Lumayan sekarang dia naik turun taksi, bukan lagi angkot. Langkah lebarnya membawanya menuju sebuah koridor.

Di depan sana, tampak serombongan cowok sedang asik ngobrol sambil tertawa renyah. Mereka adalah para mahasiswa yang hobi gangguin Ashel. Padahal mereka tahu Ashel itu galak, tapi justru kegalakan Ashel menjadi daya tarik bagi mereka.

Ashel ingin balik badan karena malas melewati anak-anak tukang iseng itu. Tapi ia sudah kepergok akan melintas, jadi langkahnya diterusin saja dari pada disorakin.

Ashel langsung menjadi pusat perhatian ketika salah seorang diantara mereka melihat keberadaannya yang akan melintas.

"Neng, ayok neng, ayok main pacar-pacaran! Dari pada pacar beneran kepala pusing enggak karuan." Salah seorang mulai bernyanyi sambil berjoget ala-ala dangdut dengan gaya jahil.

Seorang lagi bersiul-siul nggak jelas.

"Cantik! Sombong euuh."

"Minta nomernya, dong!" salah seorang mengikuti langkah kaki Ashel.

"Japer ooi..." Rambut pelontos menyeletuk.

"Apaan, tuh?"

"Janda perawan," bisik si pelontos.

Ashel malas menggubris meski mendengar bisikan itu. Para pria itu terlalu banyak jika diladeni. Bisa dower bibir Ashel kalau membalas kata-kata mereka. Diamin sajalah.

"Sayang, kuanterin, ya?" Sseeorang mengikuti Ashel, kini ada dua cowok mengikuti langkah kaki Ashel.

Gemas sekali Ashel diperlakukan seperti itu.

"Heh, songong! Jangan kurang ajar, ya!" bentak Ashel dengan mata melebar.

"Widiiih... galak. Ini calon pangeran surgamu, Shel. Kok, digalakin, sih?"

"Ngaca sana!" balas Ashel, kesal digodain.

Cowok itu mengacak rambut lalu mundur dengan sendirinya, merasa sudah ditolak.

"Boleh minta nomer?" Cowok satunya semakin terlihat penasaran dan bicara dengan sopan.

"Ke kuburan sana!" jawab Ashel sebel.

"Hahaaa.." Serentak yang lainnya menertawakan melihat muka si penggoda yang mulai memerah malu.

"Dikira mau nyari nomer togel apa? Disuruh ke kuburan."

Ashel melenggang melewati cowok itu lalu berbelok hingga ia tidak lagi melihat sekumpulan cowok tengil itu.

Bunyi tang tung tang tung di ponsel membuat perhatian Ashel tertarik dan melihat notifikasi masuk. Salah satunya, akun instagram Pak Roby yang menyebut dirinya sedang berada di rumah sakit akibat kecelakaan.

What? Ashel terkejut. Niatnya ke kampus ingin bertemu Pak Roby, tapi ternyata beliau sedang nonggok di rumah sakit.

Oke, Ashel putar arah. Dia harus ke rumah sakit untuk menjenguk Pak Roby. Dengan menjadi orang pertama yang menjenguk Pak Roby, Ashel berharap Pak Roby akan simpati padanya dan menyetujui penawarannya. Huh, barang kali catatan amalnya di buku Malaikat langsung dihapus gara-gara niat berubah.

Ashel terkekeh geli. Ia bergegas ke rumah sakit.

***

Lah, kok ada Fariz? Bisik hati Ashel ketika sudah sampai di lorong rumah sakit menuju kamar dimana Pak Roby dirawat. Fariz berdiri di dekat pintu kamar tepat dimana kamar yang disebutkan perawat.

Ashel sebenarnya malas ketemu Fariz sejak perdebatan tentang Sabiya tadi. Dosa nggak ya sebel sama suami?

Ashel berdiri di sisi kiri pintu dengan kedua tangan menyilang di dada, berseberangan dengan Fariz yang berdiri di sisi kanan pintu.

"Ashel!" panggil Fariz.

Ashel menatap sekilas kemudian memalingkan wajah. "Hm."

"Kok, kamu ke sini? Siapa yang ngabarin kalau aku ada di sini?" tanya Fariz kelewat Pede.

"Dih, Ge Er banget sih kamu. Siapa juga yang mau nemuin kamu?" ketus Ashel pura-pura jutek.

"Ouh... Kirain." Fariz nyengir lebar. "Namanya juga suami. Bawaannya baper mulu."

Ashel menyandarkan punggung di dinding. Fariz menoleh dan menatap istrinya. Mereka sesekali saling pandang. Ashel langsung memalingkan pandangan setiap kali tatapan matanya beradu dengan Fariz.

"Shel, trus kamu ngapain ke sini?"

"Mau ngejengukin Pak Roby, katanya kecelakaan. Kamu sendiri ngapain di sini?"

"Aku sampai lupa kalau Pak Roby adalah dosenmu. Aku yang nabrak Pak Roby."

"Hei... Kriminal banget sih kamu." Ashel terbelalak.

"Nggak sengaja. Aku juga tanggung jawab, kok. Buktinya kuanterin Pak Roby ke sini." Fariz membela diri. "Kamu jangan galak-galak gitu sama suami."

"Trus gimana kondisi Pak Roby?" Ashel tidak perduli dengan ucapan Fariz.

"Nggak parah, kok. Keserempet dikit doang. Paling cuma kaget. Tadinya Pak Roby juga nggak mau dibawa ke rumah sakit. Aku aja yang maksa karena takut dia kenapa-napa."

Sunyi.

"Kamu nggak nanya kenapa aku bisa sampai nyerempet Pak Roby?" tanya Fariz.

"Ya udah, bilang aja kenapa kamu bisa sampe nyerempet Pak Roby, kan udah kamu tanya tadi."

"Aku ngejar kamu tadi, aku nyariin kamu dan niatku mau nganterin kamu nemuin pak Roby."

"Oh.." Ashel berlagak cuek. Padahal hatinya riang bukan main, karena ternyata suaminya cukup memperhatikannya.

Pintu kamar pasien terbuka dan mereka langsung mendekati dokter yang keluar dari ruang pasien.

Dokter tersenyum. "Bapak Roby tidak apa-apa, kok. Hanya luka memar sedikit di pinggangnya. Sebentar juga sembuh."

"Syukurlah." Fariz melepas napas lega.

Dokter melenggang pergi.

Baru saja Ashel hendak masuk ke kamar pasien, Pak Roby sudah berdiri dan berjalan mendekati pintu.

"Saya tidak apa-apa," terang Pak Roby tanpa ditanya. Ia pastinya sudah tahu maksud kedatangan Ashel yang hendak masuk ke kamar.

Fariz di belakang, tersenyum lega.

"Loh, kamu kenapa di sini?" Pak Roby mengangkat alis melihat Ashel yang turut menjenguknya.

"Ngejengukin Bapak," jawab Ashel cepat.

Pak Roby sempat heran mahasiswinya itu perduli padanya. Ia mengangguk lalu keluar kamar melewati Fariz dan Ashel.

Bersambung

Mana nih yg nunggu ashel, absen iah, cung!  👆

Bentar lagi novel ini bakalan terbit, siap-siap nabung yah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Bentar lagi novel ini bakalan terbit, siap-siap nabung yah. Jangan sampe ketinggalan PO biar bisa peluk Fariz dan dibawa tidur. Wkwk

By
Emma Shu

MY BOSS IS MY LOVE (Sudah Terbit) Where stories live. Discover now