35. Sedikit Berbeda

16.8K 1.3K 147
                                    

Setengah jam kemudian, Fariz keluar kamar dengan penampilan rapi, kedua tangannya sibuk memasang dasi. Rambutnya yang basah oleh minyak menambah kesan rapi. Ia tampak terburu-buru keluar rumah sambil mengancing ujung lengan kemeja.

"Jangan buru-buru, hati-hati di jalan. Dan jangan lupa, bawa Ashel pulang!" seru Fatma yang tampak sedang menyiram bunga di taman.

Fariz menoleh sekilas ke arah Mamanya dan tersenyum.

"E eeh.. Tunggu! Kamu nggak sarapan?"

"Enggak, Ma. Aku buru-buru! Dadah...!" Fariz masuk ke mobil yang sudah bertengger di halaman rumah.

"Bismillah, semoga dia belum pergi!" lirih Fariz sembari menyetir mobil. Stu tangannya konsentrasi pada bundaran setiran, satu tangan lagi mengetik di ponsel.

Shel, dimana?

Fariz mengirim pesan tersebut kepada Ashel.
Tak lama kemudian ada balasan.

Ashel : Aku lagi nunggu taksi. Mau berangkat kerja.

Fariz : Jangan pergi dulu, tunggu kujemput!

Fariz sesekali menatap layar ponselnya yang digeletakkan di atas dashboard. Tidak ada balasan dari Ashel. Ia mempercepat laju mobil.

Sesampainya di depan rumah Ashel, ia melihat Ashel yang duduk di depan rumah, sedang menunggu. Fariz membuka kaca dan tersenyum. Ashel bangkit dan berjalan mendekati mobil.

"Aku udah kayak nungguin pacar buat kencan, ya?" ucap Ashel saat sudah duduk di atas mobil yang melaju.

Fariz tersenyum lagi. "Jangan gitu, dong! Masak sih kamu nganggep hubungan kita kayak pacaran. Kita kan udah suami istri, lebih dari sekedar pacaran."

"Kenyataannya begitu," celetuk Ashel tanpa menatap Fariz.

Fariz menoleh ke wajah Ashel. "Maaf kalau aku udah bikin kamu kesel. Aku memang belum bisa jadi suami yang baik."

Ashel kini menatap Fariz. "Aku ngerti, kok."

"Nah, gitu, dong. Aku lega kalau kamu nggak kesel sama aku. Kita memulai rumah tangga kita dengan baik-baik, jangan sampai ada sesuatu hal yang bikin gondok. Kalau ada yang kamu nggak suka, kamu bilang langsung ke aku, ya!"

Ashel mengangguk. Banyak hal yang ingin Ashel tanyakan mengenai diri Fariz, tapi apa mungkin ia menyampaikan pertanyaannya itu? Tentang Fariz yang sampai hari ini belum melaksanakan kewajibannya menafkahi lahir dan batin, tentang Fariz yang lebih terkesan tertutup dalam segala hal, dan masih banyak lainnya. Suatu saat nanti, di saat yang tepat, Ashel pasti akan menanyakannya jika memang sudah tidak cukup waktu lagi untuk memendamnya. Ashel berharap Tuhan akan menjawab dan menunjukkan kebenaran padanya.

Sampai di kantor, Ashel dan Fariz menjadi pusat perhatian semua orang. Mulai dari mereka turun dari mobil hingga berjalan beriringan sampai ke teras, tatapan semua orang tak luput dari gerakan Ashel dan Fariz.

Keharmonisan antara Ashel dan Fariz tampak di mata semua orang dengan melihat Fariz yang mengantar Ashel untuk absen di mesin ceklok, juga mengantar Ashel memasuki ruangannya, setelah itu Fariz meninggalkan Ashel dan masuk ke ruangannya. Tindakan Fariz membuat semua orang menilai kalau Fariz ingin memastikan Ashel baik-baik saja sampai di ruangan. Sungguh romantis.

"Cieee... Yang jadi pengantin baru," ucap Alin ketika Ashel sudah duduk di kursinya.

Ashel langsung merasa sumpek karena kini ia dikerubungi manusia satu ruangan, terkecuali Pak Danu, yang sedang keluar entah kemana.

"Pak Fariz so sweet banget, ya nggak? Perhatiannya buseeeet," celetuk Rilan sembari memukul meja Ashel.

"Turun dari mobil aja udah kayak raja dan ratu. Udah gitu mau absen aja dianterin. Keren!" Rolan mengelus-elus dagu sembari menatap wajah Ashel yang merona merah.

"Trus kalian bulan madu kemana? Seminggu ini jalan-jalan kemana?" Alin antusias.

Ashel menatap wajah-wajah yang mengelilinginya dengan perasaan berkecamuk. Semua orang menatap hubungan Ashel dan Fariz begitu indah dan penuh cinta, sekarang Ashel harus mengakui bahwa apa yang dilihat belum tentu seperti yang dirasakan. Sama seperti yang ia alami.

Bulan madu? Ashel tidak berbulan madu.

"Plis, dong! Jangan serang Ashel dengan pertanyaan-pertanyaan begitu. Kasian Ashelnya jadi malu, kan? Tuh mukanya udah merah gitu," celetuk Naifa membela.

"Heheeee... Namanya juga penasaran, kabar gembira itu perlu dibagi-bagi. Barangkali Ashel bulan madu ke Singapura, trus disana jalan-jalan kemana gitu. Kan kita ikut seneng," balas Alin masih antusias.

"Ayo, cerita, dong! Entar bakalan kujadiin foto copy untuk bulan maduku sama calon makmumku yang sekarang entah dimana dan yang mana orangnya pun belum kelihatan," celetuk Rilan.

Pak Danu masuk dan semua yang mengelilingi Ashel bergerak perlahan meninggalkan meja Ashel.

Ashel sungguh sulit mengerti dengan yang Fariz lakukan padanya. Banyak teka-teki yang mesti ia jawab tentang Fariz. Bukan hanya semua orang yang merasa penasaran terhadap Fariz, Ashel sendiri bahkan jauh lebih penasaran.

Dering ponsel membuat Ashel terkejut dan langsung menyambarnya.

"Nadanya kecilkan sedikit, Ashel!" tegur Pak Danu yang menatap Ashel dengan tajam.

Ashel mengangguk sembari nyengir lebar. Sementara tangannya menempelkan ponsel ke telinga.

"Ke ruanganku sebentar."

Ashel membelalak mendengar suara di seberang. Ia tadi langsung menempelkan layar ponsel ke telinga tanpa melihat nama si penelepon. Suara Fariz.

"Ngapain?" lirih Ashel.

"Mau dicium, nggak?"

Ashel membelalak lagi. Fariz mulai gila.

"Iya, aku kesitu, " singkat Ashel kemudian keluar ruangan. Sebenarnya ia bisa masuk ke ruangan manager lewat pintu yang menghubungkan antara ruangannya dengan ruangan manager, tapi sengaja Ashel masuk ruangan manager lewat pintu luar, takut Alin dan Rilan akan meledeknya jika ia ketahuan masuk ke ruangan manager. Cari aman.

Bersambung

Mana suaranya buat kelancaran update CB?

SPAM komen yawh. 😘😘😘

MY BOSS IS MY LOVE (Sudah Terbit) Where stories live. Discover now