"OK, ntar sekalian makan siang saja, gimana?" Tanya Langit sambil membuka pintu ruangan basecamp lalu menahannya dan menyilakan Tania untuk masuk terlebih dahulu.
"Makasih Ngit."
Di sana tampak Sabrina dan beberapa teman koas yang lain tengah sibuk mempersiapkan diri. Tania bergegas ke lemari lokernya. Menyimpan semua barang bawaannya di sana dan hanya membawa sebuah logbook dan tak lupa ponsel yang harus selalu standby selama jam Koas nya.
Berjalan bergerombol menuju ke poli penyakit dalam di mana mereka akan memulai stase baru. Tania dan rekan-rekannya dalam balutan snelli putih dengan stetoskop yang menggantung di leher masih selalu menyita atensi beberapa pasang mata dari pengunjung rumah sakit. Maka sebagai calon pelayan masyarakat, mereka pun membalas sapaan beberapa pengunjung dengan senyuman yang santun.
Tiba di depan poli penyakit dalam, seorang petugas tampak sudah duduk di belakang meja sambil melayani pasien yang tengah melakukan pendaftaran. Salah satu teman Koas Tania melangkah mendekat, berdiri tak jauh dari meja sampai petugas tersebut selesai mendata pasien. Kemudian ia menggeser posisi berdirinya hingga dekat dengan petugas dan tampak berbincang sebentar lalu kembali ke gerombolan kelompoknya.
"Disuruh nunggu di dalam gaes." Ucapnya. Lalu merekapun ijin ke petugas jaga untuk masuk ke ruangan.
Selang beberapa saat, pintu dibuka dari luar lalu tampak dokter David -dokter konsulen di stase penyakit dalam- berjalan masuk dan diikuti oleh dua orang dokter residen serta seorang perawat masuk ke ruangan. Sontak merekapun kompakan berdiri dan berjajar.
"Pagi." sapa dokter David. Tania melirik snelli dua residen di belakang dokter David, ada deretan nama seorang residen laki-laki bernama Alfa Febrian dan seorang residen perempuan bernama Fatma Nurmala.
"Selamat pagi dokter." jawab Tania dan teman-temannya kompakan.
Dokter David langsung berjalan menuju ke mejanya diikuti oleh dokter Alfa dan Dokter Fatma kemudian seorang perawat masuk dengan membawa setumpuk map.
Menyapa Dokter David dan dua dokter residen, kemudian perawat itu meletakkan tumpukan map tersebuta ke atas meja. Lalu mereka berempat tampak berdiskusi sebelum kemudian perawat tersebut kembali keluar ruangan.
Tania dan para koas lain berdiri berjajar di samping meja dokter David untuk menunggu perintah. Mereka mengamati dalam diam, melihat Dokter David yang tengah mengambil sebuah map lalu membuka dan membaca isinya. Beberapa saat kemudian dokter David menutup map dan mendongak. "Saya akan ptaktik sampai jam sepuluh. Sementara saya pelayani pasien, kalian bisa berdiskusi dengan dokter Alfa di ruang sebelah. Sementara Dokter Nurma membantu saya. Nanti selesai praktik kalian ikut saya untuk visit beberapa pasien."
"Siap dokter."
🐻🐻🐻🐻🐻
"Nih!" Langit menyodorkan map berwarna merah itu kepada Tania. Map yang pernah Tania titipkan kepadanya saat Tania di opname pasca kecelakaan beberapa bulan lalu. Tania menerimanya, namun Langit masih menahan map itu hingga membuat Tania menatapnya penuh tanya. "Serius nih gue gak boleh tau isinya?"
Tania menarik dengan sedikit menyentak map merah itu hingga terlepas dari pegangan Langit. "Nggak boleh!" Jawaban yang membuat Langit langsung memasang muka mencibir.
Tania dan Langit kini tengah menikmati makan siang di kantin rumah sakit. Sengaja memisahkan diri dari kelompoknya. Sesuai dengan janji mereka pagi tadi. Meski sempat mendapatkan ledekan bahkan sedikit omongan kurang enak dari teman-temannya, Tania lebih memilih untuk cuek saja.
YOU ARE READING
BRITANIA -Intact but Fragile- ✅ TAMAT
RomanceRendy Aditya Irawan, yang sebenarnya entah siapa yang pertama kali memberinya cap seorang "playboy" karena ia memungkiri pernyataan itu. Tapi kenyataannya, dia selalu dipepet cewek-cewek tanpa ia perlu tebar pesona dan dengan mudahnya ia menerima pe...
PART 52
Start from the beginning
