Rendy Aditya Irawan, yang sebenarnya entah siapa yang pertama kali memberinya cap seorang "playboy" karena ia memungkiri pernyataan itu. Tapi kenyataannya, dia selalu dipepet cewek-cewek tanpa ia perlu tebar pesona dan dengan mudahnya ia menerima pe...
Merutinkanupload revisi cerita ini sepertinya hanyalah angan belaka. Nyatanya .... Bisa UP dua minggu sekali saja sudah sangat bersyukur.
Padahal tinggal UP ulang loh, kok lama? Nggak. Aku gak hanya UP ulang. Aku baca ulang hingga merombakseluruhisicerita bisa saja terjadi kalau nyatanya ada yang gak sreg atau ada ide baru untuk mengembangkan cerita ini.
Itu satu dari banyak kendala lain yang membuat Update cerita BRITANIA ini tersendat. Banyak hal lain yang gak aku tulis karena seperti hanya sebuah alasan saja namun nyatanya keadaan sangat tidak mendukung.
Jadi...aku minta maaf. Kalau ternyata semua tidak sesuai ekspektasi kalian 🥹
Untuk yang masih menunggu update cerita ini..AKU SANGAT BERTERIMA KASIH. Kalian adalah penyemangatdisaat aku sangat inginmemutuskan untuk rehat saja dari menulis 😫😫
🐻🐻🐻🐻🐻
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Tania berjalan dengan langkah tergesa menuju ke bangunan rumah sakit setelah keluar dari mobil Rendy. Kemacetan pagi hari ini hampir membuatnya telat absen.
Jam 07.25! 5 menitlagitamatgue! Berlari menuju ke ruangan administrasi guna mengisi daftar absensi, beruntungnya ia karena sesampainya di sana ternyata teman-teman koasnya tampak sedang mengantre untuk absen juga. Fiuh!
"Tumben lo hampir telat Tan." sapa Langit.
"Macet parah Ngit, lupa gue kalau ini Senin." jawab Tania seraya memasang snelli dan stetoskopnya. Lalu beringsut maju untuk mengisi daftar hadir.
"Mau bareng Tan?" ajak Sabrina yang juga baru saja tiba dan langsung mengisi daftar hadir setelah Tania bergeser untuk memberi ruang padanya.
"Duluan aja Sab." jawab Tania. Sabrina akhirnya meninggalkan Tania, berjalan cepat menyusul teman-temannya yang tampak berjalan bergerombol menuju ke basecamp Koas.
Langit baru saja hendak menyusul Sabrina, namun langkahnya terhenti ketika Tania bertanya padanya. "Nanti pas istirahat bisa kita ngobrol berdua, Ngit?"
Langit berbalik. Netranya memicing menelisik ekspresi wajah Tania. "Tumben? Ada apa? Oo...oohh, lo pasti mau ambil titipan lo itu ya?"
"Iya. Sambil jalan yuk." Tania berjalan terlebih dahulu dan diikuti oleh Langit. Sepanjang perjalanan menuju basecamp mereka berbincang sambil sesekali menyapa suster atau dokter saat mereka kebetulan berpapasan.