MPB | Tiga Puluh Satu

9.4K 853 57
                                    

PLAGIAT DI LARANG MENDEKAT!

***

Sejak kepulangan mereka dari rumah sakit. Gadis yang kini duduk di sebelah Sasuke itu hanya terdiam sedari tadi. Sakura memang akan menjawab pertanyaan Sasuke, namun dengan singkat.

"Liburan besok, ikut ke Villa ya?" tanya Sasuke yang berhasil mengalihkan tatapan Sakura.

"Mau apa disana?" tanya gadis itu.

Sasuke tersenyum menatap Sakura, "Membuat kenangan," jawabnya.

"Untuk apa?"

"Untuk kita ceritakan pada anak-anak kita nanti," jawab Sasuke yang tidak mendapat respon apa-apa dari Sakura. Gadis itu masih menatapnya polos. Mungkin otaknya masih loading saat ini.

"Tidak mau," jawab Sakura setelah lima menit kemudian. Raut wajahnya tampak kesal dengan semburat merah yang tidak terlalu kentara di kedua pipinya.

"Bodo amat," sahut Sasuke berpura-pura acuh.

"Yasudah pulang sana," gadis itu kembali mengalihkan pandangannya ketika Sasuke kini menatapnya dengan kekehan kecil.

"Nanti, aku masih merindukanmu,"

"Besok masih ada hari jika kau lupa," sahut Sakura.

"Besok jangan sekolah," ucap Sasuke serius. Kali ini ia menatap kekasihnya dengan tajam.

"Iyah," jawab Sakura pelan dengan kepala tertunduk.

Sasuke mengusap kepala Sakura pelan.
"Sini," ucapnya seraya menepuk pahanya.

Sakura tersenyum tipis dan merebahkan tubuhnya di sofa dengan berbantalkan paha Sasuke.

"Minggu depan kita ke Villa," ucap Sasuke.

Sakura mengerutkan keningnya bingung.
"Berapa hari?"

"Tiga," jawab Sasuke.

"Pasti sama Ayah-"

"Aku sudah meminta ijin sama Ayah Bunda, tenang saja," potong Sasuke membuat Sakura tersenyum tipis. Lagi-lagi pikirannya teralihkan jika bersama Sasuke. Pemuda itu mempunyai ribuan cara agar membuat Sakura nyaman berada di dekatnya.

"Ino ikut?" tanya Sakura.

Sasuke mengangguk dan mengusap kepala Sakura menggunakan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya menggenggam tangan Sakura yang berada di atas perut gadis itu.

***

"Sensei-"

"Saya akan percaya jika kamu membawa bukti,"

Ino bangkit dari sofa yang ia duduki dan menatap pria yang menjabat sebagai kepala sekolah dengan tajam.
"Anda bicara seperti itu karena Anda bukan seorang perempuan," ucapnya tajam.

"Laki-laki yang melakukan, perempuan yang menjadi korban. Dan yang disalahkan? Perempuan," jelasnya dengan mata yang masih menatap pria dihadapannya dengan tajam.

Dengan menahan amarahnya, Ino pergi dari ruangan dan menutup pintu dengan kencang. Membuat Jiraya menghela nafas berat dan mengelus dadanya.

Ino berjalan di koridor dengan tatapan kosong. Bahkan saat ini iris Aquamarine nya berkaca-kaca ketika membayangkan bagaimana keadaan Sakura saat ini. Ia berniat mengunjungi sahabatnya sepulang sekolah nanti.

"Ino," panggilan di belakangnya membuat langkah kaki Ino berhenti dan menolehkan kepalanya ke belakang. Menatap Sasuke yang berjalan ke arahnya diikuti oleh Sai di belakangnya.

MY PERFECT BADBOY Where stories live. Discover now