MPB | Tiga Belas

10.5K 985 38
                                    

PLAGIAT DI LARANG MENDEKAT!

***

Sakura berjalan di koridor sekolah dengan santai. Hari ini ia sengaja berangkat pagi karena ia bertugas piket.

"Forehead tunggu!" seruan di belakangnya membuat Sakura berhenti dan menatap Ino yang sudah berada di sebelahnya. Mereka kembali berjalan.

"Sahabat datang bukannya di sapa tapi diam saja," ucap Ino seraya melirik Sakura kesal.

Sakura terkekeh mendengarnya, "Pagi Ino," sapa Sakura dengan senyuman teramat sangat manis.

Ino memutar nola matanya jengah, "Bagaimana hubunganmu?" tanya Ino.

"Hubungan apa?"

"Itu tuh,"

"Apa?"

"Hubunganmu dengan Kak Sasuke," dengan kesal Ino menatap Sakura.

"Baik, tapi kadang menyebalkan," ucap Sakura dengan mempoutkan bibirnya ketika mengucapkan kata terakhir.

"Kau ada perasaan sama Kak Sasuke?" tanya Ino hati-hati.

Sakura terdiam beberapa saat, "Entahlah, aku sendiri juga bingung," jawab Sakura pelan.

"Okelah, selama Kak Sasuke tidak membuatmu menangis, tidak masalah," timpal Ino dengan kekehan kecil.

Sakura ikut tersenyum, entah kenapa ia juga yakin jika kekasihnya tidak akan membuatnya menangis. Sakura yakin itu.

***

Mebuki terus saja mengusap kepala putrinya dengan sayang. Ia bingung harus berbuat apa ketika Sakura menangis seperti ini.

"Bun, sakitt, hiks," rengek Sakura seraya memeluk gulingnya.

"Ya Bunda harus bagaimana?" jujur saja, Mebuki bingung. Putrinya terus mengeluh jika giginya sakit, tapi saat Mebuki hendak membeli obat, Sakura terus merengek dan menangis. Mebuki jadi tidak tega meninggalkannya. Saat Kizashi mendekati putrinya, bahkan Sakura tidak menggubrisnya, akhirnya Kizashi pergi dan membiarkan Mebuki yang menemani putrinya.

"Bunda~ hiks hiks,"

Mebuki meringis ketika melihat pipi kiri putrinya yang nampak membengkak. Jam menunjukkan pukul 7 malam, sejak sore putrinya terus mengeluh kesakitan.

"Ke Dokter mau?" tanya Mebuki terus mengusap kepala Sakura.

Sakura menggeleng dan merintih pelan, "Sakit,"

Mebuki tahu sakitnya seperti apa, ia juga pernah muda. Sakura tengah mengalami masa pertumbuhan. Mungkin sakit yang ia rasakan karena giginya akan lahir. Wajar jika sakit. Dan sakit gigi itu sungguh tidak mengenakan. Namanya juga sakit.

"Buat tidur saja," bujuk Mebuki.
Sakura terus terisak pelan. Rasanya sungguh nyut nyutan.

Drrrrttt

Getaran panjang yang berasal dari ponselnya membuatnya tidak menghentikan tangisannya. Akhirnya, Mebuki lah yang mengambil ponsel milik putrinya yang diletakan di atas meja. Nama Sasuke terpampang di layar touch schreennya.

"Sasuke menelpon," Mebuki memberi tahu. Sejenak tangisan Sakura mereda. Namun tak lama kemudian ia kembali menangis dengan gelengan kepala. Mebuki menghela nafas dan akhirnya ialah yang mengangkat panggilan tersebut.

"Lagi apa? Dari tadi pesanku belum di balas,"

Mebuki tersenyum ketika mendengar suara Sasuke yang terdengar kesal dan sedih secara bersamaan.

MY PERFECT BADBOY Where stories live. Discover now