•GITARA MARANDYA

1K 129 247
                                    


*mulmed Gitara Marandya

"Gitara!"
Gitara yang berjalan di lapangan sekolah mendadak berhenti dan mendongakkan kepalanya karena teriakan seorang cewek di lantai 2.

Cewek itu pun melambai-lambaikan tangannya dan menyuruh Gitara untuk bergegas ke tempatnya.

Gitara mengacungkan jempolnya dan mempercepat langkah kakinya ke tempat cewek itu.

"Apaan Nes?" tanya Gitara setelah sampai di depan cewek yang memanggilnya tadi.

"Pokoknya ini penting banget! Jadi lo harus benar-benar dengerin gue ya!"

Mendengar semangat Nesa dalam bicara, membuat Gitara terbawa suasana juga.

"Jamkos ya? Atau... besok kita libur?" tebak Gitara.

Berita yang paling penting dan kudu harus wajib untuk didengar bagi murid adalah berita libur dan jamkos. Libur dan jamkos merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri untuk murid yang malas belajar dan lelah belajar. Termasuk Gitara yang nempunyai jiwa malas yang sedikit parah.

"Enggak! Ini jauh lebih penting dari itu!"

"Emang apaan sih? Jangan bikin gue penasaran deh!" ucap Gitara dengan tidak sabar.

"Kita duduk dulu ya, capek gue ngomong sambil berdiri."
Nesa duduk di bangku yang memang sudah ada di depan kelas mereka.

"Oke." Gitara ikut duduk di sebelah Nesa.

"Jadi gini Ra, sehubung gue belum ngerjain tugas, gue minta lo dengan sepenuh paksaan buat minjamin buku tugas kimia lo ya!"

Nesa tersenyum dengan sangat lebar dan saking lebarnya mungkin dia tidak sadar ada cabe di giginya.

"Tai lo Nes! Gue kira apaan tadi," kesal Gitara sambil menyentil dahi Nesa.

"Ih! Kan itu penting lho Ra. Coba lo bayangin kalau gue gak ngerjain tugas nanti gue disuruh keluar. Kalau gue disuruh keluar lo nanti duduk sendirian. Kalau lo duduk sendirian lo jadi keliatan jonesnya. Hahaha." Tawa Nesa yang sangat tidak tau dirinya.

"Najong lo! Bodo amat, gue bisa duduk sama Amat," balas Gitara tak mau kalah.

"Maksud lo Bang Amat yang jualan cilok itu?" tanya Nesa dengan polosnya.

Memang di kelas XI IPA 4 tidak ada yang bernama Amat. Dan yang memiliki nama Amat itu sendiri hanya Bang Amat.

"Ish, ya enggak lah! Yakali Bang Amat ikutan belajar," protes Gitara.

"Woy lo berdua! Ngapain masih di luar? Masuk woy! Ibu Hana udah ada di dalam!"
teriak Beni, wakil ketua kelas XI IPA 4.

"Woanjay, kok kita gak tau ya?!!" panik Nesa dan Gitara juga ikut-ikutan panik.

"Gimana nih?" tanya Gitara dengan nada paniknya yang kentara.

"Hahahaha, buset dah. Muka lo berdua ngakak banget." Beni tertawa sampai mengeluarkan air matanya.

Mereka yang sadar sudah ditipu merasa kesal dan menyumpah serapahi Beni  yang super duper ngeselin itu.

***

"Woy, minjam tip-ex dong!"

"Buku kimia gue kemana sih!"

"Anjir! Ini pena kenapa habis segala lagi!"

"Nita buatin tugas gue dong!"

"Ya Allah mudah-mudahan Bu Hana sakit Ya Allah. Atau kalau gak sibuk aja deh ibunya. Pokoknya hamba harap ibunya gak masuk. Aamiin."

Suasana kelas XI IPA 4 sangat riuh dan berisik seperti pasar. Mereka sibuk mengerjakan tugas kimia. Dan lebih sialnya, pelajaran kimia itu di jam pertama. Ditambah guru kimia mereka termasuk list guru yang tegas dan disiplin atau nama lainnya guru killer.

"Sumpah lo itu ngeselin banget Ra! Kalau tau lo belum selesai ngerjain tugas kimia ini, bagus gue kerjain sendiri tugasnya," omel Nesa yang bukannya mengerjakan tugas kimia malah dari awal masuk kelas terus mengoceh tak jelas kepada Gitara.

"Udah deh Nes ngomelnya, Gue lagi sibuk mikirin jawabannya lo malah ganggu. Nanti kalau gak selesai gue juga yang lo salahin," ucap Gitara sesabar mungkin.

"Ya udah, cepetan kerjainnya! Nanti gue gak sempat nyalin lagi gara-gara lo ngobrol sama gue," titah Nesa dengan tidak tau dirinya.

Gitara hanya memutar bola matanya malas melihat kelakuan sahabatnya yang bossy itu.

Gitara memang belum menyelesaikan tugas kimianya. Ia tadi malam sibuk streaming nonton MV para oppa-oppa yang ada di korea selatan sana.

***

15 menit kemudian.

Akhirnya tugas kimia mereka semua selesai. Untung murid XI IPA 4 memiliki bakat yang terpendam. Mereka memiliki bakat menulis dengan cepat dan tepat mengalahkan kecepatan motor Lorenzo.

"Gue heran deh sama lo Ra. Kok bisa ya makhluk malas kayak lo dapat rangking satu? Padahal otak kita bedanya gak jauh amat," ujar Nesa dengan suara sok serius.

"Itu namanya takdir. Mungkin lo belum beruntung dalam dapetin rangking satu," balas Gitara dengan senyum menjengkelkan.

"Halah, sok iye lo. Awas aja lo nangis darah kalau rengking satu lo direbut sama gue." Nesa mengenggam satu tangannya dan mengangkat tinggi-tinggi ke atas.

"Gue iyain biar lo bahagia Nes."

Mendadak kelas hening seperti di kuburan ketika mendengar langkah kaki seorang wanita paruh baya. Wanita itu Bu Hana, guru kimia mereka.

Tapi untuk hari ini Bu Hana tidak sendirian. Di sampingnya ada cowok asing yang berperawakan tinggi.

Semua siswi mendadak histeris melihat cowok ganteng yang berdiri di depan kelas mereka. Ralat sangat ganteng. Para siswa hanya memasang muka cuek melihat tingkah cewek di kelas mereka yang alay bin lebay. Syirik emang.

Sedangkan Gitara, ia membulatkan matanya dan menahan debaran jantungnya yang sangat cepat melihat cowok yang berdiri di depan kelas itu.

***

TBC

Jangan lupa vote dan komen nya😎

ABOUT THEM (COMPLETED)Where stories live. Discover now