12. Showing vs. Telling

940 42 3
                                    

Oleh: valloria

Dalam menulis cerita, ada istilah yang disebut "showing" dan "telling". Menurut sumber-sumber yang sering kubaca, ada satu mantra yang sering didengungkan.

Show, don't tell.

Sebelumnya mari kita telaah definisi dari masing-masing istilah.

Showing berarti mendeskripsikan kejadian yang terjadi di cerita dengan membiarkan pembaca menjadi hakim/penilai atas kejadian tersebut. Dengan metode showing, pembaca dapat membayangkan berada di dalam cerita. Pembaca diperlakukan lebih pintar, dapat menangkap apa yang ingin disampaikan penulis tanpa harus ditunjukkan secara eksplisit. Kelemahan dari metode ini adalah panjang dan bertele-tele.

Telling adalah menjelaskan secara gamblang apa yang sedang terjadi di dalam cerita, atau apa yang dirasakan, diinginkan, disukai, dan dibenci tokoh cerita. Dengan metode telling, pembaca dijejali secara eksplisit apa yang ingin disampaikan penulis. Kelebihan metode ini adalah singkat dan cepat. Kelemahan metode ini adalah pembaca kurang dibawa ke dalam ceritanya, lebih sebagai pengamat luar.

Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat beberapa contoh di bawah ini:

CONTOH 1:

Telling: Gadis itu menyukai kakak kelasnya.

Showing: Setiap kali gadis itu berhadapan dengan kakak kelasnya, jantungnya berdebar-debar. Lidahnya menjadi kelu. Pipinya akan memerah dan memanas. Dan jika kakak kelas itu menyebut namanya, tubuhnya langsung mematung -- atau salah tingkah.

Bisa kita lihat bahwa di bagian showing, tidak ada kata 'menyukai' sama sekali. Namun pembaca dapat menangkap bahwa si gadis menyukai kakak kelasnya tersebut.

CONTOH 2:

Telling: Dia lelah, marah, dan kesal. Pekerjaan itu benar-benar menyita energinya.

Showing: Ia menghembuskan napasnya dan mengacak-acak rambutnya. Matanya, yang dikelilingi lingkaran hitam, menatap monitor komputernya dengan putus asa. Ia meneguk segelas kopi yang sudah dingin tanpa memedulikan rasanya yang telah memudar. Yang penting ia dapat menyelesaikan pekerjaannya.

Pada contoh kedua ini, juga tidak disebutkan bahwa sang tokoh merasa lelah dan kesal. Dari gerak-geriknya, pembaca dapat menyimpulkan sendiri.

Showing dan telling harus digunakan secara seimbang. Terlalu banyak showing akan membuat cerita terlalu bertele-tele dan pembaca lelah memperhatikan semua detil tersebut. Terlalu banyak telling membuat pembaca tidak meresapi ceritanya dan merasa dianggap kurang cerdas.

Jadi kapan menggunakan showing dan kapan menggunakan telling?

Bayangkan saat menonton film. Anggap showing dan telling adalah lensa kamera video.

Showing diperlukan saat penulis ingin menunjukkan fokus pada suatu adegan. Karena showing sifatnya lambat, maka penggambaran yang detil ini akan memberikan highlight kepada adegan yang sedang ditunjukkan. Jadi kalau penulis ingin pembaca menyadari pentingnya suatu adegan, jelaskan dengan metode showing.

Telling diperlukan saat penulis ingin memberikan ringkasan cepat pada kejadian yang sudah berlangsung, atau hanya ingin menjelaskan sedikit saja tentang adegan yang dirasa kurang penting. Misalnya dalam suatu cerita action, adegan pertarung klimaks telah ditunjukkan dengan metode showing. Penghabisan dan penyimpulan cerita (tying up loose ends) seperti ketika menjelaskan bahwa penjahatnya sekarang ditahan di penjara, kota menjadi lebih aman, dll. dapat dilakukan dengan metode telling. Contoh lainnya dalam cerita romance, setelah pasangan utamanya bersatu (atau berpisah, tergantung happy ending atau sad ending :P), kesimpulan atau epilog dalam cerita tersebut dapat dijelaskan dengan metode telling.

Jadi showing atau telling? Dua-duanya penting. Seorang penulis yang baik harus piawai kapan menggunakan showing dan kapan menggunakan telling.



Referensi:

[1] http://www.wright.edu/~david.wilson/eng3830/creativewriting101.pdf

[2] http://www.writersdigest.com/editor-blogs/there-are-no-rules/showing-vs-telling-in-your-writing

[3] https://www.jerryjenkins.com/showing-vs-telling/ 


Serba-serbi KepenulisanWhere stories live. Discover now