17. Gaun Biru Elisa

2.3K 316 9
                                    

Elisa tidak tahu apa-apa soal jamuan makan malam itu sampai Janesse memberitahunya beberapa jam setelah dia meninggalkan danau bersama Andrea. Elisa belum pernah menghadiri jamuan makan malam kerajaan, dia baru sekali jadi tamu istana. Makanya dia panik sekali. Dia tidak tahu menahu apa saja yang harus disiapkannya. Tapi Janesse meremas tangannya dan berkata menentramkan, "Semua sudah diatur!"

Jadi Elisa mempercayakan sepenuhnya pada Janesse. Kalau yang bilang itu Kitty, dia mungkin tak akan langsung percaya.

Kemarin sore, Kitty menyerbu kamarnya bersama serombongan pelayan dan seorang pria berbusana nyentrik. Pria itu memperkenalkan diri sebagai Lucra del Santos, penjahit kerajaan. Rupanya Janesse meminta Santos untuk menjahitkan Elisa sebuah gaun malam. Elisa tak pernah tahu bagaimana model gaunnya karena setelah memperkenalkan diri, Santos langsung mengukur setiap inci tubuhnya menggunakan pita pengukur sambil bergumam-gumam melecehkan dalam Bahasa Prancis yang sudah pasti dipahami Elisa.

Seumur hidup, belum pernah ada yang menjahitkan Elisa gaun, jadi dia bersemangat sekali. Santos tidak menyebut-nyebut akan seperti apa gaun itu, tapi mengingat reputasinya sebagai penjahit kerajaan, lagi-lagi Elisa menurut saja. Di pikirannya, dia membayangkan gaun ala Cinderella, dengan kain saten yang mengambang dan mungkin sepatu kaca.

Kalau sampai mereka betulan membuatku gaun seperti itu, rasanya konyol sekali, kan?

Tadi pagi, Kitty membawa masuk kotak putih besar. Di dalamnya terdapat sebuah gaun luar biasa berbahan sutra warna krem, dengan motif bunga berwarna biru sebagai bordiran. Gaun itu cantik sekali - persis seperti yang dibayangkannnya. Elisa tidak menyangka gaunnya akan selesai secepat itu. Mungkin Santos dibantu para tikus, pikir Elisa geli. Dia tak sabar mencobanya. Kitty juga langsung melepas pakaiannya, karena dia penasaran.

Tapi sepertinya ada satu hal yang membuat gaun ini mustahil dipakai....

"Sedikit lagi!" bentak Kitty.

"Aku-tidak-bernapas."

"Ayo, tahaaaaan!"

"Kau akan membunuhku," protes Elisa. "Jelas tak bisa lagi!"

"Kan sudah kubilang," kata Kitty galak sambil menarik tali korset Elisa lebih keras. "Tahan napasmu dalam-dalam!" 

Elisa meringis. Gaun itu masih belum bisa di-restleting menutup meski korset yang dipakainya sudah sangat ketat. Sebentar lagi Elisa yakin tulang rusuknya bisa patah.

"Aku-sudah-hampir..." Kitty tersengal-sengal. "Bisa-meretsleting-gaun-keparat-ini...."

"Stop!" kata Elisa minta ampun. "Aku akan pakai gaun yang lain saja. Jelas-jelas ada kesalahan. Santos menghabiskan satu jam untuk mengukurku tetapi gaun ini malah kekecilan! Dia pasti salah menulis ukurannya atau apa. Gaun ini tidak muat!"

"Gaun ini pas, bukan kekecilan," bantah Kitty keras kepala. "Kau harus memakai korset untuk muat di dalamnya! Semua wanita di istana ini melakukannya sepanjang waktu."

"Apa? Mematahkan setengah tulang rusuk mereka sebelum memakai gaun?" 

"Memakai korset," Kitty melotot. "Gaun pesta inisudah dibuatkan khusus untukmu, kau tidak boleh memakai gaun yang lain! Santos bisa murka - percayalah, kau tak ingin melihat pria itu murka. Kau sudah pernah menonton 'The Devil Wears Prada"?"

"Sudah."

"Nah, Santos yang murka lebih parah dari itu. Makanya kumohon dengan sangat, berhentilah mengeluh!"

"Gaun itu seharusnya untuk gadis remaja tiga belas tahun!" keluh Elisa, tidak mengacuhkan Kitty. Dia betul-betul menderita sekarang. "Pinggangnya hanya tiga puluh senti! Aku bukan boneka Barbie, Kitty! Aku bahkan tidak tahu kalau korset masih eksis di abad dua puluh satu!"

"Kau makan terlalu banyak kue dan puding kemarin," kata Kitty tak kenal lelah. "Aku sudah memperingatkanmu. Tak boleh membantah, kau bisa membuat Janesse kecewa berat! Lagipula kau masih harus melahap lima jenis makanan malam ini!"

Lima jenis makanan, gerutu Elisa dalam hati. Ya Tuhan, memangnya selama tinggal di sini mereka tidak memberiku makan dengan benar? "Kenapa makan malam ini harus punya lima jenis makanan?"

"Karena ini jamuan makan malam resmi dan akan dihadiri para Valione," jawab Kitty, menarik tali korset dengan semangat.

"Kenapa aku harus ikut jamuan ini?"

"Karena saat ini kau tamu kerajaan Calondria!"

Ah. Elisa lupa. Dia sedang main putri-putrian. Dan tentu saja putri 'sejati' harus selalu memakai gaun dengan pinggang super-sempit, kan?

"Apa kau sudah mengingat baik-baik urutan memakai peralatan makan untuk nanti?" tanya Kitty.

"Ya, aku ingat," kata Elisa malas-malasan. "Sup, makanan pembuka, salad, makanan utama, dan makanan penutup."

"Bukan urutan itu!" bentak Kitty galak. "Maksudku urutan peralatan makan yang akan kau pakai. Karena ini jamuan-lima-menu, akan ada lebih banyak peralatan makan dibandingkan jamuan-tiga-menu seperti yang biasa kau santap. Aku khawatir kau memakai sendok atau pisau yang salah."

"Dari luar ke dalam," jawab Elisa.

"Tak akan ada yang mengingatkanmu jika kau salah, lho..." kata Kitty kurang yakin. "Sekarang, tarik napas dalam-dalam!"

Sebetulnya Elisa bukan hanya mencemaskan dirinya, tapi dia juga memikirkan Eugene. Sama sepertinya, Eugene juga belum pernah menghadiri jamuan makan kerajaan. Rasanya para anggota Commes tak ingin punya pangeran yang tak tahu adat makan jamuan-lima-menu.

"Kitty, kurasa aku harus duduk dekat Eugene nanti."

"Celestin Eugene akan duduk di kepala meja, dekat para Quinz Celestines," kata Kitty. "Dan kau akan duduk di tempat yang sudah disiapkan. Kenapa kau mau duduk di sebelahnya?"

"Kurasa Eugene juga nggak begitu paham soal tata-krama jamuan makan malam kerajaan. Apa Jo juga mengajarinya seperti yang kau lakukan padaku?"

"Celestin Eugene sudah menerima kursus tata-krama istana," kata Kitty. "Karena dia harus tampil sempurna jika ingin tinggal di Calondria. Edward sangat mempesona – nyaris sempurna sebagai pangeran – hanya saja hatinya busuk."

Batas-batas itu mulai terasa jelas dan nyata, Elisa tak dapat memungkirinya. Eugene adalah seorang pangeran. Aku boleh-boleh saja jadi tamu kerajaan saat ini, tapi mulai minggu depan aku akan kembali menjadi rakyat jelata, menjalani kehidupan membosankan yang amat jauh dari keningratan. Kembali ke kubikelku yang sempit di kantor, menjawab keluhan pelanggan telepon yang suka marah-marah.

"Ouch!"

Tarikan Kitty kali ini sungguh kelewatan. Elisa merasa pinggangnya hampir patah.

"Kenapa kau gemuk sekali, sih?" protes Kitty tak tanggung-tanggung.

Tingginya seratus tujuh puluh dua sentimeter, dan beratnya lima puluh kilogram. Elisa merasa bersalah karena rupanya dia masih terlalu gemuk untuk ukuran gaun kerajaan. Dipeluknya tiang kanopi tempat tidurnya dan memejamkan mata. Dia tak ingin mengecewakan Janesse yang sudah begitu baik padanya. Jika menurut Eugene tinggal di istana sebagai seorang pangeran menakutkan, dia harus mencoba bagaimana rasanya menjadi seorang putri.

Setelah menarik napas sedalam-dalamnya dan hanya menyisakan sedikit udara saja di perutnya untuk sekedar bertahan hidup, Elisa berhasil dijejalkan ke dalam gaun itu. Rupanya si lady's maid benar, setelah dipakai secara sempura, gaun itu kelihatan pas sesuai lekuk tubuh. Selanjutnya Kitty memutuskan untuk merias Elisa, yang langsung ditolaknya mentah-mentah karena dia curiga hasil riasan Kitty akan membuatnya lebih mirip pelacur daripada tamu di jamuan makan malam istana.

"Kau siap," kata Kitty akhirnya, setelah tiga jam yang menyakitkan.

Elisa menatap bayangannya di cermin dan nyaris pingsan. Dia hampir tak mengenali dirinya sendiri.

Kitty menyeka matanya, terharu. "Kau tampak seperti putri," pujinya.

"Aku..." Elisa berputar, dan menyaksikan rok gaunnya berdesir dengan indah. Ya Tuhan! Apa ini betul-betul diriku? "Hanya seorang operator telepon."

"Ingat apa yang kukatakan padamu saat pertama kali kita bertemu?" tanya Kitty. "Sekarang kau tinggal di istana. Setidaknya berpura-puralah menjadi seorang putri!"

The Lost Prince [TAMAT]Where stories live. Discover now