5. Pertemuan Keluarga

3.7K 448 12
                                    


Eugene maju mendekat. "Edward?"

"Aku tak percaya ini kau..."

Sosok yang berbicara dari dalam sel itu sudah mendekat ke balik kaca. Cahaya lampu perlahan jatuh menerangi wajahnya dan Elisa dapat melihat sosoknya dengan lebih jelas. Pria itu kurus. Dagunya yang runcing ditumbuhi jenggot kasar. Cambang pendek-pendek telah menutupi tulang pipinya yang tinggi, dan kulitnya pucat seperti orang sakit. Rambutnya yang berwarna pirang tembaga agak berantakan, dan pria itu punya sepasang mata ekspresif yang berwarna...

Biru elektrik.

Elisa terperangah. Dia mengerjap beberapa kali untuk memastikan. Tidak, katanya pada dirinya sendiri. Ini tidak mungkin.

Kaca itu seolah memantulkan Eugene dan menciptakan sesosok pria lain yang sama persis dengan dirinya di dalam sel. Hidup empat tahun di dalam penjara tidak menghilangkan kemiripan luar biasa antara Edward dan saudara kembarnya. Jika Edward merapikan diri dan berdiri bersisian dengan Eugene, Elisa yakin dia tak akan sanggup membedakan keduanya.

Edward menempelkan tangannya untuk menyentuh saudara kembarnya tapi terhalang kaca. "Kami semua mengira kau sudah mati! Sudah lama sekali."

"Selama bertahun-tahun," kata Eugene lirih. Dia mendekatkan menempelkan tangannya juga di seberang tangan Edward. "Kau masih mengingatku."

Mata Elisa terasa berat. Eugene telah menemukan keluarganya. "Apa mungkin Eugene bertemu langsung dengan Edward?" bisiknya pada Janesse. "Kurasa mereka berdua ingin berpelukan."

"Maaf, Santionesse," jawab Mores. "Mereka adalah tahanan paling berbahaya dalam penjara ini. Mereka dilarang menerima kontak fisik dalam bentuk apa pun sampai masa tahanan mereka selesai."

"Dan kapankah saat itu tiba?"

"Mereka dihukum seumur hidup, Santionesse."

Seumur hidup. Mana mungkin Eugene menunggu selama itu. Elisa melirik George. Sebagai raja, mungkin George bisa membuat pengecualian.

"Eugene?" Sebuah suara halus terdengar dari sel yang satunya lagi. "Apakah kau Eugene L'alcquerine?"

Seorang wanita jangkung dan besar dalam seragam tahanan bergerak maju. Rambutnya yang berwarna pirang tembaga seperti rambut Eugene dan Edward digelung dengan sempurna – dia bahkan memakai riasan wajah – seolah dia sudah menantikan kedatangan tamu. Jika seragam itu diganti dengan gaun, tak ada yang akan mengira kalau wanita itu seorang kriminal.

"Lady Samantha L'alcquerine," bisik Janesse memberitahu.

Elisa perlu berhenti sejenak untuk memahami momen ini. Ini adalah momen yang paling ditunggu-tunggu oleh Eugene selama sepuluh tahun belakangan. Bagi Elisa, momen ini terasa sakral, seperti berada di sebuah tempat yang suci. Namun tiba-tiba sesuatu terbersit di benaknya. Dia menoleh pada Janesse, sang Ratu.

"Lady Samantha dan Edward ditahan di penjara yang sama?"

"George berbaik hati mempertahankan status kebangsawanan Lady Samantha dan Edward," lanjut Janesse. "Oleh karena itu, sebagai anggota kerajaan mereka ditahan bersama-sama di sini, di sel-sel khusus yang terpisah. Namun mereka berdua sudah kehilangan hak atas tahta Calondria."

Eugene mendekati wanita dibalik sel itu dan tangisnya pecah.

"Aku tahu kau masih hidup!" Lady Samantha terisak pilu. "Aku tahu kau ada di suatu tempat di luar sana. Aku tak pernah berhenti mencarimu. Sejak peristiwa itu, kami mencarimu ke semua tempat tapi tak bisa menemukanmu! Aku selalu berdoa agar suatu hari nanti kita dipertemukan kembali, dan hari itu akhirnya tiba juga!"

The Lost Prince [TAMAT]Where stories live. Discover now