24. Pertemuan Keluarga Bagian 2

2.6K 352 9
                                    


"Samantha!" Ratu Raquelle berseru tak percaya. "Apa yang terjadi?"

"Oh, diam sajalah kau, Raquelle!" bentak Samantha galak. Reginald Lambert muncul di belakang Samantha, menenteng senapan dan tergelak angkuh. Dia memegang rantai berat yang terhubung pada Mores. Si kepala sipir sudah dihajar babak belur, wajahnya bengkak dan berdarah begitu parah sehingga tak bisa dikenali.

George mendekati Lady Samantha. "Bagaimana kau bisa kabur?"

"George, bukan seperti itu cara seorang raja menyambut bibinya!" pekik Samantha, pura-pura terkejut. "Kau seharusnya bilang, 'Selamat datang kembali, bibi.' Dan memberontak bukanlah urusan yang sulit diatur di penjara, di mana tiga perempat isinya dikurung di sana karena dihukum olehmu!"

"Lantas bagaimana dengan Edward?" kata George. "Dia tak mungkin meloloskan diri! Kamarnya di rumah sakit dijaga ketat!"

"Kau pikir aku memang sakit, George?" Edward tertawa geli. "Aku sengaja melakukannya. Aku meminta Eugene membawakanku makanan yang bisa meracuniku - aku memintanya. Begitu melihat kembaranku yang tolol datang ke penjara hari itu, aku tahu sekaranglah saat yang tepat untuk mengambil hakku. Yang perlu kulakukan hanyalah berpura-pura seolah aku hampir tamat sehingga si dungu Eugene simpati padaku. Dan untung kita punya Elisa di sini.... "

Elisa hanya bisa memejamkan mata begitu namanya disebut. Aku tahu seharusnya aku tidak kemari.

"Elisa?" Ratu Raquelle terperangah bingung. "Tapi apa yang Santionesse Harris lakukan?"

"Oh, banyak sekali!" kata Edward bangga. "Sebagai permulaan, menculiknya sudah sukses bikin kalian kalang kabut. Elisalah yang membebaskanku dari rumah sakit. Dia bersedia berpura-pura mengantarkan pesan dari Eugene untukku. Dan aku menyamar sebagai sopir Lexus kerajaan Monaco yang ditumpanginya untuk masuk ke istana ini. Tanpa Elisa, semua ini tak akan bisa terjadi."

"Aku terpaksa melakukannya!" kata Elisa. Gelombang rasa bersalah menghajarnya seperti badai. "Komplotan Edward mengancam akan meledakkan aula ini dan aku tidak bisa menolak. Aku tahu dia serius!"

"Keamanan!" Janesse berseru. "Tangkap mereka!"

Para pengawal di dekat pintu mengarahkan pistol mereka pada Samantha dan Lambert. Namun wanita itu tetap tenang, bahkan kini dia tersenyum sambil mengibas-ngibaskan tangan.

"Kau dengar teriakan-teriakan di luar sana, Quinze Celestine?" tantang Samantha, alisnya terangkat naik. "Para komplotanku sedang menyandera dua puluh tamu, empat di antaranya masih di bawah umur. Dan mereka tak akan segan melukai mereka, sama seperti yang terjadi Moresmu yang gagah itu!" Wanita itu menunjuk Mores yang jatuh pingsan kesakitan di dekat pintu. Beberapa tamu berseru terperanjat. "Jadi mari kita putuskan bagaimana ini akan berakhir. George, serahkan jabatanmu itu pada Edward dan semuanya akan baik-baik saja. Lagipula, mahkota itu kelihatan lebih cocok di kepalanya daripada kepalamu yang besar itu. Atau kau bisa memilih mempertahankan posisimu, dan acara ini akan jadi tragedi yang mengerikan."

George menatap seisi aula dengan nanar. Janesse menggeleng pelan sekali. Ratu Raquelle tertunduk sedih. Elisa mencari-cari di sekitarnya. Dia tak mau diam saja menyaksikan Edward mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Jabatanmu," bisik Edward, membenamkan pedang itu semakin dalam ke leher George. "Serahkan sekarang juga, dan ini semua akan berakhir."

George mengkertakan gigi. "Tidak akan pernah!"

"JABATANMU, GEORGE!" hardik Samantha tak sabar. "Lima detik yang kau tunda, berarti satu nyawa yang akan melayang. Eits!" Dia menggoyangkan jari ke satu pengawal yang diam-diam membidiknya. "Jangan coba-coba. Ingat hadiah kecil yang terpasang di bawah aula ini? BUM! Dan kita semua tamat."

The Lost Prince [TAMAT]Where stories live. Discover now