Sebelum lelaki dengan rambut cokelat itu pergi, ia berbalik menatap Mingyu yang berdiri di ambang pintu.

"Aku mengetahui kamu sepupunya dari media sosial, and that fool once told me about you after we had sex."  melihat kedua manik mata Kim Mingyu membesar, Jeonghan ingin tertawa. "Yeah, we had sex although him and me ain't in relationship, juicy right?"

---

Tempat tinggal Choi Seungcheol berada cukup jauh dari tempat tinggalnya. Meskipun ia tidak kaget jika Seungcheol tinggal di kawasan Itaewon yang terkenal dengan kaum ekspatriatnya dan harga properti yang mahal. Ia berjalan menyusuri daerah kawasan penduduk yang dipenuhi oleh apartemen dan taman bermain, dengan beberapa gedung-gedung pertokoan.

Saat ia melihat nama apartemen yang Seungcheol tinggali, ia merasakan dadanya berdegup lebih cepat darinya biasanya dengan napas yang tidak dapat ia atur. Tanpa ia sadari, kedua kakinya menyerah membuat dirinya harus berjongkok di di trotoar yang dilalui orang-orang.

What the fuck.

What the fuck.

What the fuck.

Ia menyumpahi diri sendiri, dengan sekuat tenaga untuk berdiri dan menolak uluran tangan orang lain.

Saat ia ingin melangkahkan kaki untuk terus berjalan masuk ke dalam kompleks apartemen, ia melihat sosok yang selama ini ia cari---sosok yang sudah lama tidak ia temui dan sosok yang membuatnya mempertanyakan keinginannya.

Begitu pun dengan orang itu, saat ia sedang memberhentikan taksi di pinggir jalan ia melihat sosok yang ia kenal berdiri di depannya dengan topi baseball warna hitam dan cardigan warna merah muda.

"Jeonghan?"

---

Ia tidak ingat bagaimana dirinya melangkahkan kaki secara sukarela masuk ke dalam kedai kopi yang terletak tidak jauh dari kompleks apartemen yang ingin ia datangi. Bahkan sosok yang ia ingin temui pun kini duduk di seberangnya, dengan rambut yang tertata gel memperlihatkan dahi, kemeja berwarna putih dan jas berwarna cokelat yang membuat penampilannya terlihat sangat menawan.

"Bagaimana kabarmu?" Seungcheol bertanya setelah berdeham beberapa kali.

Jeonghan mengangkat wajahnya yang tertunduk menatap whipcream di atas matcha latte pesanannya.

"Baik, tidak terlalu buruk." ia menanyahut. "yeah, i'm living."

"Baguslah."

Lalu terjadi keheningan kembali.

Keheningan yang tidak dapat dijelaskan.

Keheningan yang membuat Jeonghan ingin kabur dari kedai kopi ini dan berharap ia tidak seharusnya pergi ke Itaewon untuk menemui Choi Seungcheol.

Keheningan yang membuatnya menyesali keputusan pindah kembali ke Korea.

Keheningan yang membuatnya ingin pulang ke Jerman.

"Munich--" Seungcheol berujar kembali, berhasil mengembalikan perhatian Jeonghan. "Aku minta maaf saat aku mengatakan hal kasar kepadamu disana, aku tidak bermaksud demikian."

Jeonghan menyunggingkan senyum. Ia tahu Seungcheol memiliki maksud untuk perkataannya, meskipun mengatakan hal tersebut bukanlah maksud yang sebenarnya tetapi ia tahu bahwa Seungcheol benar-benar berkata jujur saat di Literaturefest.

"Don't sugar coat, Cheol." Jeonghan berujar, menyesap matcha latte. "I know i'm a bitch and the biggest asshole you ever met."

[✓] From 5317 MilesWhere stories live. Discover now