28. Rumit

2.5K 103 5
                                    

Hallo
Akhirnya setelah berbulan-bulan hiatus, sekarang bisa update juga
Happy reading!
*******

Sejak pagi hari sampai jam istirahat pertama, gue merasakan ada yang aneh dari Fahrul. Dia hari ini lebih banyak diam dan gak melakukan hal-hal yang konyol. Gue tanya sama Irsyad dan dia pun gak tahu apa-apa, sepertinya Fahrul marah sama gue gara-gara kejadian kemarin saat dia ngelihat gue sama Reno berduaan dan Reno membelai rambut gue. Bukannya gue minta maaf atau jelasin yang sebenarnya, yang gue lakukan malah ninggalin dia. Mungkin itu yang membuat dia pendiam seperti ini.

Gimanapun Fahrul. Senakal apa pun Fahrul. Tapi sebenarnya dia baik dan perhatian. Tapi... sikapnya dia terlalu alay dan kadang membuat gue ingin muntah. Sempat gue berpikir, kenapa juga gue bisa sampai suka sama orang kayak dia, kayak gak ada yang lebih waras aja dari dia.

Fahrul beranjak dari tempat duduknya lalu dia pergi begitu saja tanpa melirik gue sama sekali. Sedikit sakit sih, tapi ya... gak papa.

"Mau ke mana dia?" tanya gue sama Irsyad ketika gue sudah membalikan badan menghadap ke arah Irsyad.

"Katanya sih mau ke toilet," jawab Irsyad dengan tangan yang masih asyik menggambar dan mata yang fokus pada kertas yang dia gambari.

"Ah lo mah, gue lagi ngobrol gak dilirik sama sekali. Gak sopan," gerutu gue dengan bibir yang cemberut.

"Terserah gue lah," jawab Irsyad santai.

Bibir gue tiba-tiba tersenyum kecut. Kali-kali ngerjain orang gak papa kan? Gue juga bosen tahu kalau yang dikerjain gue terus-terusan. Dengan lincah, gue menarik kertas yang Irsyad gambar dan secara tidak sengaja gambar itu ternodai dengan goresan pensil yang Irsyad pegang. Oh, sungguh senangnya.

"Sialan lo, Ra. Karya gue jadi ternodai kan?" gerutu Irsyad dan gue cuma cengar cengir. "Gak lucu onta," ujarnya lagi yang membuat gue tambah ngakak.

"Karya lo ternodai dengan ulah lo sendiri. Suruh siapa megang pensilnya gak hati-hati," ujar gue mencoba membela diri.

"Udah salah malah nyalahin orang lagi. Dasar bego," cibir Irsyad.

Melihat ekspresi Irsyad seperti itu, entah kenapa membuat gue sangat bahagia. Mungkin itu alasan Fahrul dulu selalu ngerjain gue. Karena dia mau membuat kebahagiaan secara mudah. Kalau tahu kayak gini, udah dari dulu gue ngerjain orang, biar terus-terusan bahagia.

"Ketawa aja terus dasar sableng," ujar Irsyad kesal dengan raut wajah yang sudah tidak bersahabat. Tanpa gue duga, Irsyad mengambil penggaris plastik yang bermerk Buterfly lalu diacungkan ke atas dan sedikit lagi akan sampai di kepala gue.

Melihat wajah Irsyad yang sudah menyeramkan, gue pun langsung berlari meninggalkan Irsyad. Namun sepertinya Irsyad masih dendam sama gue, sampai akhirnya dia terus mengejar gue dan terjadilah kejar mengejar antara gue sama Irsyad di dalam kelas.

Sudah hampir lima putaran gue mengelilingi isi kelas tapi Irsyad masih gak mau kalah. Gak ada cara lain, sepertinya gue harus lari keluar kelas. Kali aja dia gak akan ngejar gue kalau gue kabur keluar kelas. Malu lah, kalau cowok main kucing-kucingan dengan cewek di luar kelas yang ada nanti Irsyad dibilang cowok murahan.

Sesampainya di ambang pintu, secara tidak sengaja gue menabrak tubuh seseorang dan makanan yang dia pegang jatuh. Untungnya makanan yang dia pegang berupa snack jadi gak akan mubazir dan kotor.

"Risca!" ujar gue ketika gue melihat orang yang gue tabrak. Sepertinya Risca baru balik dari kantin, karena memang gue gak ikut ke kantin, lagi males.

"Shakira, lo ngapain lari-lari kayak gituh? Makanan gue jadi jatuh kan," ucap Risca.

"Itu..."

"Bagus lo berhenti. Gue udah capek main lari-larian," sahut Irsyad yang sudah berdiri di belakang gue degan senyman kecutnya.

BENDAHARA VS BAD BOY 2 [COMPLETED]Where stories live. Discover now