17. Ketahuan

3K 122 5
                                    

Di hari terakhir gue diskor, perasaan gue begitu tidak enak. Ada kekhawatiran yang melanda hati gue. Entah apa penyebabnya gue tak mengerti. Untuk menenangkan diri, gue berinisiatif untuk berdiri di dekat jendela lalu menatap langit yang masih diselimuti embun, karena sekarang memang masih pukul 06.05 pagi ayam tetangga baru berkokok.

Entah mengapa setiap gue melamun, gue selalu teringat kejadian konyol antara gue sama Fahrul ketika di dalam area foto studio itu. Di mana kejadian itu sangat-sangat menurunkan harga diri gue. Ingin ngamuk dan berontak tapi takut nyawa gue berkurang, alhasil gue cuma bisa ngedumel dalam hati sambil memohon sama Tuhan supaya Fahrul cepat sembuh dari kealayannya.

Dari kejadian 1 hari yang lalu, gue bisa menyimpulkan kalau Fahrul benar-benar sayang sama gue dan gak mau kehilangan gue. Tapi kenapa ya, caranya kuno banget dan selalu mempermalukan gue di depan orang lain. Gak masalah kalau dia bertingkah itu di depan teman-temannya, misalnya Irsyad gituh. Nah ini, di depan orang lain. Kenal jugak kagak, baru juga ketemu. Di depan kita dia memang bersikaf biasa aja, tapi gimana kalau sebenarnya dia merekam aksi berantem kami pakai kamera tersembunyi lalu disebar ke publik, secara kan dia fotografer. Terus gimana kalau di saat kami udah pulang, dia membicarakan gue sama Fahrul ke teman-temannya. Ah, matilah gue.

" Shakira! " teriak seseorang di lantai bawah tapi suaranya sangatlah kencang dan menggema.

" Mamah, kenapa teriak-teriak kayak gituh. Apa karena Mamah kalah arisan darah tingginya kumat? " gumam gue.

" Shakira buka pintunya! " teriak Mamah sambil gedor-gedor pintu kamar.

" Iya Mah, bentar, " sahut gue.

Ketika gue membuka pintu kamar, gue disambut oleh muka seramnya Mamah. Wajahnya begitu datar, tatapannya tajam dan penuh amarah serta bibirnya yang agak dimanyun-manyunin.

" Ada apa, Mah? " tanya gue.

" Ada apa, ada apa? Ini apaan? " ujar Mamah sambil memperlihatkan sebuah kertas putih.

" Itu kertas, " jawab gue.

" Iya, ini kertas. Tapi kamu tahu gak isinya apa? " ketus Mamah.

" Enggak, kan Mamah gak lihatin isinya dan gak suruh baca isinya, "

" Nih, baca yang keras! " ujar Mamah sambil memberikan kertas itu ke telapak tangan gue.

Gue lihat kertas itu lalu gue raba, gue simak dengan jelas dan kayaknya gue kenal sama kertas yang gue pegang. Tak berpikir panjang, gue pun langsung membuka kertas itu yang sudah dilipat secantik mungkin.

" Dengan datangnya surat ini, saya Komar Syariffudin selaku guru BK. Memutuskan untuk mengskor anak Ibu/Bapak yang bernama Shakira Anggita Pratama selama 3 hari ke depan.

Sekian dan Teriama kasih! "

" Mampus, gue ketahuan. Gimana ini? "

Gue menatap Mamah dengan memasang wajah unyu-unyu lalu membuat senyuman termanis gue, ya kali aja Mamah bisa luluh.

" Gak usah senyum-senyum! Gak mempan, " ketus Mamah.

" Mamah, gak boleh marah-marah! Nanti kulit Mamah makin mengkerut, " ujar gue.

" Kenapa kamu gak bilang sama Mamah soal ini? "

" Belum sempat, Mah, " ucap gue bohong.

" Emangnya kamu punya salah apa sampai diskor segala? " tanya Mamah.

" Tiga hari yang lalu, waktu pelaksanaan baksos, aku ketahuan ngacak-ngacak barang dagangan sama Fahrul, " jelas gue.

" Aduh, Shakira. Pacar kamu yang satu itu gak berubah-berubah ya. Dari dulu kerjaannya bikin ulah mulu. Bilangin sama dia kalau mau jadi menantu Mamah jangan ngeselin amat jadi orang. Mamah pesan sama kamu, ingat jangan putusin dia walaupun dia agak nakal, jarang-jarang anak bad itu ganteng, pinter lagi, " cerocos Mamah sedangkan gue malah garuk-garuk kepala, gue kira Mamah akan marah dan nyuruh aku mutusin Fahrul tapi nyatanya berbanding terbalik.

BENDAHARA VS BAD BOY 2 [COMPLETED]Where stories live. Discover now