13. Dia

3.2K 168 12
                                    

Di bawah terik matahari, gue menjalankan mobil dengan  sangat cepat dan keadaan otak yang sangat kacau. Sekarang yang gue inginkan adalah pulang ke rumah, minum susu coklat dingin lalu tidur. Tapi sepertinya keinginan itu tidak akan tersampaikan karena sekarang gue harus pergi ke toko alat kebersihan lalu membeli semua peralatan yang hilang di kelas. Gue sudah bersumpah dalam hati. Siapa pun orang yang ngambil alat kebersihan di kelas gue, gue sumpahin dia akan jones seumur hidup dan dia akan menjadi regu piket setiap hari.

Sesekali gue menghela napas kasar dan memukul-mukulkan setir mobil gue ketika di tengah perjalanan gue kejebak macet yang cukup panjang. Saat itu pula, ingin rasanya gue nangis sejadi-jadinya tapi apa daya gue masih punya rasa malu. Gimana kalau gue disangka orang gila oleh semua orang yang ada di sana.

Setelah kurang lebih 10 menit gue terjebak macet yang lumayan panjang, akhirnya gue terbebas dari penderitaan itu. Dengan hati yang sudah mulai kesal, gue menancap gas dengan cukup kencang tanpa berpikir kalau itu akan membahayakan diri gue sendiri. Gak peduli meskipun itu akan mengakibatkan jidat gue benjol, hidung gue berdarah, amnesia atau bahkan kaki gue harus diamputasi.

Ketika gue sudah sampai di depan toko tujuan gue, gue langsung memarkirkan mobil di tempat yang sudah disediakan. Dan ketika gue membuka pintu berniat untuk ke luar mobil, tak sengaja pintu mobil gue menghantam seseorang dan dia adalah,

" Aldi! " pekik gue kaget.

Aldi Anggara, dia adalah mantan gue waktu SMP kelas 2. Hubungan kami dulu memang singkat, cuma satu bulan. Tapi kenangan manisnya tuh banyak banget. Selama menjalin hubungan dengan Aldi, gue gak pernah kena masalah gak kayak menjalin hubungan dengan Fahrul. Kami terpisahkan gara-gara dulu Aldi harus pergi ke luar negeri untuk berobat karena penyakit mematikannya dia, kanker darah stadium akhir.

" Shakira! " ujarnya.

" Sorry! " ucap gue.

" Gak papa, "

Kami saling diam, untuk saling tatap pun kami tak berani. Mungkin kami merasa canggung karena lama tak jumpa. Dan rasanya ketemu mantan itu antara senang, canggung dan benci. Benci karena dulu dia sempat ninggalin gue.

" Lo, ngapain di sini? " tanyanya.

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Aldi, gue pun mengangkat kepala gue yang sedari tadi gue tundukan. Gue tatap matanya dan ah, sangat menggoda.

" Guu...e mau beli alat kebersihan buat kelas, " jawab gue.

" Lo, seksi kebersihan? "

" Ah, bukan. Gue bendahara, "

" Lo, sendiri ngapain? " lanjut gue.

" Tadi gue abis dari toko sebelah, " jawabnya sambil nunjuk ke toko kue yang ada di sebelah.

" Oh, gituh, "

" Gue duluan! " ujar gue sambil hendak pergi dari hadapannya.

" Gue anter! " ucap Aldi sambil mengejar gue.

Gue hanya tersenyum tipis, enggan rasanya untuk menolak. Kami pun berjalan berdampingan memasuki toko alat kebersihan itu.

" Ra! " panggilnya.

" Ya? " sahut gue.

" Lo, gak benci kan sama gue? " tanyanya.

Gue tersenyum tipis " Enggak, "

" Makasih! " ujarnya.

" Ra, sekarang status lo jones atau sudah taken? " tanyanya.

Gue menghentikan langkah kaki gue secara mendadak lalu menelan salipaya dengan kasar. Gue tatap mata Aldi yang memancar indah dan yang ditatap cuma bengong.

BENDAHARA VS BAD BOY 2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang