7. Patah

4.1K 200 5
                                    

Suasana kota, pagi ini nampak dingin akibat hujan deras yang semalaman senantiasa mengguyur kota gue. Sisa-sisa air pun masih berserakan di teras depan rumah.  Matahari pun masih redup, belum menunjukan sinar emasnya. Angin masih berhembus dengan kasar dan langin masih suram.

Pagi ini, gue bangun agak siangan karena gue lagi gak shalat, ada alasan tertentu yang tidak bisa gue jelaskan. Dan untuk pertama kalinya, pagi ini gue mandi pakai air hangat karena cuaca lagi gak bersahabat, takutnya gue sakit kalau mandi pakai air dingin. Gak papa kalau kalian bilang gue kaya anak kecil, tak masalah. Emangnya kalau gue sakit kalian mau urus gue? Gak bakalan.

" Ra, gak sarapan dulu? " tanya Mamah ketika gue melintas begitu saja melewati meja makan.

" Gak sempet Mah, udah siang, " ujar gue sambil membenarkan rambut.

" Gak mau dibekal aja? "

" Gak usah, Mah. Aku bisa beli di kantin, " jawab gue.

" Ya, udah. Hati-hati ya! " ucap Mamah.

" Iya, Mah. Aku berangkat dulu ya! " jawab gue yang langsung bergegas pergi.

Selama perjalanan, gue tancap gas dengan kencang. Entah kenapa sekarang gue rasanya pengen cepat-cepat sampai di sekolah. Gak biasanya gue merasakan seperti ini. Karena biasanya gue paling males berada di sekolah dan pengen cepat-cepat pulang. Tapi sekarang, apa yang terjadi? Gue juga gak tahu.

Sekitar pukul 06.30, gue baru sampai di sekolah. Dengan secepat angin yang berhembus melewati muka gue, gue memarkirkan mobil sebagaimana mestinya. Keadaan sekolah sudah cukup ramai, tak berpikir panjag gue pun langsung turun dari dalam mobil, berlari sekencang mungkin melewati koridor-koridor yang berjejer di sekolah gue. Dan ketika gue melewati kopsis ( Koperasi siswa ), gue melihat Fahrul sedang bercengkrama ria bersama adik kelas centil, Livya.

Mereka nampak begitu akrab, tidak ada kecanggungan di antara mereka. Wajah mereka nampak gembira, bagaikan sepasang kekasih yang sudah lama tak jumpa. Ingin rasanya sekarang gue melabrak mereka, tapi gue takut ketahuan sama Fahrul kalau sebenarnya gue cemburu. Dan sekarang gue cuma bisa diam dan menjalankan hari-hari gue bersama hati yang patah.

" Lo, cemburu ya? " tegur Irsyad yang tiba-tiba muncul dari belakang.

" Ngagetin gue aja lo. Lagian lo kaya followers gue aja, ke mana-mana ngikutin mulu, " ujar gue.

" Gue? Followers lo? Mimpi lo ketinggian " ketus Irsyad.

Gue manyun. Gak ngerti kali ya dia. Udah tahu gue ini lagi galau malah dibikin tambah kesal. Dosa gak kalau gue ngacak-ngacak wajah pacar sahabat sendiri? Nggak kali ya, abisnya dia rese.

" Pagi-pagi udah manyun. Jelek lo, " ejek Irsyad.

" Eh, Ra. Tahu gak? " tanya Irsyad.

" Apaan? " ketus gue.

" Si Fahrul.... "

Irsyad menggantungkan ucapannya cukup lama membuat gue tambah gemes sama dia. Gemes pengen ngacak-ngacak wajahnya.

" Si Fahrul kenapa? " tanya gue geram.

" Si Fahrul cowok, " ucapnya.

" Bodo amat, " ujar gue sambil berjalan pergi.

" Eh, Ra. Tungguin gue! " teriak Irsyad.

Gue masuk ke kelas diikuti oleh Irsyad dari belakang yang terus saja ngoceh. Entah dia ngoceh apa gue gak tahu. Pokoknya unfaedah deh.

" Ra, lo kenapa lesu gituh? " tanya Risca ketika gue sudah duduk di sampingnya.

" Dia lagi cemburu buta, " sahut Irsyad sambil tersenyum kecut.

BENDAHARA VS BAD BOY 2 [COMPLETED]Where stories live. Discover now