1. Berkenalan

4.8K 56 6
                                    


(Di Ruang Sekretariat)

"Tadi aku sama Rora habis dari Dinas Pariwisata Kota Bandung, kita bakal dapet bantuan dari sana sekitar 50 juta," ujar Kak Rafa.

Kak Rora adalah ketua pelaksana kegiatan saat itu, dan Kak Rafa adalah katua organisasinya.

"Terus gimana Kak?" tanyaku.

"Iya, kita bakal dapet bantuan dari sana. Tapi gak bakal full 50 juga ke tangan kita, ada pemotongan pajak. Paling ke kita sekitar 40 juta, kurang lebih. Aku pengennya kalian jangan ngomong dulu ke danus (dana usaha) kegiatan, aku pengen mereka berusaha dulu cari uang. Soalnya, kalo mereka tau kita dapet bantuan, nanti mereka jadi leha-leha, aku gak mau," kata Kak Rafa.

"Pokoknya, ini rahasia kita bertiga," tambah Kak Rora.

Di sana hanya ada Kak Rafa, Kak Rora, dan aku yang menjabat sebagai bendahara kegiatan saat itu.

"Terus SPJ Al, kamu siap, kan?" tanya Kak Rafa.

SPJ adalah akronim dari Surat Pertanggungjawaban. Ini biasanya dilakukan untuk pelaporan kagiatan mengenai berbagai hal, termasuk keuangan.

"Siap, Kak!" jawabku.

"Aku belum ngobrol lagi, paling nanti kita ke sana buat nanya bentuk, jenis, dan segala hal mengenai SPJ. Aku udah bilang ke mereka minta waktu ketemu lagi, katanya hari Rabu. Nanti kita ke sana," kata Kak Rafa.

Kak Rafa memang keren, dia adalah sosok pemimpin yang menurutku baik dan bagus, dia juga pintar. Tak salah, jika dulu, aku pernah suka ke Kak Rafa. Tapi sekarang, sudah tidak.

Setelah pembicaraan rahasia itu, aku keluar dari ruangan sekretariat. Lalu pergi menuju ruang latihan, untuk menuliskan beberapa hal. Setelah beberapa lama, lalu ada seseorang yang duduk, agak jauh denganku.

"Aku, kok baru liat kamu, yah?" tanya orang itu.

Aku berpikir sejenak, lalu bertanya dalam hati: "Siapa sih? Orang aku suka dateng terus ke sekre, buat latihan, ngurusin ini itu, aku justru, yang belum pernah liat dia selama ini."

Yang membuat aku berbicara seperti itu, karena sikap dia yang bertingkah sok, dan seakan-akan menganggap aku orang baru di sini.

"Aku juga gak pernah liat Kakak," jawabku. Kuputuskan untuk memanggilnya Kakak, karena aku merasa harus lebih menghormati siapa saja, dan juga, aku merasa dia berada di atas angkatanku. Aku berkeyakinan kuat, karena selama ini aku tidak pernah melihatnya di angkatan yang sama denganku.

"Iya, sih. Hehe. Aku baru ke sini lagi," jawabnya. "Kamu angkatan berapa? 31?"

"Iya, Kak," jawabku.

"Oh, aku angkatan 30."

Aku hanya diam.

"Siapa nama kamu?" tanyanya.

"Alisha."

"Alisha?"

"Iya," kujawab.

"Oh, Alisha."

Aku hanya diam.

"Aku udah lama gak ke sini. Jadi, banyak yang aku gak kenal," katanya.

Dalam hati ingin aku berkata: "Gak nanya!" Aku merasa risi, karena merasa dia bertingah belagu.

"Kamu kenal gak?" tanya dia.

"Enggak," jawabku.

Lalu dia berbicara panjang padaku. Ternyata, dia baik, ramah, asyik dan friendly. Aku menarik ucapanku yang mengatakan dia belagu.

"Siapa nama Kakak?" tanyaku, menjadi lebih ramah.

"Gabriel," dia menjawab dengan penuh keyakinan.

Tuhan, Aku Sayang! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang