5. Perdebatan I

1K 17 0
                                    

Aku dihubungi seseorang pada saat aku sedang di rumah. Seseorang yang pernah membuatku sulit mengatur detak jantung. Ya, seseorang yang juga pernah membuat kecewa yang amat dalam. Namanya, Dafa. Tak dapat dipungkiri, memang aku tak dapat menjauh, karena memang masih dalam satu lingkup yang sama.

Dia mengirimiku sebuah pesan:

"Alisha?" dia menyapa.

"Iya, Kak Dafa?"

Aku memang telah membuat keadaan seperti semula. Aku berusaha untuk membuat senyaman mungkin keadaan dan bersikap seakan tidak pernah terjadi apa-apa, dan berhasil.

"Al, bisa bantu aku?" tanya Kak Dafa.

"Bantu apa?"

"Mau, yah?" tanyanya. "Jadi bendahara buat acara lomba musik nanti?"

"Hah?" tanyaku heran.

"Iya, sebenernya si Oka sih, yang minta aku buat bilang ke kamu. Mau, yah?"

"Gak tau, ah Kak. Berat!!!"

Aku berani mengatakan itu berat, karena memang berkaca dari pengalaman. Senior-senior sering berkata event yang biasa dilaksanakan dua tahun sekali ini adalah event hebat dan benar-benar berat. Apalagi bendahara, pikirku. Dan sejak itu, aku sudah tahu kalau Kak Oka adalah ketua pelaksana untuk acara itu.

"Enggak, kok. Aku yakin kamu bisa," pengaruhnya.

"Gak tau, ah, Kak," jawabku.

"Plis, Alishaaa," dia memohon.

"Aku mikir dulu deh yah, Kak."

---

Akhirnya, bertemulah aku dengan Kak Dafa dan Kak Oka. Kita memulai pembicaraan cukup serius itu, di sebuah ruangan.

Pembicaraan dimulai tidak terlalu panjang oleh Kak Dafa. Awalnya, aku ditanya oleh Kak Dafa untuk menjadi bendahara event, namun aku menolaknya. Lalu Kak Dafa mengatakan, bahwa aku harus menjadi bendahara event dan kepengurusan. Karena aku ditawari untuk menjadi bendahara kepengurusan juga. Aku menolaknya lagi. Akhirnya, setelah lama Kak Dafa memutuskan agar aku harus memilih satu, dan tidak akan ditempatkan di keduanya.

"Gimana Ca?" tanya Kak Oka.

"Gak tau Kak," jawabku ragu.

"Kenapa gak tau?" tanyanya.

"Takut."

"Terus gak bakal dilawan gitu kalo takut?"

"Berat, Kak."

"Kata siapa berat?"

"Banyak yang ngomong, kalo acara ini tuh berat banget."

"Siapa yang ngomong?" tanyanya lagi.

"Senior-senior juga banyak yang ngomong gitu," jawabku.

"Terus kamu percaya?"

"Iya, kan, aku belum pernah nyoba."

"Terus kenapa belum nyoba, udah bilang berat? Kan, belum dicoba, belum tau, kan?"

"Takut," jawabku.

"Takut kenapa?"

"Takut gak bisa."

"Kan, namanya juga belajar."

"Iya."

"Mau belajar gak?" dia bertanya.

"Mau."

"Ya udah, belajar di sini juga kan, belajar. Jangan dulu takut, kalo belum nyoba. Kamu kalo takut mulu, nanti gak bakal berkembang. Mau gitu gak berkembang?"

"Gak mau," jawabku.

"Ya udah, mau kan, yah?" tanyanya.

"Tapi kalo ada apa-apa, sama Kak Oka dibantuin," kataku.

"Iya," katanya. "Jadi?" tanya Kak Oka.

Aku hanya diam. Taktahu kenapa, setelah diajak Kak Oka, aku jadi yakin, kalau aku pasti bisa.

Tuhan, Aku Sayang! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang