Mimpi Buruk

4.1K 265 1
                                    

"Semua ini karna kau! Seandainya eomma tidak melahirkan mu, dia pasti masih hidup! Dasar pembunuh!" Jungkook hyung, kakak ke tujuhnya murka. Menunjuk wajah Ji ra yang telah basah oleh air mata dengan tegas.

Seolah-olah dia tidak pantas hidup, seolah-olah semua itu salahnya.

"Dasar adik sialan!" yoongi hyungnya bergumam lirih sambil meninggalkan ruangan.

Jantung Ji ra seakan ditusuk saat hyung yang dia sayangi mengatakan itu. Jadi selama ini para kakaknya muak padanya.

"Benar kata jungkook, seharusnya kau tidak pernah lahir." Tae-tae hyungnya benar-benar marah, dengan mata datar bak pisau yang menusuk matanya. Dia makin terisak.

Apa dia sehina itu?

Apa benar dia benar-benar tidak pantas lahir?

"Jin hyung... Percayalah padaku..." Jin hyung nya menggeleng memilih keluar dari rumah dengan muka datar. Hancur sudah.

Hatinya tersayat dengan sangat mengerikan saat kakak yang paling dia anggap pelindung itu berlalu.

"Tolong dengarkan aku hyung....!"



























Ji ra terengah saat ke dua matanya terbuka, air mata segera menumpuk dikelopak mata saat sadar kejadian itu hanya mimpi.

Dia ada dikamarnya yang gelap dan dingin, seperti terahir kali dia ingat.
Sambil menghapus cairan dipelupuk matanya, dia membawa serta boneka hati berwarna merah hadiah dari Tae-tae hyungnya keluar kamar.

Setelah bermimpi itu, dia tidak berniat tidur dikamarnya atau tidur sendiri.
Melihat lampu ruang keluarga yang mati dengan tv yang menyala, Hobi hyungnya tertidur di sofa dengan kaki di atas sandaran sofa. Selimutnya terjatuh sebagian di lantai.

Dia memutuskan mendekat membenahi kaki dan selimut kakak ketiganya sebelum beralih ke lab genius milik Yoongi hyungnya. Hanya ruangan itu satu-satunya yang masih terisi orang, karna memang lampunya masih menyala. Jadi kemungkinan kakaknya itu masih mengerjakan sesuatu.

Tidak peduli dengan larangan bahwa tidak ada yang boleh mengganggu sang kakak saat berada pada studio mininya itu, dengan lupa mengetuk dia menekan password yang sudah dia hafal lima tahun lalu, dan pintu terbuka.

Dia sedikit memasukan kepala didalam ruangan. Bau khas kakak keduanya langsung tercium, Ji ra melihat Yoongi hyungnya menggunakan hoodie dibalik dua komputer besar di atas meja.

"Ada apa?" tanya hyungnya tanpa basa-basi. Membuatnya meneguk ludah sebelum masuk kedalam ruangan.

"Emm... Hyung bisa membantuku? Tapi kalau hyung sedang sibuk aku akan-"

"Kemarilah!" yoongi sudah memprediksi hal ini akan terjadi saat waktunya berjaga di rumah. Dia sudah mendengar informasi penting dari Taehyung tentang keadaan psikologi adik perempuannya.

Ji ra sering mendapatkan mimpi buruk, lebih mendekati trauma semenjak ayah mereka marah besar dan meninggalkan rumah atau lebih tepatnya melarikan diri karna telah menyiksa Ji ra.
Mulai hari itu kakak tertuanya membuat peraturan untuk selalu pulang kerumah meskipun pekerjaan menumpuk sebanyak apapun, kecuali saat keluar negri.

Dan hari ini kebetulan dia bisa membawa pekerjaannya pulang ke rumah.

Adiknya belum bergerak sedikitpun sesudah dia memotong perkataanya tadi. Membuatnya membuang nafas dan berdiri menghampiri sofa di sudut studionya.

"Ambil selimutmu dan kemarilah!" yoongi mengulangi lagi perkataannya, yang langsung direspon segera oleh adik perempuannya.

Tidak butuh waktu sampai duapuluh detik, Ji ra sudah berbaring nyaman diatas sofa hitam berbulu milik Yoongi hyung.
Yoongi memutuskan duduk tepat didepan sofa dengan posisi kaki yang diluruskan.

"Maaf. Hyung masih banyak pekerjaan jadi tidak bisa menemanimu tidur dikamar. Tidak keberatan kalau tidur disini?" untuk ketiga kalinya Ji ra mendengar hyungnya berbicara panjang seperti ini padanya seumur hidupnya, meskipun dalam nada acuh tak acuh.

Ji ra menggeleng. Sibuk melihat ruangan kakaknya yang sangat berubah dari satu tahun lalu saat dia membersihkan ruangan ini, sambil mengenyahkan pikiran malunya karna sudah besar tapi masih harus ditemani untuk tidur.

"Tidak nyaman?" Ji ra lagi-lagi menggeleng. Dia masih enggan mengalihkan matanya saat melihat kearah piano hitam yang berada disisi kiri ruangan, mengingatkannya saat Yoongi hyung mengenalkan musik pertama kali padanya lewat piano itu disertai nyanyian lagu little star khas anak-anak bersama.

"Hyung apa tidak capek bekerja? Bukannya uang Jin hyung sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan kita?" tanya Ji ra lirih saat composer lagu ciptaan kakaknya terdengar perlahan dari komputer dibelakang mereka. Menemani Yoongi yang tiba-tiba membalik punggungnya hanya untuk mengusap rambut gelapnya sejenak.

"Untuk survival tidak ada yang lelah Ji ra. Hyung tidak mungkin meminta uang pada Jin hyung. Hyungmu ini sudah besar, sudah harus punya uang sendiri. Hyung sangat malu kalau masih harus meminta uang pada Jin hyung"
Ji ra hanya mengangguk. Hening beberapa saat sampai Ji ra mengubah arah penglihatannya.

Dengan posisi Ji ra yang tidur diatas sofa kakaknya serta berhadapan langsung dengan Yoongi lebih memudahkan Ji ra menatap wajah hyungnya yang putih pucat di balik tudung hoodie abu-abunya. Tapi yang membuatnya khawatir segaris hitam tebal bersarang dibawah kelopak mata Yoongi hyung.

"Hyung apa aku merepotkan? Apa eomma meninggal karna aku? Apa abeoji* meninggalkan rumah juga karna aku? Apa... Hyung tidak ingin menjadi hyungku?" Ji ra berkata lirih.

Tangan yoongi yang sedang menggerakkan lima jemarinya dirambut Ji ra berhenti, tangan kirinya yang menepuk bahu kecil adiknya berganti mencengkram erat. Lalu-

TAK! 

"YA! hyung.... Appo*!" Ji ra mengadu sambil mengelus dahinya, sentilan antara ibu jari dengan jari tengah kakaknya tidak bisa diragukan, mungkin sudah meninggalkan bekas memerah didahinya.

"Apa otak kecilmu ini tidak bisa tidak bodoh sehari saja! Tentu saja itu tidak benar!" Ji ra cemberut dengan wajah yang bersembunyi dibantal sofa milik Yoongi.

Yoongi mendengus kasar, dia tidak pernah memperhatikan perasaan
Ji ra sampai hari ini.
Dia hanya mengamati bagaimana Ji ra bersikap disekolah dan juga prestasinya. Untuk masalah Ji ra yang selalu merasa bersalah atau sedih karna merepotkan kakaknya, dia hanya tau saat Jin hyung memberitahunya.

Dan saat dia mengalami adiknya bertanya sendiri pada nya, dia merasa sedih. Hatinya nelangsa tanpa sebab.

Merasa dia tidak pantas menjadi kakak. Dia sudah terlalu menyia-nyiakan adik kecil kesukaannya yang polos.

"Yoongi hyung ternyata baik ya... Aku sempat mengira Yoongi hyung membenciku saat abeoji pergi. Tapi sepertinya itu hanya imajinasiku saja, iya kan hyung?"
Yoongi kembali tersentak, kali ini dengan penuh kasih sayang bercampur rasa bersalah, Yoongi bangkit hanya untuk memeluk adiknya sambil membenamkan wajahnya pada bahu kecil milik
Ji ra yang sangat terlihat rapuh malam ini.

Yoongi tidak pernah tau jika dia sudah kehilangan adik kecilnya yang ceria setelah beberapa tahun lamanya.

"Ne* Ji ra-ya! Hyung tidak mungkin membencimu!"
Dan akan dia pastikan adiknya akan hidup lebih baik setelah hari ini.












Kosakata:

Survival - bertahan hidup

Appo - sakit

Abeoji- ayah

Ne - iya

Yoongi hyung done!

Next... Hoseok hyung!

Mohon vote dan komen sebelum beranjak kechapter berikutnya!

 Lil SisterWhere stories live. Discover now