第二十 [ end ]

7.2K 1K 88
                                    

3 years later

Waktu sudah menunjukan pukul 5 sore. Changbin menutup laptop nya dan berkemas. Ia bergegas meninggalkan ruang kerja nya dan segera pulang.

Di sepanjang jalan menuju parkiran, yang changbin pikirkan hanya segera sampai di apartement dan tidur. Karena semalam ia tidak tidur, mengerjakan beberapa berkas laporan hingga pagi.

begitu sampai di parkiran ia melihat seseorang berdiri di samping mobilnya. sosok bersurai blonde itu terlihat sibuk memainkan ponselnya sambil bersandar di mobil.

"Permisi?"

sosok itu mengangkat kepalanya dan menoleh kearah changbin yang terperangah. batin changbin berperang hebat. Masih berusaha meyakinkan apa yang ia lihat saat ini benar - benar nyata?

Melihat changbin yang melamun, sosok tadi mendekat dan memeluk tubuhnya.

"Kak changbin, felix kangen kakak." bisiknya membuat changbin semakin terlihat bodoh dengan wajah terkejutnya.

Demi tuhan, bulu kuduk changbin berdiri. ia tak bisa menyuarakan kebahagiaan nya, terlalu terkejut?

Felix melepaskan pelukan nya dan mencuri kecupan di pipi changbin, lalu mempout kan bibirnya kesal.

"Kak changbin nggak seneng aku balik ya?"

Mendengar ucapan felix tadi membuat changbin menggeleng ribut dan kembali memeluk sosok itu lebih erat.

"Mana mungkin aku nggak seneng? Aku udah nunggu kamu lama banget, kamu kemana aja." cecarnya.

"Aku nggak kemana - mana, masih disini." jawab felix sambil menunjuk dada kiri changbin, lalu tertawa.

changbin menyentil pelan dahi felix, lalu kembali menarik tubuh felix dan memeluknya, "Dasar."

felix sedikit melonggarkan pelukan nya, dan menatap changbin.

"Kakak mau pulang?"

"Iya, mau jalan - jalan dulu?"

yang ditanya terdiam sejenak, "Tapi kan kakak capek, besok aja."

"Ada kamu capek nya ilang." jawab changbin sambil tertawa pelan melihat wajah felix yang sedikit merona.

"Apasih kak, garing." gumam felix sambil menyembunyikan wajahnya ke ceruk leher changbin.

"Ayo jalan - jalan." ucap changbin sambil membuka kan pintu mobil untuk pujaan hatinya.

Di sepanjang jalan felix banyak mengoceh, menceritakan apa saja yang ia lakukan selama berada di aussie.

dengan sabar changbin mendengarkan nya, dan sesekali menimpali nya dengan candaan.

"Kak changbin, aku mau makan ramyeon."

changbin menoleh ke arah felix yang sibuk memainkan ponselnya,

"Ke tempat yang biasa kita makan dulu?"

"Masih ada?" changbin mengangguk pelan.

"Oke kita kesana!" pekik felix sambil menampilkan cengiran nya.

"Lucu banget sih"

felix sedikit meringis kesakitan saat changbin mencubit pipinya agak keras.

"ihh sakit."

Kedua nya menikmati waktu kebersamaan. changbin benar - benar membawa felix jalan - jalan hingga malam.

ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan nya, sudah hampir jam 9 malam. Sebaiknya ia mengajak felix pulang sebelum angin malam semakin dingin.

changbin menggenggam tangan felix yang berada diatas meja, lalu bergumam pelan

"Hey, kapan terakhir kita dinner?"

felix meletak kan sendok es krim nya, dan balik menatap changbin.

"Kalo sekarang kita pacaran, terakhir kita dinner 10 menit yang lalu." jawab felix lengkap dengan tawa manisnya, membuat changbin tak bisa menahan diri untuk tidak mengusak rambut felix.

changbin kembali meraih kedua tangan felix dan menggenggamnya erat, ibu jarinya mengusap lembut jari - jari kecil felix yang terasa pas di genggaman nya.

"kalo gitu kamu kamu kan jadi pacar kakak, lagi?"

"pasti lah." jawab felix tegas, lalu kembali tertawa.

"jadi sayang, kita pulang ya. Aku kangen, mau peluk kamu semaleman." ucap changbin manja,

"aku juga kangen kak changbin."

Kedua nya berjalan keluar dari kedai eskrim, felix berjalan terlebih dahulu dengan sesekali melompat - lompat kecil.

"Hati - hati sayang, nanti kamu jatuh." ucap changbin mengingatkan, tapi sepertinya felix tak mendengar.

Hingga tanpa sengaja menyenggol seorang pejalan kaki dan terpelanting ke jalanan. Disaat yang bersamaan sebuah mobil melaju kencang menabrak tubuh felix hingga terseret beberapa meter.

terhenti sudah dunia changbin melihat apa yang baru saja terjadi di hadapan nya.

"Felixx..!"






.

.

.



"Felixx..!"

Minho yang baru saja memasuki ruang kerja changbin terlonjak kaget saat mendengar teriakan changbin. ia segera menghampiri atasan nya dan sedikit mengguncang bahu nya agar terbangun.

changbin membuka matanya perlahan, dan mengusap wajahnya kasar. Ia tertidur di ruang kerja nya, semalam ia tak sempat tidur karena harus mengerjakan banyak berkas laporan.

"Mimpiin felix?"

changbin mengangguk dan kembali mengusap wajahnya yang lesu. "Mimpi itu terasa sangat nyata, ho."

"Mungkin karna lo kecapek an, terus kangen sama felix. Makanya kebawa mimpi. Mending sekarang lo pulang, udah sore. biar ini gue yang beresin. "

ucap minho sambil menepuk bahu changbin.

"Sori, gue ngerepotin lo lagi."

Minho tertawa mendengarnya. "Mana ada ceritanya bos ngerepotin bawahan nya sih."

"Lagian ini bentar lagi juga beres, lo balik aja."

Changbin mengangguk setuju, lalu berdiri merapikan barang - barangnya.

"Jangan balik malem - malem, kasian anak istri dirumah nunggin." ucap changbin sebelum pergi.

"Siap kakak ipar." mereka kembali tertawa, menertawakan ke konyolan keduanya.


























Seorang pemuda bersurai soft pink keluar dari bandara sambil menyeret koper besar nya. Senyum lebar tak pernah luntur dari bibirnya.

Akhirnya. setelah penantian lama nya, ia bisa kembali menginjak kan kakinya ke tempat dimana ia di besarkan.

Tempat dimana ia menemukan yang nama nya cinta,

"Seoul... i'am back!."

felix berteriak kencang ketika sampai di depan bandara, mengabaikan tatapan aneh dari orang - orang yang jalan di sekitar nya.

Kak changbin, aku pulang.



Fin.

Placebo  |ChanglixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang