• 45 •

61.9K 2.8K 39
                                    

Kau tau kenapa aku belum ingin menyerah?
Karena aku masih ingin melihat senyummu lebih lama lagi..

-Reynand Putra Nandathama-
___________________________________________

"Nana!"

"Yaa?" sahut Andhita refleks. Tak berhasil dengan suara lembut yang telah berkali-kali Adly gunakan, panggilan yang cukup mengagetkan itu akhirnya berhasil membuyarkan lamunan Andhita.

"Gue panggilin dari tadi gak nyahut juga. Lo mikirin apa sih?" tanya Adly, tak bisa marah. Ia masih merasa bersalah karena merasa telah gagal menjaga adiknya itu.

"Nggak," jawab Andhita. Gadis itu kemudian menarik tasnya setelah sadar kalau mereka telah sampai rumah.

Ia baru akan turun dari kendaraan, namun Adly mencekal pergelangan tangannya, mencegah adiknya untuk keluar cepat-cepat.

"Iih, lepasin, Kak! Gue mau turun," pinta Andhita.

"Lo gak diapa-apain 'kan sama preman-preman itu?" tanya Adly serius, mengabaikan permintaan Andhita.

"Nggak," jawab Andhita singkat.

"Terus lo kenapa?"

"Nggak kenapa-kenapa, Kak."

"Bohong. Gak biasanya lo dieman gini. Pasti ada yang lo pikirin 'kan?" tanya Adly, masih tak percaya, penasaran sekaligus khawatir.

Andhita menghela napasnya. Sejak tadi memang ada yang sedang membebani pikirannya, membuatnya tak bisa tenang.

"Kalau lo ada apa-apa, cerita sama gue, Na. Dulu juga biasanya lo curhat ke gue, 'kan?

"Jangan gara-gara gue jarang pulang lo jadi ngerasa sungkan gini. Gue ini masih jadi kakak lo, Na."

Andhita mengangguk menurutinya. Dulu, sebelum Adly berangkat kuliah ke luar negeri, mereka memang biasa saling berbagi cerita satu sama lain. Setiap ada masalah, Adly-lah tempat pertama yang Andhita cari untuk mencurahkan segala keluh kesahnya. Namun, semenjak Adly sibuk kuliah, Andhita jadi merasa tak ingin banyak mengganggunya.

"Jangan-jangan lo marah sama gue?" tebak Adly.

"Nggak."

"Terus kenapa? Pasti lo marah sama gue gara-gara tadi gue tinggal sampe diculik."

"Nggak."

Adly berdecak, "kalau gara-gara itu gue 'kan udah minta maaf."

"Dibilang nggak. Bukan gara-gara itu, Kak."

"Ya terus kenapa?" desak Adly.

Andhita terdiam, masih agak ragu untuk mengatakannya. "Kenapa, Nanaa?" cecar Adly.

Fyi, Nana adalah nama panggilan masa kecil Andhita. Dulu, rencananya gadis itu akan dipanggil dengan nama tengahnya, yaitu Zheanna. Tapi karena di antara Adly maupun Andhita sendiri tak ada yang benar-benar bisa menyebut kata Zheanna dengan benar, panggilan itu jadi tak berlaku lagi sejak Andhita mulai masuk sekolah dan diperkenalkan sebagai Andhita kepada teman-temannya. Hingga saat ini, hanya Adly-lah satu-satunya orang yang tak mengubah nama panggilan itu.

"Na?" panggil Adly dengan lembut sekali lagi.

Masih belum ada jawaban dari Andhita.

"Yaudah, kalau lo belum mau cerita juga gak pa-pa. Gue cuma kurang cozy gitu kalau ngeliat ade gue mendam masalahnya sendirian.

"Kalau gitu ayuk turun aja," ajak Adly.

Lelaki itu sudah bersiap akan turun, namun ia tak melanjutkan gerakannya saat menyadari kalau Andhita masih bergeming di tempatnya.

ReynandhitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang