• 1 •

170K 5.9K 117
                                    

"Setiap orang hanya memiliki sepotong hati, tentu saja tak akan bisa sempurna bila belum terhubung dengan sepotong lainnya."

-Reynand Putra Nandathama-

----------------------------------------------------------

Kane dan Rama memasuki ruangan kelas, mereka kembali setelah memesan tiga mangkuk pasta dan juga tiga gelas jus buah. Pemandangan yang dilihat mereka saat ini sudah sangat tak asing lagi bagi keduanya. Reynand masih setia duduk membaca satu persatu dari beberapa tumpuk buku-buku yang tadi ia ambil di lokernya.

Kane menutup paksa buku dari tangan Reynand dan meletakannya di atas buku-buku lain di meja lelaki itu. Reynand tak bergeming, wajahnya masih datar, ia bahkan tak berniat mengalihkan perhatian pada orang yang baru saja mengganggunya dan memilih untuk mengambil buku itu kembali.

Belum sempat Reynand mencari sampai halaman mana batas ia membaca tadi, tangan Kane dengan cepat mengambil buku itu lagi. Reynand bergeming, tak mencoba untuk merebutnya kembali.

"Rey, ini jam istirahat. Come on! Gak capek apa belajar mulu?" Kane bedecak heran, kemudian ia duduk pada kursi yang terletak di depan Reynand dengan menghadap ke arah lelaki itu, diikuti Rama di sampingnya.

"Apa yang capek? Dari tadi gue cuma duduk," jawab Reynand dengan wajah datar khasnya.

"Bener juga," setuju Rama dengan polosnya. Dahinya langsung menjadi sasaran empuk jitakan yang didaratkan Kane padanya.

"Duh! Apa-apaan sih lo ah!" Rama mengaduh sambil mengusap-usap kepalanya yang menjadi korban tindak kekerasan Kane.

"Lo yang apa-apaan! Lo sebenernya temen siapa? Ha!" ancam Kane sambil bersungut-sungut.

"Hari ini paling menguntungkan jadi temen siapa yah?" Rama mengetuk-ngetuk dagu dengan jari telunjuknya sambil menunjukkan wajah seperti sedang berpikir keras.

Tak lama, seorang bapak-bapak yang sudah cukup berumur dengan baju yang tampak lusuh terlihat mengetuk pintu kelas mereka yang terbuka, dengan sopan ia masuk sambil membawa nampan berisikan makanan juga minuman yang tadi Kane pesan atas nama Reynand.

"Permisi, pesanan atas nama Reynand?" ucapnya. Beberapa siswa-siswi yang kebetulan berada di kelas langsung menengok ke arah bangku Reynand yang terletak di barisan belakang paling ujung, seperti memberi petunjuk pada bapak itu.

"Nah! Hari ini gue jadi temen Rey!" pekik Rama tiba-tiba. Reynand dan Kane menatapnya sekilas dengan ekspresi berbeda.

Tatapan mata Reynand beralih ke arah bapak-bapak itu, ia sudah tau persis siapa pelakunya.

"Disini, Pak," ujar Reynand sambil mengangkat tangannya sekilas.

Bapak itupun melangkah memasuki kelas dengan hati-hati dan menata makanan serta minuman dari nampan yang dibawanya ke atas meja.

"Berapa semuanya?" tanya Reynand, wajahnya terangkat melihat bapak-bapak itu.

"Totalnya 412 Ribu," jawab bapak itu sedikit ragu-ragu. Anak sekolah macam apa yang hanya sekali jajan di kantin saja menghabiskan uang sebanyak itu, pikirnya.

Reynand lalu mengeluarkan lima lembar uang seratus ribuan dari dompet dan memberikannya pada bapak itu.

"Kembaliannya ambil aja," ucapnya dingin, wajahnya masih saja datar tanpa ekspresi. Berbanding terbalik dengan dengan tatapan berbinar yang kini ditunjukkan bapak-bapak itu padanya.

ReynandhitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang